Pagi Di Pantai Sanur |
Cerahnya hari ini tak lepas dari kebahagian semalam. Relasi keduanya begitu erat dan saling mengisi. Selepas pulang dari Bedugul, kami mendapatkan undangan yasinan empat puluh hari kematian. Undangan ini begitu istimewa bagi saya. Mungkin bagi kalian undangan yasinan empat puluh hari kematian itu sebagai undangan biasa saja tapi bagiku ini adalah sesuatu yang istimewa terlebih lagi saya memasuki komunitas Madura. Bayangkan saja saya hanya seorang yang beretnis Jawa di acara itu.
Tidak jauh berbeda ritual yasinan empat puluh hari kematian yang ada di Jawa dengan komunitas Madura ini, hanya beberapa perbedaan saja. Perbedaan hanya pada tatacara seperti makan snack di awal acara, surat Yassin tidak dibaca melainkan dilafalkan langsung, makan snack dan makan besar setelah ritual doa dan lagam doa yang berbeda. Beberapa perbedaan itulah yang membuat saya merasa bahagia.
Menikmati Pagi |
Kebahagiaan semalam tidak begitu saja memuai ke udara dan terbang tinggi tak beraturan. Kebahagiaan itu saya simpan dalam toples palung hati biar tidak mudah memuai ke udara. Pagi memang terasa pegal sekali dua kaki yang saya punya tapi apalah daya nafsu untuk menikmati pantai Sanur masih menggebu. Wajarlah saya belum pernah melihat wajah matahari yang mirip ceplok telor di pantai Sanur. Berkali - kali saya tidak mendapatkan kesempatan itu. Kurang beruntung!!
Berjalan sekitar dua - tiga kilometres untuk mencapai pantai Sanur tidak membuat saya patah semangat. Kebahagiaan memang bukan untuk dicari tapi diciptakan sendiri. Lagi - lagi saya tidak beruntung untuk mendapatkan si ceplok telor itu. Hanya kapas putih yang lembut disertai dengan garis pancar cahaya dari timur itu. Pantai Sanur dengan segudang pesona tidak akan mengecewakan saya walaupun ada sedikit kekurangan. Lebih dari tiga jam saya menggauli keindahannya.
I Komang Bagia (Pekusi) - I Wayan Marjana (Tingklik) |
Hari ini memang tidak ada acara jalan - jalan jauh lagi di siang hari. Tidak ada destinasi wisata yang kami pilih saat ini, kami hanya menunggu malam untuk bertemu dan menikmati keindahan instrumen musik yang Gus Teja mainkan. Mendapatkan informasi di Instagram membuat saya mati - matian untuk hadir di acara yang Gus Teja hadiri sebagai pengisi acara.
Beberapa kendala untuk pergi ke acara Gus Teja membuat saya sedikit bersemangat untuk ke sana. Motor matik Rosi dipakai bu Haji untuk berdagang. Sempat terfikir untuk sewa motor tapi Rosi memberi solusi untuk pinjam motor ke saudaranya. Saya beruntung!! Bermodal bensin penuh kami ke acara Ubud Trash Festival.
Sekitar empat puluh menit perjalanan dari Denpasar ke Ubud. Cukup jauh memang tapi kalau bukan karena macet bisa mencapai tiga puluh menit waktu tempuhnya. Kami berangkat tepat jam tujuh malam dan acaranya mulai jam setengah sembilan malam. Lumayan banyak waktu yang kami sisakan. Waktu sisa itu kami gunakan untuk berbelanja kaset - kaset CD Gus Teja di toko Pandawa di jalan monkey forest, Ubud.
Agus Teja Sentosa (Gus Teja) |
Suasana hari raya masih terasa meriah. Setiap banjar yang saya lewati selalu ramai oleh orang - orang. Anak - anak Ubud membawa barongan keliling jalan raya dengan keriangan yang berarti. Saya pun ikut merasakan apa yang ada dalam diri mereka. Senang!!!
Sempat tersesat untuk menuju tempat Gus Teja manggung ya maklumlah saya dan Rosi bukan orang lokal yang tahu segalanya. Tersesat beberapa kali tidak memudarkan niat saya untuk jadi saksi mata keindahan instrumen musik yang dimainkan Gus Teja.
Gus Teja sudah diklaim sebagai maestro musik Bali bagi orang - orang Bali sendiri. Setiap sudut kampung saya tanya tentang Gus Teja, mereka paham dan tahu siapa itu Gus Teja. Selain dari bukti nyata itu kaset CD album - album dijual mempunyai harga yang berbeda dari karya musikus Bali lainnya. Satu album Gus Teja dihargai dengan Rp 100.000 sedangkan karya orang lain hanya dihargai hampir setengah harga kaset album Gus Teja. Jelas harga mahal menandakan betapa terkenal dan istimewa karyanya.
Ubud Trash Festival 2017 |
Sebelum konser dimulai kami mencari kuliner khas Bali yang panitia jajakan. Sistem pembayaran menggunakan voucher yang dibeli dengan kelipatan Rp 5000. Banyak makanan dijajakan namun banyak jenis makanan yang tidak bisa masuk perut saya. Wajarlah.
Tepat jam sembilan malam Gus Teja sudah mempersiapkan diri. Disitulah kesempatan saya untuk mendekatkan diri dengan sang idola!!! Saya berhasil mendapatkan tanda tangan dan foto bersama dia. Saya sempat malu karena menyebut Gus Teja tanpa sebutan Bli dan saya juga tidak membukakan plastik penutup kaset yang masih menempel di album sebelum dia tanda tangani. Saya merasa sedikit lebih alay di momen ini. Hahahaha.
Lost Love menjadi pembuka Gus Teja manggung di festival sampah itu. Keren sekali semua penonton duduk rapih menikmati sugguhan musik Gus Teja. Saya yang masih dirasuki Rasa alay sempat berjoget sedikit saat memotret penampilan Gus Teja di panggung.
Beberapa judul musik instrumen telah disuguhkan namun perut saya dan Rosi sedikit protes karena belum diberi haknya untuk kenyang. Kami meninggalkan Gus Teja sejenak untuk makan. Makanan yang kami incar yakni sate keong ternyata sudah habis terjual. Sayang sekali! Tak apa masih ada makanan lain yang layak dicoba.
Tuan Muda Rosi Mahendra |
Masih satu saudara dengan kupat tahu, tahu masak, gado - gado ataupun ketoprak namun bagi saya ini lah yang paling nikmat. Entah jenis kacang apa yang mereka gunakan. Rosi pun menikmati dengan lahap dan dia setuju dengan saya bahwa makanan ini sangat lezat.
Seiring makanan yang saya makan habis demikian juga dengan persembahan dari Gus Teja. Lepas selesai manggung banyak fans yang lari minta foto, saya yang masih menyisakan makanan buru buru menghabiskannya untuk bertemu kembali dengan Gus Teja. Alay saya muncul dengan alami hahahaha.
Ketemu Artis!!! |
Acara persembahan dari Gus Teja usai dan tidak ada kepentingan lain dari saya dan Rosi. Kami putuskan untuk pulang ke rumah. Sepanjang jalan kehangatan hari raya masih terasa walaupun saat itu hanya para lelaki saja yang masih tersisa di banjar.
Komentar