Hari kedua Galungan disebut juga Galungan Umanis yang memang jatuh pada pasaran / hari Manis/Legi. Pada hari raya ke dua kebanyakan orang bersilaturahmi dan biasanya mengadakan resepsi pernikahan, hari yang baik untuk menikah. Sama seperti hari pertama Galungan semua orang masih terbawa oleh perasaan suka cita ditandai dengan banyaknya suara 'ngaji' di pura - pura, sambung ayam, lomba nyanyi/kidung religius Hindu Bali dan banyak lagi.
Denpasar masih belum diserbu oleh para kesibukan yang hingar binggar namun Denpasar dipenuhi suara burung dan segarnya udara. Denpasar merana dalam suka cita kini. Kilau keemasan muncul dari ufuk timur membawa saya untuk kembali menikmati surga di pantai Sanur. Berbeda dengan hari yang lalu, Sanur kini lebih ramai oleh pengunjung. Tampak motor berjajar penuh di bahu jalan menuju pantai Sanur. Orang - orang seperti semut yang berjubel untuk mendapatkan makanan. Oooo suasana baru bagi Sanur.
Dermaga Di Pantai Mertasari |
Tamparan ombak tidak terlalu besar di pantai Sanur sebelah tengah dan selatan. Tentunya lebih aman untuk orang yang tidak bisa berenang dan anak - anak. Di pantai ini banyak sekali rumput laut dan karang - karang jadi mesti hati - hati takut menginjak bulu babi. Usai mandi rasa lapar menyerang saya putuskan untuk pulang ke kosan dan sekaligus membantu Rosi.
Tusuk menusuk sate sangat menyenangkan ternyata, ya walaupun saya kalah jauh sama Rosi, satu menit bisa dapat tiga tusuk sementara, saya hanya dapat satu. Dua sampai tiga jam proses tusuk menusuk sate lumayan lama karena banyak obrolan tak penting seputar budaya diantara kita. Bu Haji dan satu karyawan perempuanya dengan acuh berbicara Bahasa Madura dengan super cepat. Saya pikir kecepatan orang Madura dalam berbicara Bahasa Madura sama dengan kecepatan orang Padang dan Aceh saat mereka berbicara. Saya hitung Bu Haji berbicara satu paragraf hanya 30 detik saja hahahaha.
Kecepatan bicara bu Haji tidak akan mengalahkan kecepatan waktu yang bergulir di setiap ruang hidup dunia. Terik perlahan menjadi teduh dan munculah gelap. Rencana ke Nusa Dua hilang oleh kalahnya argumentasi antara tamu dan tuan rumah. Sebagai tamu saya nurut saja. Rosi sepertinya ingin menyajikan pengalaman yang berbeda untuk saya, ya tentu saja berbeda dari yang biasanya di Bali.
Diri Pribadi |
Dream Island - Mertasari menjadi hidangan istimewanya. Semua orang setuju bahwa Mertasari mempunyai sisi yang luar biasa. Onta hewan khas Timur Tengah ada di sini sebagai pelengkap rekreasi pantai. Dengan adanya onta ini banyak orang datang ingin melihat dan menikmati keindahan bentuk onta ini. Tak ketinggalan juga orang yang berniat untuk menikah pun datang ke sini untuk berfoto dengan onta sebagai sampul undangannya.
Lokasi pantai Mertasari tidak begitu jauh dari pantai Sanur tempat kami tinggal. Hanya dalam hitungan 20 menit saja dengan sepeda motor. Pantai Mertasari sendiri mempunyai karakter sebagai muara dengan hutan bakau yang masih asri. Sisi timur adalah kawasan bebas tiket dan sisi barat kawasan bertiket! Untuk memasuki kawasan yang disebut Dreams Island ini perlu membawa uang 20.000 rupiah saja. Dalam pembayaran itu sudah termasuk soft drink yang disuguhkan untuk pengunjung yang menukarkan tiketnya ke restaurant yang ada di Dream Island.
Jajaran saung khas Nusa Tenggara menghiasi bibir pantai Mertasari. Lebih dari sepuluh buah saung berjajar rapih dan indah. Sisi sebelah barat dari jajaran saung terdapat kandang onta. Sayang sekali para pengunjung dilarang ke sana karena ada seorang pasangan yang sudah sewa tempat untuk sesi foto pernikahan.
Rosi Mahendra, Tuan Muda Madura |
Drama langit saat adegan terakhir dengan matahari sangat mengaggumkan. Dimana langit menjadi kemerahan dan sebagian jingga walaupun saat itu matahari tidak tampak seluruhnya namun inilah akhir drama yang istimewa. Angin tidak terlalu kencang saat itu hanya berhembus lembut membelai semua bagian tubuh sampai kulit merasa dingin dan sepi.
Beruntung! Saya bertemu dengan sekelompok wanita Bali yang luar biasa keren. Sayang sekali saya tidak meminta Facebook atau nomor WA nya. Satu diantara enam orang menjelaskan tradisi hari raya Galungan ke saya dan Rosi. Wah suatu yang istimewa bukan?! Gelapnya hari pertanda menutupnya gerbang pantai untuk para pengunjung. Saya bergegas pulang bersama Rosi.
Tamat........
Komentar