Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Jogja Kembali III

Perkampungan Di Kotagedhe Pagi itu secerah apa yang saya rasakan. Rasa lelah terbalas dengan tidur nyenyak selama beberapa jam saja. Hak tubuh saya untuk istirahat dicukupi dengan takaran yang pas. Sebelumnya saya bilang ke mas Susilo bahwa jam setengah dua siang saya akan pulang ke Jawa Barat. Jadi saya mesti dikembalikan ke asrama Galuh untuk persiapan berkemas. Tepat jam delapan pagi saya diantar ke asrama Galuh. Yang Bikin Gagah Sih Iketnya Saya sangat berterimakasih dengan kebaikan keluarga mas Susilo dan mas Susilo sendiri. Saya tidak akan lupa akan kebaikan kalian. Semoga Tuhan selalu memberkati kalian. Amin. Pose Alay Persiapan pulang dimulai dari mandi (walaupun sudah mandi di rumah mas Susilo), lipat - lipat baju, isi batrei kamera dan telpon genggam dan hal lainnya. Tak kurang dari sejam semua persiapan beres. Sisa waktu tinggal tiga jam lagi dari keberangakatan kereta api yang akan membawa saya pulang ke Tatar Galuh sana. Tiba - tiba muncul saja ide unt

Jogja Kembali II

Delman Pantai Parangtritis Musim hujan memang sudah dimulai sejak tiga minggu yang lalu di tanah Jawa. Tiap pagi atau sore ditabur butiran air dari langit, itu sudah kemutlakan alam. Berkah dari Tuhan! Pagi mendung namun tak kunjung hujan, hanya gumpalan awan hitam yang mengancam dari atas sana. Saya pun malas untuk bergerak banyak. Tidur, baca buku tentang sejarah kabupaten Ciamis dan diskusi dengan teman - teman mahasiswa. Menjelang siang barulah saya dan Kang Tendy keluar untuk mencari makanan. Makanan habis, tidak begitu bayar langsung pergi ke asrama ataupun ke rumah teman Facebook saya. Melainkan menunggu hujan lebat untuk reda. Lumayan ada sejam lebih.  Deddy Susilo Dalam janji  mas Susilo (teman Facebook), saya harus menunggu di sekitaran terminal Giwangan sekitar jam dua. Sepakat dengan perjanjian itu saya diantar Kang Tendy ke terminal Giwangan sekitar jam setengah dua. Alih - alih untuk ketepatan waktu. Namun sebaliknya terjadi. Saya menunggu begitu lama, le

Jogja Kembali I

Situs Warungboto Selancar kepakan burung merpati mendarat di ranting - ranting begitupun burung besi yang saya tunggangi dari Denpasar. Satu jam lebih sepuluh menit waktu tempuhnya dalam menempuh ibu kota kebudayaan Jawa itu. Sempat berkeliling langit Jogja beberapa belas menit, menuju utara dan balik lagi sampai beberapa kali, demi keselamatan sang pilot mengajak penumpang berkeliling dulu. Seperti yang diumumkan pramugara bahwa landasan pacu di bandara Adi Sutjipto sedang ada perbaikan. Beberapa belas menit berlalu, burung besi mendarat ke bumi Jogja. Sugeng Rawuh kalimat awal yang saya baca dan dengar di bandara ini. Kembali ke Jogja lagi! Batrei telpon genggam masih penuh jadi tidak ada kekhawatiran yang muncul. Beberapa rentetan pesan saya kirim melalui aplikasi WhatsApp Messenger ke Kang Tendy, seorang sahabat luar biasa. 'Tunggu di luar ya Kang' jawaban singkat darinya untuk ku. Tendy Nugraha Sedikit agak lama untuk mengantre pengembalian barang bag

Bali Di Akhir Kunjungan II

Bu kos saat itu sudah menanyakan apakah mau diperpanjang atau tidak? Saya jawab tidak. Besok hari saya pulang dengan penerbangan pagi. Padahal saat itu saya belum pesan tiket sama sekali. Biarlah berbohong sedikit. Ya semoga saja tiket masih tersedia untuk saya. Benar saja masih ada banyak kursi yang tersedia di penerbangan Air Asia menuju Yogyakarta. Mepet, bisa mahal bisa juga super murah. Tapi kali ini saya mendapatkan tiket lumayan tinggi Rp 450.000 tapi juga termasuk murah diantara penerbangan lainnya yang menawarkan dari harga 500.000 sampai 750.000. Masih ada untunglah walaupun sedikit. Tuan madura, Rosi Mahendra Di hari terakhir saya masih mengisi waktu membantu bu Haji dalam hal tusuk menusuk sate. Semua berjalan sempurna hanya gosip dan obrolan tak penting yang saya lontarkan ke Rosi. Ya apalagi selain obrolan tak penting yang jadi bahan Yang renyah untuk kita bahas. Membahas hal penting seperti politik, negara, agama, ataupun hal - hal di luar nalar saya adalah keka

Bali Di Akhir Kunjungan III

Pagi itu terasa sepi dan mencekam hath saya yang kadung cinta Bali dan orang - orang yang istimewa seperti Bu Haji, Edi, Rossi, Bu Kos, Bu Beti dan Khadijah. Cinta itu membuat saya ragu untuk lepas dari mereka. Air mata kebahagiaan dan juga kesedihan menggantarkan saya keluar gang nomor sepuluh, Tukad Nyali. Tak akan terhapus semua keindahan yang saya terima. Dan saya tidak akan berkhianat untuk membalas kebaikan mereka. Mudah - mudahan Tuhan selalu menginggatkan saya untuk membalas setiap derajat kebaikanya. Amin. Berlari tergopoh - gopoh di pagi hari seakan maling yang lari karena khawatir akan ketahuan oleh masyarakat. Oh itulah saya Tuhan yang telah mencuri perhatian mereka. Sedih memang wajar bagi siapa pun manusia di dunia tak kecuali seorang raja, seorang yang kuat ataupun seorang yang lemah. Setiap perpisahan akan membuat seseorang tersentuh hatinya. Denpasar Airport Aplikasi Grab saya buka untuk memesan kendaraan menuju bandara. Beberapa kali memesan ojek Gra

Bali Di Akhir Kunjungan I

Judulnya membuat saya sedikit sedih tapi itu memang yang harus terjadi. Keinginan untuk hidup dan bekerja di Bali hancur karena sesuatu yang belum sepakat dalam hidup. Maklumlah ya hahahaha. Sehari ini diisi dengan kegiatan menusuk sate dengan Rosi dan Bu Haji sampai selesai. Lumayan banyak jumlah daging ayam yang kami tusuk. Dalam mengisi hari tak jauh dari sepotong gosip ataupun pembicaraan tidak penting saat kami menusuk sate. Memang menarik untuk membicangkan hal tidak penting ini hahahaha. Bukan hanya saya saja tapi bu Haji mungkin juga seperti itu dengan karyawannya. Hahaha. Suasana Hari Raya Pembicaraan mulai dari budaya Madura sampai soal hal yang paling tidak layak diperbincangkan muncul begitu saja dari mulut kami. Hahaha hihihi pun pecah begitu saja menggema dalam ruangan. Kali ini Bu Haji tidak banyak bicara seperti sebelumnya maklum saja dia terlalu capek akhir - akhir ini. Mungkin saja dia kecapekan karena ditinggal karyawannya. Bayangkan saja dalam satu hari ha

Dalam Bali II

Pagi Di Pantai Sanur Cerahnya hari ini tak lepas dari kebahagian semalam. Relasi keduanya begitu erat dan saling mengisi. Selepas pulang dari Bedugul, kami mendapatkan undangan yasinan empat puluh hari kematian. Undangan ini begitu istimewa bagi saya. Mungkin bagi kalian undangan yasinan empat puluh hari kematian itu sebagai undangan biasa saja tapi bagiku ini adalah sesuatu yang istimewa terlebih lagi saya memasuki komunitas Madura. Bayangkan saja saya hanya seorang yang beretnis Jawa di acara itu. Tidak jauh berbeda ritual yasinan empat puluh hari kematian yang ada di Jawa dengan komunitas Madura ini, hanya beberapa perbedaan saja. Perbedaan hanya pada tatacara seperti makan snack di awal acara, surat Yassin tidak dibaca melainkan dilafalkan langsung, makan snack dan makan besar setelah ritual doa dan lagam doa yang berbeda. Beberapa perbedaan itulah yang membuat saya merasa bahagia. Menikmati Pagi  Kebahagiaan semalam tidak begitu saja memuai ke udara dan terbang t

Dalam Bali I

Pura Bedugul Bunglon! lama menetap semakin mirip! Istilah biologinya mimikri. Itulah yang saya alami dengan hal kebahasaan saya selama tiga hari di Bali. Seakan intonasi bicara menyesuaikan dengan lingkungannya. Entah itu murni dari otak saya apa hanya sebagai kepura - puraan untuk menikmati sebuah perjalanan. Yang pastinya logat saya jadi kebali - balian. Pengaruh bahasa Madura tidak ada dalam lidah saya, walaupun saya sendiri tamu untuk tuan Madura. Tentunya tiap hari mendengarkan Bahasa Madura yang tuan rumah tuturkan tiap hari dengan anggota keluarganya. Seharusnya saya lebih bisa berlogat Madura daripada Bali tapi entah kenapa, sama sekali tidak biasa mengucapkan logat Madura yang khas itu. Alasannya mungkin saja karena logat Madura itu begitu sulit untuk ditirukan. Kalaupun ditirukan pastinya lidah akan selalu kesleo ataupun bisa patah tulang lidahnya!!! Tiga hari berlalu dengan kualitas yang luar biasa. Satu demi satu saya hafal karakter dan juga cerita - cerita ten

Hari Raya Untuk Kita II

Hari kedua Galungan disebut juga Galungan Umanis yang memang jatuh pada pasaran / hari Manis/Legi. Pada hari raya ke dua kebanyakan orang bersilaturahmi dan biasanya mengadakan resepsi pernikahan, hari yang baik untuk menikah. Sama seperti hari pertama Galungan semua orang masih terbawa oleh perasaan suka cita ditandai dengan banyaknya suara 'ngaji' di pura - pura, sambung ayam, lomba nyanyi/kidung religius Hindu Bali dan banyak lagi. Denpasar masih belum diserbu oleh para kesibukan yang hingar binggar namun Denpasar dipenuhi suara burung dan segarnya udara. Denpasar merana dalam suka cita kini. Kilau keemasan muncul dari ufuk timur membawa saya untuk kembali menikmati surga di pantai Sanur. Berbeda dengan hari yang lalu, Sanur kini lebih ramai oleh pengunjung. Tampak motor berjajar penuh di bahu jalan menuju pantai Sanur. Orang - orang seperti semut yang berjubel untuk mendapatkan makanan. Oooo suasana baru bagi Sanur. Dermaga Di Pantai Mertasari Tamparan ombak t

Hari Raya Untuk Kita I

Pagi itu surya memancarkan kecerianya yang luar biasa karena menyambut hari raya kemenangan dharma. Tak hanya surya yang tersenyum cerah semua penduduk Bali yang beragama hindu cerah ceria dalam menyambut seminggu lebih hari raya yang suci ini. Penjor (hiasan janur) berjajar rapih di pinggir jalan untuk menyambut kemenangan dharma. Dalam kepercayaan Hindu Bali, penjor adalah bentuk rasa syukur kehadirat nikmat Shang Yang Widhi Wase atau Tuhan Yang Maha Esa. Sembahyang Pagi Hari yang ditunggu saya tiba dengan hikmat dan istimewa saking istimewanya saya pun berbaju baru dengan warna putih sebagai perlambang kemenangan dharma yang suci. Berjalan mencari keramaian di setiap sudut Banjar ataupun Pura. Tampak semua berbaju putih untuk seorang jemaat pria dan baju warna favoritnya untuk perempuan. Yang unik dari jemaat perempuan adalah membawa sesaji yang dibawa dalam besek atau tempat sesaji berbentuk kotak atau persegi panjang dibuat dari daun lontar. Selain membawa sesaji dengan

Bali Kemarin I

Sebuah percakapan sederhana di Facebook dan WhatsApp mengantarkan saya ke sebuah pertemuan dengan sahabat dua minggu lalu. Pertemuan ini memang disengaja dan sesuai janji yang pernah terucap dari saya dan Rosi (sahabat saya). Berbagai tawaran tanggal kedatangan membuat saya bingung untuk menentukan hari yang tepat. Mulai dari awal Oktober, akhir Desember dan awal Januari 2018. Segala pertimbangan sudah diperhitungkan dengan konsekunsi yang akan terjadi, semua mempunyai kelebihannya masing - masing. Rosi menawarkan tanggal prioritas ke saya pada akhir desember 2017 atau awal 2018 dengan keutaman paket free travelling di Pulau Nusa Penida dan Lembongan selama seminggu atau lebih. Rosi menawarkan tanggal itu karena dia baru bebas dari kerja saat akhir dan awal tahun. Sebelum Take Off Kebebasan terletak di tangan saya sebagai tamu 'undangan'. Lebih dari seminggu saya berpikir masak untuk menentukan hari (lebay seperti menentukan hari kawin ya.... ). Dengan istikharah dan

Bali Kemarin II

Terasa lembut pendaratan burung besi dari maskapai Air Asia mendarat selamat di bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar. Bersyukur atas semua kesempurnaan nikmat yang telah diberikanNya. Keluar dari badan burung besi tersapu oleh lembutnya angin yang berhembus dari pantai Kuta membawa wewangian khas Bali. Disambut dengan ucapan "Om Swatiastu" yang terpampang di papan digital bandara membuat saya mensyukuri semua kesempurnaan nikmat. Berjalan santai untuk mengambil barang di claim baggage , antrian lumayan banyak ya maklumlah menjelang Hari Raya semua pulang kampung untuk bersuka cita. Tas besar dan satu set tripod kuraih dari papan berjalan itu. Tanpa menunggu lama saya keluar dari bandara menuju ke tempat mangkal Sarbagita ( public bus ) yang berada di terminal keberangakatan internasional. Kupikir jarak terminal keberangakatan internasional dengan terminal kedatangan domestik dekat ternyata jauh sekali. Olahraga sekalian ya. Om Swastiastu Bali Berlari tepuntal - p