Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Mind-blowing Saat Premenstrual Syndrome (PMS)

Tempo hari lalu masih saja menjadi ingatan, pembicaraan ringan dengan rekan kerja. Rekan kerjaku seorang perempuan milenial yang baru saja lulus kuliah. Karena lingkungan medis jelas segala pembicaraan luas sampai ke gang kelinci pun masuk, mau sifat surgawi ataupun masuk ke gang perkelaminan itu jari hal wajar. Perspektif kita sebagai orang medis memang agak lain daripada manusia lainnya.  Baiklah, mukhadimah sebatas itu saja. Inti dari yang akan saya sampaikan adalah cerita-cerita absurd dari sang mahluk hormonal. Sudah jelas dalam berbagai buku anatomi fisiologi ataupun psikologi memang perempuan adalah spesial. Dia tercipta dengan rancangan unik dari Tuhan, berbagai kelebihan disematkan pada seorang perempuan. Keunikan dan kelebihan itu termasuk perihal hormonal!  Saya sebut sebelumnya bahwa perempuan adalah makhluk hormonal, si ratu hormon. Bayangkan saja dalam tubuhnya mempunyai enam jenis hormon khususnya hormon reproduksi, diantaranya: progesterone, estrogen, testosteron, luten

Pesan Bijak Jawa dalam Perinsip Ma Lima

Yang pertama adalah ma-madat 'pemadat'. Secara lahir batin hal ini adalah cela, tetapi dianggap wajar saja bagi yang biasa ber- madat. Kebiasaan madat adalah perbuatan nista, menyebabkan kesengsaraan. Tentang madat, tidak baik diceritakan, tercela, mengotori batin bila diucapkan. Dalam masyarakat ramai, bahan-bahan untuk madat disebar merata, diisap dan menyebabkan pikirannya melayang, merasa senang, tubuhnya serasa lepas, darahnya terasa tenang. Pemadat mera- sa bahwa seluruh bagian tubuhnya sehat, kemarahannya menjadi reda Semakin lama, kekuatan badannya semakin berkurang, akhirnya men jadi sarang penyakit. Yang kedua adalah ma-madon 'melacur' . Tentang hal ini belum dijabarkan dengan baik. Hal-hal yang mustahil, hendaknya dipahami dengan pikir dan rasa. Agar gairah asmara terus mengalir, para pelaku madon berpenampilan baik. Mereka tidak dapat dipercaya dan tidak tahu malu, kebiasaan bohong disembunyikan, meminta perhatian, namun banyak halangannya. Mereka sering men

Istilah-istilah Anak dalam Keluarga Jawa

1. Ontang-anting: anak laki-laki/perempuan tanpa saudara (semata wayang). 2. Uger-uger lawang: dua bersaudara anak laki-laki. 3. Kembang sepasang: dua bersaudara anak perempuan. 4. Kendhana-kendhini: dua anak bersaudara, laki-laki yang tua, perempuan yang muda. 5. Kendhini-kandana: dua anak bersaudara, perempuan yang tua, laki-laki yang muda. 6. Pandhawa: Kelima anak berjenis kelamin laki-laki semua. 7. Ngayoni: Kelima anak berjenis kelamin perempuan semua. 8. Madangka: Lima anak bersaudara, empat orang lelaki dan satu perempuan. 9. Apil-apil: lima bersaudara, empat orang lelaki dan satu perempuan. Sumber Serat Centhini II - UGM Press.  

Memori Tentang Kendaraan

"Saya mau tamasya Berkeliling keliling kota Hendak melihat lihat keramaian yang ada Saya panggilkan becak Kereta tak berkuda Becak becak coba bawa saya Saya duduk sendiri sambil mengangkat kaki Melihat dengan asyik Ke kanan dan ke kiri Lihat becakku lari Bagaikan tak berhenti Becak becak jalan hati hati" Demikian dua bait lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud, seorang ibu yang selalu menyajikan lagu yang riang. Tak kecuali naik becak pun menjadi mengasikan. Lagu ini memang amat melekat pada masa kecilku, dimana becak saat itu masih menjadi kendaraan umum dengan banyak pengguna. Selain naik becak, naik delam pun menjadi lagu yang amat manis untuk dikenang. Lagi-lagi penciptanya Ibu Sud.  Nostalgia dengan lagu di atas bukan sekedar membawa kita sebatas lirik dan irama saja. Melainkan pada sebuah nostalgia manis di masa itu. Kira-kira nostalgia berkesan apa saja sih yang pernah pendengar JM alami saat masa kecil? Yuk saling bercerita di sini. Untuk mengawali cerita saya sendiri akan

QSL: Radio Taiwan International - April 2023

Cukup lama tidak mendapatkan QSL dari stasiun radio internasional, kali ini saya mendapatkan satu saja QSL rutin dari RTI. QSL ini khusus bulan April 2023 bergambar sketsa apartemen atau rusun yang berlokasi di Yongkang Street.  Bagian belakang masih sama seperti sebelumnya dengan ucapan terima kasih, juga informasi mengenai frequency, bahasa dll.

Serat Centhini XI - Terbitan UGM Press

Beberapa buku memang belum terbeli karena stok di UGM Press sedang kosong, selanjutnya pihak penerbit mengatakan akan mencetak kembali pada bulan Agustus September 2023. Walaupun terlewati beberapa jilid, saya masih bisa menikmati pada setiap babnya. Seperti merangkai sebuah puzzle, dengan berbekal cerita dari novelisasi Centhini.  Jilid menceritakan bagaimana akhir dari sebuah perjalanan Syekh Amongraga, akhir nan sedih dengan perspektif awam. Sementara perspektif kesufian merupakan akhir yang membahagiakan. Pelarungan jasad syekh Amongraga menjadi jalan pada penyatuan pada zat ilahi. Selanjutnya Niken Tambangraras pergi dari rumah dan bertemu dengan adik Syekh Amongraga. Pertemuan keluarga ini sangatlah mengharukan terlebih saat gelombang kedua keluarga Wanamarta bersatu. Berbagai wejangan keislaman tersebar di jilid ini, seperti wejangan soal iman dan Islam. Ada juga ajaran mengenai akhlak untuk para ulama, seperti Ki Ragarunting menyombongkan diri pada Syekh Amongraga.

Serat Centhini IX - Terbitan UGM Press

Petualangan birahi masih terjadi pada bab ini, petualangan demi petualangan dengan berbagai jenis perempuan. Bab ini juga tidak bergeser latar belakang tokohnya hanya Keluarga Wanamarta yang mencari Syekh Amongraga diantaranya: Jayengresmi, Jayengraga, Kulawirya dan Nuripin. Tidak ada cerita lainnya selain mereka.  Cerita Ni Janda belum berakhir di Bab VIII, pada Bab ini Ni Jandi masih menjadi bintang dalam cerita. Tidak ada hujan dan angin tiba-tiba Ni Janda mengadakan pesta besar seperti pesta pernikahan, semua pembesar diundang. Berbagai gaya pakaian dan senjata dipakai demi menarik perhatian orang lain pada pesta besar tersebut. Ketiga anggota keluarga Wanamarta meminta izin pada Jayengresmi untuk ikut serta pesta besar Ni Janda.  Pesta miras, tayub dan seks menyatu pada acara Ni Janda. Turut mengundang Ni Madu sebagai penari utama nan ayu. Pada malam inilah paman dan keponakan terjerebab dalam nafsu syahwat. Ki Kulawirya lagi-lagi berhubung seks dengan Ni Janda dengan segala hadia

Serat Centhini VIII - Terbitan UGM Press

Kehidupan Syekh Amongraga dan dua santrinya tertulis lengkap di Jilid 8 ini, perjalanan dari gunung ke gunung, lembah ke gua. Berbagai setan demit sudah dijamah, begitu juga dengan orang yang sedang bersemadi di tempat-temopat wingit. Diceritakan juga Syeikh Amongraga pertama mendapatkan seorang santri (pengikut), pengikut pertamanya adalah seorang pintar pada bidang hitungan wuku, namanya Wergasana. Setelah menjadi murid Syeikh Amongraga serta turut kemanapun pergi, dia menjadi seorang mualaf. Dan diberi nama Wergajati. Kini Jamal Jamil mendapat teman dalam perjalanan yakni Ki Wergajati yang tak kalah pintar. Perjalanan demi perjalanan hingga sampai pada sebuah desa, di sana Syekh Amongraga bertapa di sebuah pucuk gunung. Sementara tiga muridnya berasa di desa. Kegiatan ketiga muridnya di desa sangat aktif seperti ber-ojrat, debus, berkesenian dan mengajarkan ilmu agama sehingga masyarakat desa setempat dan desa tetangga tertarik dengan ilmu agama yang disebarkan. Beratus murid (pengi

Serat Centhini VII - Terbitan UGM Press

Serat Centhini Jilid VII terdiri atas 31 pupuh, mulai pupuh 373 sampai pupuh 403. Isi teks dan urutan ringkasan ceritanya sebagai berikut. Seh Amongraga di pendapa berdiskusi dan mewejang berbagai ilmu dengan keluarga mertua, Ki Bayi Panurta. Seh Amongraga dibuatkan rumah di sebelah timur mertuanya, yaitu di Kampung Penanggungan. Pengantin baru boyongan pindah ke rumah baru. Seh Amongraga sangat sayang kepada Niken Tambangraras, isterinya. la diajari ilmu lahir dan batin, syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat Setelah hari keempat puluh wejangan telah selesai, barulah sang isteri digauli. Niken Tambangraras sangat bahagia. Namun kebahagiaan itu hanya sementara karena Amongraga bersama pengikutnya Jamal dan Jamil kemudian meninggalkan isterinya. Mereka bertiga berangkat ke arah timur untuk mencari adiknya Rancakapti dan Jayengresmi. Kutipan di atas diambil dari Bab I Pendahuluan daru buku tersebut.  Pada jilid ini juga menjelaskan berbagai macam mazhab dalam Islam, ada juga

Serat Centhini VI - Terbitan UGM Press

Jilid ke-6 ini penuh dengan resepsi pernikahan dari Syekh Amongraga dan Niken Tambangraras. Berbagi sumbangan dari para bupati dan pejabat lainnya datang silih berganti, begitupun hiburan yang disediakan bermacam-macam pula. Perayaan pesta perkawinan ini memakan waktu lebih dari seminggu. Kemeriahan pesta pernikahan sama seperti yang ada di kota, bahkan seperti pesta pernikahan setingkat bupati. Selain berbagai jenis tamu yang datang, para tamu pun duduk sesuai dengan kelasnya masing-masing seperti mengalir begitu saja. Para dalang akan berkumpul dengan dalang lainnya, begitu juga dengan para petani. Berbagai hidangan disajikan, bukan hanya tiga atau sepuluh hidangan saja melainkan puluhan jenis hidangan. Para santri makan dengan penuh nafsunya, setelah buang air bisa melanjutkan makannya lagi. Ada satu petuah bagus dari ki Buyut (ayah dari Ki Bayi Panurta) dia berpesan agar orang tua tidak boleh makan brutu (buntut), kulit, jeroan dan telur agar kesehatannya terjaga tidak sakit sakita

Serat Centhini IV - Terbitan UGM Press

Setiap jilid Serat Centhini ternyata selalu ada Prakata, Kata pengantar, dan Bab 1 yang isinya pengantar (perkenalan tentang Serat Centhini). Jadi hal-hal di atas adalah sebuah kewajiban pada setiap jilid baik yang lama ataupun baru. Bagiku Bab 1 sangat penting terlebih bagi seseorang yang tidak kenal tentang Serat Centhini, baik dari segi sejarah, penyusunan, tokoh-tokoh, studi kasus dan lain sebagainya. Selain olah asmara Cebolang juga belajar tentang agama Buddha pada seorang brahmana. Di sini terjadi komparasi atau penyamaan ajaran yang sebenarnya sama-sama membawa manusia pada sebuah kebajikan. Namun ada beberapa ajaran yang disamakan tersebut disangkal oleh Brahmana Sinddhi seperti persamaan karma dan lauh mahfudz. Hal 130. " Adapun pengertian Karma, segala macam kejadian dan perbuat an yang disebut baik, seperti: bagusnya raga, lurusnya tubuh, rasa enak dan nyaman, kesenangan makan, kewibawaan dan sebagainya, akibat dari perbuatan utama. Sebagai imbangannya ialah sifat jaha

Serat Centhini V - Terbitan UGM Press

Menelusuri kembali jejak Serat Centhini dari berbagai sumber adalah kunci sebuah perspektif. Kali ini jilid ke-5 menjadi yang ter-panas dalam hal seks. Sebelumnya disebutkan bahwa ada beberapa jilid yang termasuk dalam kategori satu diantaranya jilid 5 ini. Jilid ke-5 terdiri dari atas 86 pupuh, mulai dari pupuh ke-321 (40 bait) sampai dengan pupuh ke-356. Dimulai dengan cerita Cebolang terperangkap oleh nafsu seks baik dengan perempuan ataupun lelaki hingga akhirnya bertaubat di gunung Semeru. Bagiku jilid lima ini lebih beragam isinya terutama mengandung banyak cerita duniawi baik yang bersifat menyenangkan, budaya, kehidupan seks, kehidupan agama dan ketuhanan. Sungguh lengkap.  Awal cerita pada jilid ini dimulai dengan Mas Cebolang dan para santrinya mengunjungi Wirasaba di sana Cebolang menjadi penghibur yang menarik bagi semua masyarakat dan juga bupati. Singkat cerita bupati tertarik akan keanggunan dari Nurwitri dan Cebolang sendiri hingga akhirnya mereka masuk dala

Serat Centhini II - Terbitan UGM Press

Sedari awal saya ingin sekali mengumpulkan beberapa terbitan buku tentang Centhini, entah dalam bentuk penjelasan atau novel. Novelisasi Centhini sangatlah enak dibaca dan mudah dimengerti ketimbang tembang/syair dalam bahasa Jawa asli. Jelas Serat Centhini asli membutuhkan keahlian terdiri untuk membacanya, saya yakin tidak setiap orang Jawa paham dengan bahasa yang digunakan. Setelah novelisasi Serat Centhini yang ditulis oleh Agus Wahyudi kelar dibaca, kini saya tertarik untuk membaca naskah lainnya mengenai Centhini. Lirikan pertama jatuh pada terbitan UGM Press dan lirikan kedua pada karya Achmad Chodjim. Pada perjalanannya akhirnya saya memilih membeli dari UGM Press, terlebih lagi saat kunjungan ke Museum Radyapustaka Solo minggu lalu. Di sana saya menemukan beberapa buku tentang Centhini, termasuk terbitan UGM Press ini.  Mencari ke sana kemari melalui marketplace akhirnya nemu langsung di lapak UGM Press. Lapak ini dikelola langsung dari UGM Press jadi tak ragu lag

Posisi Sex Menurut Budaya Jawa

Berikut beberapa pose seks dalam kebudayaan Jawa: 1. SUDAKAGA Sang wanita duduk dengan paha terangkat, ditempatkan di samping pinggang sang lelaki. Sang lelaki berada di bawah, menekuk kedua kakinya. Sang wanita bergerak menaik-turunkan pantatnya dengan penis yang sudah tertancap di dalam vagina. Posisi ini memungkinkan sang wanita me- nekan-nekankan waga purana (klitoris) dan idrĂȘng (itil)- nya ke tulang kemaluan sang lelaki dan membuatnya cepat mengalami orgasme. 2. YUKMAPADA Sang wanita tidur telentang sembari mengangkat kedua kakinya sehingga lubang vaginanya terlihat jelas. Sang le- laki berjongkok sembari memasukkan penisnya ke dalam vagina. Posisi ini memungkinkan ujung penis sang lelaki menyundul-nyundul G-spot (daging song) sang wanita dan memberinya kenikmatan yang luar biasa. 3. HIRANA Posisi sang wanita menungging, kepala ditegakkan. Bobot tubuh bertumpu pada lutut dan lengan. Sang lelaki memasuk- kan penisnya ke vagina dari belakang sembari memegang

Tatacara Seks Menurut Budaya Jawa (Aji Asmaragama)

Tata Cara Sanggama Menurut Aji Asmaragama Aji Asmaragama tidak semata mengajarkan persanggamaan hanya mengejar kepuasan badan. Aji Asmaragama juga angkan cara meraih kepuasan dari rahsa sejati. Rahsa berkaitan erat dengan sesuatu yang abstrak, tanpa inti, de tidak bersifat energi maupun materi. Namun ia adalah sumber hidup dan kehidupan. Aji Asmaragama mengajar Lan kepuasan dalam sanggama tidak harus berhenti pada permainan energi maupun materi. Lebih dari itu. Aktivitas sanggama dalam tataran tertentu bisa dijadikan batu loncatan untuk memasuki kondisi yang melampaui energi dan materi sekaligus, yaitu memasuki suatu kondisi yang nir-rasa (tanpa rasa): kondisi Atma atau Ruh. Dan rahsa sejati merepresentasikan kepuasan yang nir-rasa tersebut. Untuk meraih kedua hal di atas, kepuasan badan dan rasa sejati-walau terdengar paradoks-diperlukan se buah laku, yaitu praktik secara langsung. Di bawah ini akan sedikit diuraikan cara bersanggama sesuai ajaran Aji asmaragama demi menggapai dua kep