Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Serat Centhini 12: Dua Sejoli Hidup Bahagia di Alam Kesempurnaan

Inilah akhir dari serat tertebal di Nusantara, jilid 12 sebagai penutup dari semua jilid yang ada. Menutup dalam sebuah kasempurnan jati pada diri Shang Hyang Widi. Dalam penutup terjadi banyak pertukaran ilmu tentang kesempurnaan, satu sisi yang belum sempurna dimasukkan kesempurnaan dari sisi lain. Simbol wayang selalu menjadi gambaran seperti apa itu manusia dan zat ilahiah. Ajaran dalam Serat Centhini jilid 12 ini seperti dalam torikoh naksyabandiyah dan yang lainnya. Keluar dari isi jilid 12, Serat Centhini lahir pada tahun dimana masyarakat Jawa saat itu masih banyak yang menganut agama Hindu Buddha, jelas hal ini mempengaruhi isi ceritanya. Banyak kata yang menyebutkan nama Tuhan dengan Shang Hyang Widi, Manon, Wenang dan yang lainnya. Diceritakan juga kehidupan beragama saat itu sangat bertoleransi antara pemeluk Buddha dan Islam saling melengkapi dan menghargai.  Kehidupan sukmawi Syekh Amongraga dan Niken Tambangraras tidaklah mulus, ada juga rintangannya. Maunah

Serat Centhini 11: Akhir Perjalanan Syekh Amongraga - Awal Menuju Penitisan Trah Mataram

Tak ada lagi guyonan kuli  Kulawirta untuk abdinya Nuripin, kini kehidupan kembali pada rumah masing-masing bersama keluarga dan istrinya. Tidak ada lagi gairah birahi dari setiap wanita di jalanan, tayuban tak digerakkan oleh Jayengraga maupun Kulawirya. Begitupun Nuripin hidup tenang tanpa kutukan dan gurauan dari Kulawirya. Pada jilid 11 ini akan menceritakan bagaimana perpolitikan yang ada, kisah hukum mati Syekh Amongraga ini layakanya cerita Al Hallaj, Socrates dan Syekh Siti Jenar.  Hukuman mati yang berdasar dari rasa ancaman kekuasaan, di sini Syekh Amongraga dihukum mati persis seperti Socrates, dan Syeh Siti Jenar, mereka berdua mempunyai banyak santri sehingga menimbulkan kerisauan politik dari penguasa. Terdiri dari lima bagian cerita, Serat Centhini 11 merupakan salah satu yang mempunyai sub-cerita yang banyak. Sub-cerita mengisahkan tentang Syekh Amongraga dan selebihnya tentang pengembaraan kembali dari keluarga besar Wanamarta. Inilah puncak dari sebuah pencarian Keman

Serat Centhini 10: Akhir Pengembaraan Kerabat Wanamarta

Ini adalah jilid terakhir untuk pengembaraan kerabat Wanamarta, jelas pada jilid ini akan banyak sekali hal-hal yang menarik. Terdapat 23 judul cerita, pokok cerita masih sama tentang perjalanan, agama, nafsu birahi, nasehat, budaya, perkawinan dan lain sebagainya. Dilihat dari judul-judulnya tampak menarik dan lebih seru dari jilid sebelumnya. Baru tersadar di jilid 10 ini, budaya Jawa memang kurang begitu menggunakan kiri dan kanan dalam menunjukkan jalan. Kiri dan kanan tidak ada pada semua buku Serat Centhini yang ada arah mata angin. Persis dengan kehidupan nyata masyarakat Jawa yang selalu menunjuk arah mata angin jika menunjukkan suatu tempat ataupun jalan. Ki Demang Wiracapa layaknya sahabat lamanya dari Wanamarta, Ki Bayi Panurta mencintai agama dan juga pada kebudayaan. Terbukti dirinya masih mencintai gamelan,  Ki Wiracapa sendiri menjelaskan makna falsafah dari gamelan yang semestinya selaras seperti kehidupan beragama dan kehidupan sehari-hari. Bukan hanya game

Serat Centhini 9: Pengembaraan Jayengresmi, Jayengraga, dan Kulawirya Mencari Syekh Amongraga

Nampaknya jilid 9 ini memang khusus menceritakan perjalanan keluarga Wanamarta dalam misi mencari kakak iparnya, Syekh Amongraga. Perjalanan ini nampaknya tak jauh beda dengan perjalanan dari Cebolang sewaktu masih menyelami nafsu sufiyah. Nafsu birahi menjadi titik fokus pada jilid ini, sayang sekali tidak ada tips dan trik, atau resep-resep untuk olah asmara. Seakan-akan jilid ini hanya umbaran nafsu birahi yang kurang berarti. Walaupun banyak adegan birahi, beberapa segmen menceritakan ihwal keagamaan. Layaknya cetrekan lampu listrik yang bisa on off. Menjadi budak birahi Ni Janda tak terelakan oleh Kulawirya, walaupun 'barangya' tak sebesar milik Jayengraga, namun mempunyai durable yang kuat. Alasan ini membuat Ni Janda semakin betah untuk olah asmara dengan Kulawirya, bahkan sampai titik perpisahan Ni Janda rela memberikan uang 100 reyal, keris dan pakaian mewah. Keponakan Kulawirya pun tak kalah birahinya, hanya saja kali ini apes. Dia mendapat janda kembang y

QSL: Radio Taiwan Internasional - Desember 2022

Gambar QSL favorit selama tahun 2022 untuk RTI adalah QSL edisi bulan Desember. Tampak bergambar hewan-hewan endemik Taiwan. Gambar tersebut tampak sangat lucu, terdiri dari tujuh jenis hewan diantaranya kucing tutul, ikan, beruang madu, dua burung dan satu sejenis kus-kus. Ketujuh hewan tersebut sangat istimewa bagi masyarakat Taiwan, terlebih beruang madu. Edisi terakhir ini berjudul "only in Taiwan" atau Hanya di Taiwan, ini pertanda bahwa hewan-hewan tersebut hanya ada di Taiwan saja. Untuk kota yang mengeluarkan Taipei.