Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Ulasan Cerpen Rijsttafel Versus Entrecôte Karya Joss Wibisono

Tulisan ini pernah dibacakan pada acara Baca Buku Radio Taiwan International seksi bahasa Indonesia. Rumah Tusuk Sate Di Amsterdam Selatan adalah sebuah judul buku dan juga judul dari cerita pendek (cerpen) yang ada di buku tersebut. Buku yang berisi lima judul cerpen ini dikarang oleh Joss Wibisono, seorang wartawan dan pelajar di Belanda. Beberapa buku telah ditulis, dicetak dan dipasarkan di Indonesia salah satunya Saling-Silang Indonesia Eropa. Buku dengan kulit berwarna hitam putih dan bergambar dua orang Belanda yang sedang mencetak stensil, di bawahan-nya ada nama pengarangnya "Joss Wibisono". Buku ini cukup ringan karena menggunakan kertas jenis books paper. Isi halaman berjumlah 149 belum termasuk daftar isi dan yang lainnya. Dari ke-lima judul cerpen umumnya membahas percintaan, sosial, budaya, politik, LGBT, dan sejarah. Hanya ada satu judul cerpen saja yang tidak mempunyai refrensi buku, hal ini mengungkap bahwa cerpen yang dikarang Pak Joss bukanlah cerpen

Slamet Selepas Lebaran

Survivor Gunung Slamet Aku adalah diaspora Jawa yang merindu pada tanah leluhur di timur sungai Citandui, dimana masyarakatnya lebih memilih mendoan sebagai lauk utamanya hingga terbentuk pada logat ngapak . Di situlah dimana tanah menjulang tinggi hingga 3428 di atas aras laut hingga memberikan aliran Serayu yang panjang nun jauh hingga bertemu pada pelataran Sri Ratu Kidul. Aku tidak terlahir dan tercipta dari tanah gunung Slamet, namun ada sedikit ladu yang terbawa hingga sel pembangun tubuhku yang berasal dari sana. Sebagian dariku adalah Parahyangan karena aku tercipta dan terlahir di tanah pegunungan yang dicipta saat Shyang Hyang Widi sedang tersenyum.  Kerinduan diaspora selalu hadir baik dalam lidah, telinga maupun kulit terlalu rindu untuk memeluk tanah leluhur. Sejatinya setahun sekali hingga tiga kali menjenguk tanah leluhur dimana para kerabat masih bernafas di sana. Aura dan pesonanya tak akan hilang untuk seorang keturunan seperti diriku yang selalu merindu,

Kosong Dan Kabut Rindu

Kabut kemarau membawa kering jiwaku Aku tak mampu menahan dinginya kesendirian Di purnama panjang merintih rindu Rindu yang tak kenal siapa aku Sentuhan malam yang terlewat begitu sepi Terasa perih dan dingin Untuk sebuah aku Aku yang sendiri Merindu Rindu Rindu Rindu