Langsung ke konten utama

Bukan Perampok

Hikayat Kadiroen Sepenggal Novel Milik Ketua PKI

Ketua Partai Komunis Indonesia atau disebut PKI yang pertama, Semaoen adalah seorang penulis dari novel yang berjudul Hikayat Kadiroen. Novel yang pantas dibaca bagi setiap pembaca yang ingin merasakan nilai sastra lama Indonesia dengan bumbu ideologi, kolonialisme dan percintaan.

Novel ini terlahir saat masa kolonial Belanda di Hindia Belanda pada 1920 setelah pulang dari Moskow. Saya sendiri tidak banyak tahu tentang sejarah dari novel ini, lagi-lagi saya hanya menikmati nilai sastra yang terkandung. 

Diceritakan Kadiroen sebagai tokoh utama dalam novel ini. Awal kehidupannya sangat gemilang dengan menjadi personil kepolisian yang patuh pada atasan, cinta rakyat miskin dan mencintai keadilan. Kadiroen seolah-olah ratu adil yang menjelma pada zamannya. Pangkatnya selalu naik berkat kecerdikannya, walaupun berusia muda Kadiroen sudah naik pangkat menjadi asisten wedono.

Berbagi permasalahan muncul berawal di bagian awal cerita hingga pertengahan cerita. Pertama sekali Kadiroen sudah mendapatkan kasus cukup membuat hati nurani teriris, dimana seorang miskin dicuri kerbaunya oleh pemabuk (bencolèng) dari desanya. Kecerdikan Kadiroen akhirnya bisa membebaskan si miskin yang malang dari terkaman bencolèng.

Cerita percintaan juga tersaji di sini walau Kadiroen putus harapan dengan mengetahui gadis pujaan sudah menjadi istri dari seorang kepala desa. Cerita berlanjut pada petualangan politis yang ia temukan saat para propagandis menyebarkan ideologinya di berbagai daerah. Kadiroen bertemu dengan Sariman yang merupakan ketua redaksi dari sebuah surat kabar propoganda partai komunis. Pada masa kolonial partai komunis ditentang oleh berbagai kalangan terutama bangsa Eropa kaya dan pribumi kaya yang enggan kehilangan kekuasaan atas segala yang ada. 

Inti cerita di sini, Kadiroen menemukan ideologi yang pas menurut dirinya saat seorang propagandis memberikan ceramah tentang komunisme. Cerita percintaan hanyalah selingan sebagai warna tersembunyi dan menjadi keindahan di alur cerita novel ini. 

Saya tidak menampilkan data dari novel Hikayat Kadiroen, berhubung buku elektronik tersebut tanpa ada keterangan lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Istilah-istilah Anak dalam Keluarga Jawa

1. Ontang-anting: anak laki-laki/perempuan tanpa saudara (semata wayang). 2. Uger-uger lawang: dua bersaudara anak laki-laki. 3. Kembang sepasang: dua bersaudara anak perempuan. 4. Kendhana-kendhini: dua anak bersaudara, laki-laki yang tua, perempuan yang muda. 5. Kendhini-kandana: dua anak bersaudara, perempuan yang tua, laki-laki yang muda. 6. Pandhawa: Kelima anak berjenis kelamin laki-laki semua. 7. Ngayoni: Kelima anak berjenis kelamin perempuan semua. 8. Madangka: Lima anak bersaudara, empat orang lelaki dan satu perempuan. 9. Apil-apil: lima bersaudara, empat orang lelaki dan satu perempuan. Sumber Serat Centhini II - UGM Press.  

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok . Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia , Gunung Agung , lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit ( Kepo Buku ) dengan pembawa acara Bang Rame , Steven dan Mas Toto . Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumn...