Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Serat Centhini IX - Terbitan UGM Press

Petualangan birahi masih terjadi pada bab ini, petualangan demi petualangan dengan berbagai jenis perempuan. Bab ini juga tidak bergeser latar belakang tokohnya hanya Keluarga Wanamarta yang mencari Syekh Amongraga diantaranya: Jayengresmi, Jayengraga, Kulawirya dan Nuripin. Tidak ada cerita lainnya selain mereka. 

Cerita Ni Janda belum berakhir di Bab VIII, pada Bab ini Ni Jandi masih menjadi bintang dalam cerita. Tidak ada hujan dan angin tiba-tiba Ni Janda mengadakan pesta besar seperti pesta pernikahan, semua pembesar diundang. Berbagai gaya pakaian dan senjata dipakai demi menarik perhatian orang lain pada pesta besar tersebut. Ketiga anggota keluarga Wanamarta meminta izin pada Jayengresmi untuk ikut serta pesta besar Ni Janda. 

Pesta miras, tayub dan seks menyatu pada acara Ni Janda. Turut mengundang Ni Madu sebagai penari utama nan ayu. Pada malam inilah paman dan keponakan terjerebab dalam nafsu syahwat. Ki Kulawirya lagi-lagi berhubung seks dengan Ni Janda dengan segala hadiah yang diberikan, Ki Nuripin pun sampai kecipratan rejeki. Berbeda nasib dengan Jayengraga hartanya terampas karena tertinggal, nasib buruk. Kotak sirih dari emas perak terampas oleh Ni Lanjar (janda kembang), dia juga tertipu oleh Ni Lanjar yang mengaku tidak ada hubungan dengan orang lain. Saat mani muncrat datanglah pacar dari Ni Lanjar masuk ke dalam rumah, pertikaian tidak bisa terhindar. 

Berbagai wejangan dari Ki Jayengrasmi, sang kakak dari Ki Jayengraga. Menjadi sebuah pelajaran dan amanat yang berarti, baik bagi Jayengraga dan Ki Kulawirya, namun sayang kadang mereka tenggelam oleh syahwat. Perjalanan ini sebagai reuni kecil untuk sahabat Ki Bayi Panurta yang sebelumnya bernama Harundaya. Kedua anaknya dan adik bungsu Ki Bayi bertemu ke-sembilan sahabatnya sewaktu masih menjadi santri. 

Ada satu bab yang unik yakni perkara hari baik dan naas untuk kalangan bencolèng, begal, pencuri dan bromocorah. Ternyata ada kitab dan perhitungan sendiri untuk mencuri atau berbuat jahat. Diceritakan bahwa keluarga Wanamarta masuk ke dalam kampung penjahat, di sana mereka mendengarkan wejangan-wejangan saat berbuat jahat termasuk mantra saat hendak melakukan kejahatan. 

Jilid ke-9 diakhiri dengan wejangan sahabat Ki Bayipanurta tentang makna dan falsafah pertunjukan kesenian terutama tayub dan wayang kulit. Wejangan tersebut salah satunya menyebutkan manusia tidak boleh terlalu masuk dalam hiburan karena akan membawa keburukan, hiburan seperti wayang atau tayuban hendaknya dijadikan hiburan secukupnya, tidak berlebihan. Penjabaran makna dalam pagelaran wayang kulit pun disebut seperti makna blencong sebagai dian untuk kehidupan manusia yang perlu tuntunan. 

Judul: Serat Centhini Jilid IX - Amongraga Tambangraras
Penulis: Sunan Pakubuwana V
Penyelaras: Marsono
Dimensi: 14,5X21cm; viii + 293 hlm
Cetakan: Kedua, Februari 2018
Penerbit: UGM Press
ISBN: 978-979-420-614-0

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d