Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Serat Centhini IV - Terbitan UGM Press

Setiap jilid Serat Centhini ternyata selalu ada Prakata, Kata pengantar, dan Bab 1 yang isinya pengantar (perkenalan tentang Serat Centhini). Jadi hal-hal di atas adalah sebuah kewajiban pada setiap jilid baik yang lama ataupun baru. Bagiku Bab 1 sangat penting terlebih bagi seseorang yang tidak kenal tentang Serat Centhini, baik dari segi sejarah, penyusunan, tokoh-tokoh, studi kasus dan lain sebagainya.

Selain olah asmara Cebolang juga belajar tentang agama Buddha pada seorang brahmana. Di sini terjadi komparasi atau penyamaan ajaran yang sebenarnya sama-sama membawa manusia pada sebuah kebajikan. Namun ada beberapa ajaran yang disamakan tersebut disangkal oleh Brahmana Sinddhi seperti persamaan karma dan lauh mahfudz. Hal 130.

"Adapun pengertian Karma, segala macam kejadian dan perbuatan yang disebut baik, seperti: bagusnya raga, lurusnya tubuh, rasa enak dan nyaman, kesenangan makan, kewibawaan dan sebagainya, akibat dari perbuatan utama. Sebagai imbangannya ialah sifat jahat, cacat tubuh, sengsara, celaka, mendapat malu, semua itu tidak lain disebabkan oleh perbuatan hina, jahat. Jadi pada dasarnya Lauh Mahfudz dan Karma memang hampir sama. Kebahagiaan ataupun kesengsaraan adalah hasil perbuatan sendiri. Sebagai contoh, jika ada orang yang tidak merasa mempuyai dosa atau kesalahan kemudian dianiaya oleh seseorang, sedangkan orang yang menganiaya hidupnya lebih bahagia".
Jilid ini tidak terlalu porno ketimbang versi novel, pada novelisasi tergambar jelas bagaimana kehidupan seksual yang hot. Contohnya saat Cebolang bertemu dengan Nyi Demang Puspamadu dan juga saat Cebolang pertama kali masuk dalam kehidupan homoseksual dengan para warok.

Berbagi pelajaran didapati pada bab ini seperti pelajaran asmaragama (seks), manfaat asmaul husna, tasawuf, dan lain sebagainya.

Judul: Centhini Jilid IV - Tambangraras Amongraga
Karya: KGPA Amangkunagara III (Sunan Pakubuwana V)
Penyunting: Marsono
Dimensi: 222 halaman
Cetakan: pertama, Mei 2010
Penerbit: UGM Press
ISBN: 979-420-724-1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d