Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Ibuku Perawan Tua

Ini adalah sekuel dari cerpen "Tangisan Anak Ayam". Kematian ibu adalah bencana yang menyengsarakan bagi kami, terlebih adik-adiku yang sudah melanggar perintah ibu. Mereka mati satu persatu hingga mayatnya tidak diketahui dimana berada, entah dikubur oleh manusia atau tergeletak di atas permukaan tanah terbuka. Kini kami hanya hidup berdua Aku dan adikku yang bernama Ciak. Hidup kami semakin tidak jelas dan penuh kesengsaraan, beruntung Ciak bisa berbahasa Sunda yang membuat kehidupan kami lebih baik. Dengan bergaul dengan berbahasa Sunda, Ciak bisa diterima oleh kawanan ayam lainnya yang berbahasa Sunda. Sementara aku yang hanya bisa berbahasa Jawa hanya terdiam saja sambil mengingat kosakata yang muncul dari mulut Ciak. Nama Ciak sendiri diberikan khusus dari komunitas ayam Sunda, nama yang lucu dan menggemaskan. Sebelumnya nama Ciak adalah Kuthuk, kadang dipanggil Uthuk oleh mendiang ibu. Berkat dialah kami makan dengan kelapangan wilayah yang luas, bukan hanya di wilayah

Tangisan Anak Ayam

Aku terlahir dari cangkang ibuku yang retak dipacuk bibirnya yang lancip. Betapa indah dunia di luar cangkang yang sedikit pengap itu, kini aku keluar darinya. Ibuku selalu memberikan yang terbaik untukku, menghangat badan di dalam pelukannya dan selalu melindungiku saat ada ancaman.  Singkat cerita, terdengar ucapan dari manusia bahwa desa sebelah sudah terkena serangan penyakit mematikan dan menular namanya cekak. Sebagai anak kecil yang tidak banyak pengalaman, saya hanya mendengarkan saja apa yang manusia bicarakan saat itu. Yang pasti diingat bahwa penyakit itu berupa flu, demam dengan diare parah hingga terdapat pembusukan di usus. Aku jadi ngeri kala teringat ucapan manusia. Seminggu ucapan manusia berlalu dengan berita-berita menyeramkan dari para ayam dewasa dari kandang-kandang yang lain. Cerita semakin menyeramkan takala Si Pejantan Tangguh mulai bercerita soal kematian ayam yang semakin hari semakin meningkat. Wajah ibuku tampak risau, di ujung matanya terlihat

Bertandang Ke Rumah "Bagas" di Gunung Cikurai - Garut

Keriuhan di Puncak Cikurai Lebaran tanpa plesir menjadi momok yang mengerikan bagi sebagian orang, begitu dasyatnya wabah membuat manusia bumi kalangkabut. Sana-sini ribut membicarakan tentang pandemi, kapan berakhir, berapa yang meninggal dan bagaimana cara pencegahannya? Semua masuk dalam pusaran arus kuat pandemi. Tak terkecuali aku. Ramadhan dan lebaran yang berbeda cukup membuatku muak, tapi apa daya ini hal yang berbeda pula.  Pembatasan Skala Besar-besaran (PSBB) dibuat dengan landasan hukum yang tak main-main, semua terlibat, semua terpengaruh dan semua mahfum. Dua minggu berlalu, ditambah lagi beberapa minggu hingga akhirnya aturan dihentikan untuk memunculkan kehidupan baru. New Normal istilah keminggris untuk kehidupan tatanan baru selepas pandemi. Kehidupan tatanan baru yang dirancang pemerintah ini memberikan jalan tengah kepada masyarakat untuk menggeliatkan ekonomi dengan prosedur kesehatan di masa pandemi. Dengan tatanan ini masyarakat dan pemerintah berhara

Galeri Rumah 'Bagas' di Cikurai

Lanskap Dari Puncak Gunung Cikurai Matari yang Siap Menyengat Bumi Ufuk Timur Bercerita Para Pendaki Girang  Matari Membuka Mata Cahaya

QSL Card: Bulan Juni Dari Radio Taiwan Internasional

Bulan Juni 2020 Kamis lalu (11/6/20) saya mendapatkan tiga surat dari RTI, Radio Taiwan Internasional. Dalam tiga amplop terdapat beberapa kartu QSL Yang dikirim dari devisi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.  Untuk bulan ini yang jadi gambar utama QSL adalah Braised Pork Pastry. "The stressed with braised pork and green bean There are God with wers of distinct textures sesame seeds, giving this snack many layers of distinic texture".

Bukan Aku

Zaman teknologi ini membuat semuanya menjadi dadah yang terus menagih dan menagih tanpa batas, kecuali mati atau insyaf. Komunikasi menjadi pendek, cepat dan kurang bermakna, detik ke detik lainnya muncul pesan baru. Semua semakin liar saja. Sore itu layar kecil mengedipkan lampu pertanda pesan baru masuk ke gawai. Percakapan saling silang menjalin keteraturan bak rajutan, tenun dan karpet persia. Semua terjalin dengan harmonis hingga pada kerapatan yang baik. Rapat, saling berhadap hingga degup jantung terdengar satu sama lain. Satu sisi jatuh hati, sisi lain belum terlihat. Akulah sisi yang jatuh hati, segala yang ada ditumpahkan untuk perasaan yang semakin hari semakin menghimpit. Sesak rasanya entah saat senang ataupun iri pada dirinya yang dekat dengan yang lain. Itulah sehari-hari perasaan yang dialamiku, persis seperti Majnun. Gila. Segala waktu terbuka, segala kesempatan teruntuknya. Semua melebihi penyembahan pada yang Kuasa, aku paham ini racun yang bisa menelan w

Bukan Apa-apa

Aku bertanya padamu Kamu yang dalam diri Yang terkecil daripada sel Mengapa? Bukan aku yang mengejar semua Ada sisi lain Bergerak dan menggapai apa Terjamah, lepas dan sia-sia Aku tak ada Dalam segenap sisi Ruang kosong menolak Dan pergi 

Kokoro (Rahasia Hati) oleh Natsume Soseki

Adalah novel Jepang yang pertama saya baca, sebelumnya sama sekali tidak ada novel yang pernah dibaca. Karya Jepang yang saya nikmati biasanya adalah anime dan manga saja, selain itu tidak ada. Memang ada beberapa karya sastra berbentuk audio yang selalu disiarkan oleh NHK Radio Jepang Siaran Bahasa Indonesia. Karya tersebut dibacakan, namun pendek saja. Novel ini menceritakan tentang Aku dengan titik utamanya adalah sensei (orang lain). Dari alur cerita sangat biasa, namun terjadi permainan emosi terutama pada tokoh Sensei dan juga tokoh Aku. Lagi-lagi porsi cerita lebih menekankan ke tokoh Sensei. Alur yang digunakan adalah alir tarik ulur antara masa kini dan masa lalu yang digambarkan secara sederhana, tanpa memusingkan para pembaca sekalian. Namun jika anda pembaca yang tidak menyukai permainan emosi, sebaiknya jangan membaca karena akan terasa jemu terlebih ceritanya tidak ada kejadian/peristiwa yang "woow". Novel ini terdiri tiga bagian: Pertama bagian menceritakan Aku

Jelajah Curug di Pamarican - Ciamis

Sejenak kita lupakan pandemi Covid-19 di bumi ini, entah bagaimana caranya yang penting sesuai protokol kesehatan yang berlaku. Kini saya dan kawan berada pada situasi yang sama, kebosanan. Pengusir bosan adakah? Tentu saja ada dan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku yakni pergi menyendiri ke hutan lindung. Lebaran tanpa liburan adalah hal yang terlalu mengerikan, namun kengerian itu bisa dimaklumi pada saat pandemi ini. Kami yang nekat sesuai prosedur protokol kesehatan, akhirnya memilih untuk liburan ke hutan lindung di kawasan gunung Gegerbentang di Pamarican Kabupaten Ciamis. Di kawasan hutan lindung ini memang banyak menawarkan pemandangan yang luar biasa seperti biasanya alam liar, curug perawan yang tak pernah diperkosa oleh manusia brengsek dan ketenangan dunia yang tak diusik oleh deru mesin.  Tidak banyak persiapan untuk perjalanan ini, cukup membutuhkan pakaian yang cukup rapat untuk melindungi gigitan nyamuk dan hewan nakal lainnya, baju ra

Sebutan Bentuk Penis dalam Tradisi Bali

Unggahan kali ini terinspirasi dari status ataupun thread  dari seorang netizen dari dunia Twitter @Kismin666oys. Thread ini sangat menarik sekali dan isinya pun sangat jarang sekali dibahas, terlebih Indonesia negara yang agamis. Netizen ini berasal dari Bali, tahu kan Bali?! Pulau indah penuh seni, agamis dan surgawi. Selama ini saya plesiran di wilayah Indonesia hanya ada dua wilayah yang menjual dengan "pantang" kontol-kontolan alias hiasan berbentuk penis. Dua wilayah itu adalah Jogjakarta dan Bali saja, yang lainnya masih malu-malu. Dalam dunia kesehatan penis dianggap hal lumrah, namun di kalangan masyarakat awam Indonesia adalah hal tabu. Tapi tidak demikian jika kita mengorek sejarah leluhur kita, semisal saja candi Sukuh yang terkenal penggambaran betapa sucinya hubungan seksual. Pada agama leluhur yang kini masih eksis di Bali dalam beberapa kitab ada ajaran suci mengenai seksual yakni Kamasutra. Ilmu olah seksual yang diperuntukan untuk menuju kesempur

Membaca Karya Dee: Filosofi Kopi

Adalah pertama membaca karya Dee Lestari dan memang terlambat dengan pembaca lainnya. Terlalu banyak karangan penulis lainnya yang belum terbaca, sehingga Dee Lestari terlupa. Aku membaca bukunya juga dalam lingkungan ilegal, membaca lewat format buku elektronik yang dibajak orang. Maaf kan saya mengambil dengan cara haram ini. Banyak karya Dee yang saya kenal dari rak-rak toko buku kecil maupun besar di kota maupun di kampungku. Aduhai saku tak mampu membayarnya, hingga akhirnya aku menemukan barang haram ini. Karya Dee yang pernah saya cicipi dua halaman saja adalah Supernova. Dan aku lupa. Tapi ada yang ingat di mana ada bagian percintaan tanpa batas gender. Tahun ini 2020, saya membaca Filosofi Kopi. Buku yang meledak dengan sejumlah kafe-kafe di Indonesia.  Pertama saya kira bahwa Filosofi Kopi merupakan novel ataupun trilogi seperti Supernova. Aku salah kira, dan itu terampuni. Buku Filosofi Kopi ternyata sebuah kumpulan cerita pendek alias cerpen yang berisi delapan

Belakang Rumah Pamarican

Preman Dalam Sebuah Buku: Para Jagoan

Dunia preman biasanya dianggap sebagai dunia hitam, dunia yang dipandang sebelah mata. Jarang orang mengambil tema ini untuk dijadikan buku, walaupun banyak cerita fiksi ataupun nonfiksi yang bercerita mengenai golongan preman. Dunia marginal memang selalu tersisih dan termarjinalkan. Kata preman, diduga berasal dari bahasa Belanda Vrije Man  alias orang bebas. Dengan pengertian orang yang tidak bergantung pada suatu institusi ataupun kedinasan negara. Pada buku ini dijelaskan serba-serbi tentang preman, jagoan, jawara ataupun bromocorah. Sejarah awal hingga eksistensinya hari ini, termasuk problematika yang dihadapi dan manfaat yang diperoleh.  Ini merupakan buku pertama yang saya baca tentang preman yang dipandang sebagai pahlawan, tokoh hebat dan terpuji. Ya sisi lain dari preman yang biasanya dianggap hal yang buruk. Dari buku ini juga saya mendapatkan pengetahuan tentang sejarah leluhur kita, yang tak lain juga seorang preman. Baik kelakuannya preman ataupun otaknya yang preman. P

Buku Tua Bernilai Emas: Ibn Arabi Oleh H. Aboebakar Atjeh

Merupakan buku Tua dan tipis, namun bernilai emas. Buku yang sudah lepek, berbau khas kertas tengik terselamatkan oleh teknologi digital yang terekam halus oleh alat pemindai. Buku ini menggunakan ejaan Soewandi ejaan yang populer pada zaman Orde Lama, zaman dimana Ir. Sukarno berkuasa. Perlu usaha nyata untuk membaca buku ini, maklum saja orang sekarang diajar dalam penulisan sistem EBI (Ejaan Bahasa Indonesia).  Buku Ibnu Farabi karangan H Aboebakar Atjeh merupakan ikhtisar dari kehidupan dan pemikiran filsuf Islam yang bernama Ibnu Farabi atau Ibnu Suraqah atau juga Muhyiddin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah al-Hatimi. Terlahir di negeri Islam Eropa yang bernama Andalusia, tepatnya di Murcia pada 17 Ramadhan 560 Hijriyah bertepatan pada 29 Juli 1165 Masehi. Beliau dibesarkan dengan pengajaran pendidikan yang luas mulai dari belajar Alquran kepada Abu Bakar bin Khalaf di Sevilla hingga ke penjuru negeri Islam saat itu. Ibnu Arabi dengan Pandangannya Pemikiran tasa