Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Memori Tentang Kendaraan

"Saya mau tamasya

Berkeliling keliling kota

Hendak melihat lihat keramaian yang ada

Saya panggilkan becak

Kereta tak berkuda

Becak becak coba bawa saya

Saya duduk sendiri sambil mengangkat kaki

Melihat dengan asyik

Ke kanan dan ke kiri

Lihat becakku lari

Bagaikan tak berhenti

Becak becak jalan hati hati"


Demikian dua bait lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud, seorang ibu yang selalu menyajikan lagu yang riang. Tak kecuali naik becak pun menjadi mengasikan. Lagu ini memang amat melekat pada masa kecilku, dimana becak saat itu masih menjadi kendaraan umum dengan banyak pengguna. Selain naik becak, naik delam pun menjadi lagu yang amat manis untuk dikenang. Lagi-lagi penciptanya Ibu Sud. 


Nostalgia dengan lagu di atas bukan sekedar membawa kita sebatas lirik dan irama saja. Melainkan pada sebuah nostalgia manis di masa itu. Kira-kira nostalgia berkesan apa saja sih yang pernah pendengar JM alami saat masa kecil? Yuk saling bercerita di sini. Untuk mengawali cerita saya sendiri akan memulai, mudah-mudahan pendengar lainnya juga menulis untuk saling berkisah nostalgia manis zaman bocil (bocah kecil). 


Kendaraan zaman kecil kalangan pendengar RTI bisa saja sangat variatif, mulai dari mobil, becak, andong, rakit ataupun kapal feri. Jelas setiap orangnya punya kenangan sendiri pada setiap kendaraan yang pernah dinaiki. Bagi yang tinggal di desa mungkin akan lebih menarik lagi, berhubung di desa masih banyak kendaraan utama yang bisa tergolong tradisional seperti becak, andong, cikar, dokar, pedati, sado, rakit, perahu dayung dan lain sebagainya. Saya sendiri mengalami becak menjadi kendaraan utama dan favorit ibu-ibu yang hendak ke pasar atau tujuan lainnya. 


Selain kendaraan tradisional, pendengar sekalian juga bisa nih bercerita bagaimana pengalaman saat permata naik kendaraan jenis tertentu. Pasti setiap orang mempunyai pengalaman unik, berhubung kendaraan tersebut belum pernah dinaiki. Saya sendiri mempunyai empat gudang cerita yang akan dibagikan, stop untuk tertawa setengah-setengah kalau ada kejadian lucu. Tertawalah sampai bibir terbuka dan gigi terlihat putih mengkilat. Mari dengarkan tuan ouan sidang pendengar.


Becak

Ah kalau bicara kendaraan tradisional ini, aku merasa kurang suka terlebih diri yang introvert. Apa hubungan introvert dengan becak? Jelas ini ada relasinya dan itu seperti di ujung tanduk. Bayangkan anda duduk sendiri didepan muka pak becak, duduk manis dengan kaki dilipat atau dibuka. Seperti raja! Tepat sekali perumpamaan itu. Penumpang becak tidak seperti ojeg motor yang duduk di belakang. Penumpang becak bisa disamakan seperti raja, dia didorong dari belakang dan duduk sendiri atau berdua di depan, dipayungi dengan atap kulit sintetis. Banyak orang bilang penumpang becak gak bakal dikentuti sama abang becak kalau ngomel-ngomel terus atau bayarannya kurang. 


Saya sendiri kurang percaya diri saat naik becak ke atau dari pasar, kenapa? Jelas masyarakat Indonesia itu keponya sudah level regional atau mancanagara. Jadi tingkat kekepoannya bukan saja tingkat kabupaten, apalagi tingkat RT. Saat naik becak pasti setiap tetangga desa atau tetangga yang lainnya melempar berbagai tanya. "Mau ke pasar ya?" Habis borong apa nih?". Nah malu dong ditanya sedemikian rupa, rasa malu ini belum tuntas hanya sekedar pertanyaan kepo dari masyarakat Indonesia yang sudah mendarah daging. Untuk menjawabnya juga kadang malu karena harus sedikit berteriak, maklum saja becak dikayuh lumayan cepat jadi mau tidak mau untuk melontarkan jawaban mesti berteriak. Teriakan tersebut bisa saja sebagai basa-basi atau jujur belaka. Yang pasti aju sendiri hanya sedikit mesem, sementara saat bersama bapak. Ya Tuhan malunya berkali lipat dan berganda, kok bisa? Jelas. Bapakku menjawab dengan teriakan dengan sisipan angkuh dan pamer.


Desaku sendiri menjadikan becak sebagai kendaraan umum utama jarak pendek seperti sekolah dan pasar. Dulu banyak sekali pangkalan becak, hampir setiap perempatan atau pertigaan ada. Juga pada setiap desa ada, walaupun tidak ada trayek pasti. Abang becak mau-mau saja untuk mengantar penumpang lebih dari 5 km asal duitnya sesuai dengan keringat yang keluar. Ayo nih teman-teman pendengar ada tidak yang punya kenangan sama becak? 


Cerita becak memang tidak terlalu banyak, maklum saja saya selalu diliputi rasa malu untuk naik kendaraan ini. Karena jarang naik becak tidak ada tuh cerita guling saat naik becak, atau tabrakan becak san becak, juga jatuh ke depan akibat becak terlalu banyak muatan. Oh ya becak Indonésia tempo dulu memang sangat berseni tinggi, kalau dipikir lagi tipe-tipenya seperti fenomena truk saat ini. Saban becak selalu dilukis pada bagian sandaran penumpang, letak lukisan jelas di belakang. Biasanya lukisan itu berupa alam pedesaan, perkotaan dengan gedhung-gedhung, ada juga yang melukis ibu-ibu berhijab dengan tulisan "doa ibu". Nah fenomena lukisan di becak ternyata sekarang juga menginfeksi pada truk, sekarang setiap truk mesti ada lukisan entah wanita seksi, pemandangan alam bahkan cuma sekedar tukisan sarkas "Hidup Tak Semudah Cocotè M*rio T**h".


Saya yakin pendengar juga mempunyai langganan abang becak. Nah menurut sumber terpercaya langganan becak bukan saja nyaman karena abangnya yang baik hati, jujur atau gak bau ketek, tapi ada alasan lainnya yang fundamental salah satunya kayuhan atau genjotan yang enak. Sumber terpercaya tersebut mengatakan bahwa genjotan/kayuhan bisa membawa penumpang ke fase nyenyak. Masuk akal juga sebenarnya, memang sangat kompleks kalau dijabarkan dengan ilmu fisika dan matématika. Maka yang dihasilkan sebuah kenyamanan hasil dari reaksi yang kompleks. Seperti suspensi, rekasi kimia fisika pada gesekan angin sepoi-sepoi.


Mobil dan Kereta Api Pertama Kali


Lagi-lagi Ibu Sud menciptakan lagu ceria untuk naik kereta, masih ingat dong lagu ini: 


"Naik kereta api, tut-tut-tut

Siapa hendak turut?

Ke Bandung, Surabaya

Bolehlah naik dengan percuma

Ayo kawanku lekas naik

Keretaku tak berhenti lama"


Kalau inget lagu tersebut, pendengar sekalian pernah mikir gak sih kok Ibu Sud selalu ceria ya saat naik kendaraan. Apa gak pernah mabok? Apa gak pernah ketinggalan kereta, atau sekedar guling dari becak yang keberatan barang bawaan.  Ah Ibu Sud, saya berkeyakinan beliau adalah sosok yang selalu happy saat naik ke kendaraan, orangnya gak mabokan, gak penakut dan gak gengsian. 


Pertama sekali naik mobil saya masih ingat saat itu sekitar kelas satu SD (Sekolah Dasar), diajak paman ke pantai. Nah aku juga tahu tuh pantai itu seperti apa, bayangkanku malah kolam yang luas sekali. Memang beberapa orang dewasa bercerita kalau laut itu bentuknya kayak kolam yang luas sekali. Singkat cerita malam sebelum keberangkatan aku merasakan guncangan batin, tidak bisa tidur. Selalu terpikirkan bagaimana rasanya naik mobil, kata orang bisa bikin muntah. Aku tambah gak bisa tidur lagi karena memikirkan bentuk maut yang tak kunjung usai diimajinasikan. Hingga akhirnya lelah oleh pertanyaan dan lelap.


Kita bukankah kelas atas yang udah nangkring di Mersi atau mobil Pisot, kita hanya rakyat biasanya yang serba gumunan. Perdana! Mungkin ini sebuah prestasi, kebanggaan yang bisa dijadikan bahan pidato atau cerita dengan teman-teman sekelas atau tetangga. Kali ini dua prestasi yang tak akan pernah dilupakan yaknj naik mobil dan melihat laut. Fantastis. 


Mesin menggeram melebihi auman singa-singa yang lapar seperti tanyangan hewan-hewan TVRI. Kebul asap yang wangi itu dihirup oleh beberapa bocah termasuk aku sendiri, wanginya seperti permen tapi beda. Dan bukan seperti asap si tukang sate itu, asap yang kemana-mana menbuat perut menjadi lapar. Bagiku asap tukang sate adalah polusi udara yang membuat lapar, apesnya lagi tukang sate tidak pernah bertanggung jawab atas asapnya yang membuat rasa lapar itu muncul. Mereka hanya berani bertanggung jawab jika ada uang yang cukup, selebihnya makan tuh asap. 


Sebelum naik mobil, eh maaf bukan mobil. Saya tidak akan menulis kata mobil, saya khawatir pendengar akan berimajinasi mobil mewah. Okey saya akan gunakan kata yang tepat yakni truck, orang bilang truk, teruk, terus ada juga yang menyebutnya puso. Aku digiring naik ke tas bak besar seperti anak kambing yang akan dijual ke pasar. Aku bangga sekali atas prestasiku menaiki truk untuk ke laut. Usai penumpang masuk ke atas bak, barulah berjalan. Ada sensasi yang aneh saat pertama naik mobil (truck). Dunia terasa aneh, pohon-pohon berjalan sendiri, berlari-lari, mata seperti sekilat-sekilat berubah dari pohon yang lari menjadi rumah berwarna hijau. Ini aneh sekali. Menakjubkan!


Saking menakjubkan sensasi pohon berlari, aku merasa sedikit pusing. Sedikit rasa meriang dan agak mual. Mataku menjadi andh karena si pohon yang berjalan itu. Orang dewasa lainnya bilang "jangan lihat pohon nanti kamu muntah, lihat aja ke depan". Orang tua memang keramat, aku turuti saja melihat ke kedepan, benar saja sensasi itu berubah seperti naik sepeda di turunan tanpa rem, meluncur cepat. Ah sensasi ini lebih nyaman daripada melihat ke samping. Jiwaku memang bocah nakal, hingga terpikirkan untuk sebuah perbandingan dengan melihat ke belakang. Ya Tuhan ini seperti kutukan orangtua!!! Saat melihat ke belakang pohon berjalan itu kini seperti pohon berjalan mundur, sensasi mual muncul kembali. Astaga. 


Beruntung aku tidak menjadi korban pohon berjalan, aku turuti petunjuk orang tua yang lebih paham sensasi naik mobil. Dan semua setuju sensasi seperti naik sepeda tanpa rem lebih baik. Prestasi kedua yang akan diterima kali ini melihat laut, awal memasuki zona pesisir aku tidak paham apa yang mereka lihat. Katanya "itu laut…itu laut…kelihatan ombaknya". Saat itu mobil melintasi bukit di pinggir pantai. Aku yang tak paham maksud mereka, tetap menarik walaupun otaknya kosong. Di mataku hanya sebuah warna biru jernih. 


Terkesima seperti hal yang ajaib ketika mobil memasuki wilayah pantai. Orang-orang berteriak "Alhamdulillah sampai ke laut". Aku dalam hati "Oh seperti ini laut ternyata, kok air semua, dimana ujungnya, kok aneh sekali airnya mengejar orang di pinggirnya, habis mengejar kembali lagi". Keagungan dahsyat ini membuat aku selalu terpana sebagai sebuah prestasi yang bisa diceritakan pada teman-teman kampung yang belum pernah melihat laut. 


Ternyata sudah 1500 kata nih yang sudah diketik, saya harap para pendengar sekalian terhibur dari cerita nyata, real story, cerita non fiksi dari saya. Saya menunggu umpan balik cerita konyol baik dair kendaraan atau hal-hal pertama dalam sejarah hidup anda. Yang pasti hal-hal pertama tak akan lekang oleh waktu, sesuatu yang pertama pasti akan diingat. Seperti makan steak pertama susah pake pisau atau tanpa sengaja pegang hot plate, atau pertama ke bandara hingga tersasar. Silakan bercerita. 


Artikel ini pernah diudarakan pada acara Jurnal Maria, Radio Taiwan Internasional seksi Bahasa Indonesia tanggal 03&10 Juli 2023. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d