Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Serat Centhini 8: Ujung Pengembaraan Jasmani Syekh Amongraga

Jilid depan ini terbagi menjadi dua bagian, pertama diawali dengan cerita perjalanan Syeikh Amongraga dan kedua abdinya Jamal Jamil dan bagian kedua yakni kisah perjalanan dari Keluarga Wanamarta dalam perjalanan mencari sang kakak ipar (Syekh Amongraga). Sungguh cerita baru dengan lakon utama baru akan dimulai kembali pada bagian pengembaraan keluarga Wanamarta. Perjalanan Syekh Amongraga masih berjalan dengan tujuannya menggapai kemakrifatan, dimulai dari gunung ke gunung, bukit, gua-gua semua terlewati dengan berbagai rintangan. Pada bagian ini Syekh Amongraga menjelajah di rangkaian gunung Lawu, di sanalah mendapatkan berbagai gua yang angker dengan banyak penghuninya. Pada bagian ini juga disebutkan berbagi jenis buah-buahan hutan, dedaunan dan hewan-hewan liar. Adapun hal yang baru bagiku adalah nama-nama dari hantu yang bergentayangan menggoda tiga orang pengembara. " Tempat ini memang menjadi kediamaan ge- rombolan setan dan iblis sejenis tuweg janggitan, bleg

Review ABC Selera Pedas - Gulai Ayam Pedas

Setelah sekian lama tidak mencicipi mie instan, kini dalam kunjungan belanja bulanan di minimarket terdekat saya melihat sesuatu yang baru. Sesuatu yang belum dicoba sebelumnya. ABC Mie Selera Pedas Rasa Ayam Gulai.  Mie instan ini diproduksi oleh PT ABC President Indonesia, produkan ini sudah mengeluarkan banyak sekali produk berupa makanan seperti mie instan dan susu. ABC President Indonesia jelas berbeda dengan ABC Heinze. Beberapa produk mie-nya seperti ABC Selera Asal, ABC Mie Cup, ABC Selera Pedas, dan YOMP. Produk mie ini sudah tersertifikasi oleh MUI untuk kehalalan dan BPOM sebagai produk yang aman untuk dimakan. Cara memasknya masih sama dengan cara memasak produk mie instan lainnya yakni dengan merebus dalam waktu 3-4 menit. Dalam kemasan mie instan ini terdiri dari satu paket mie instan, satu bumbu utama, bumbu minyak dan bubuk cabe.  Awal membuka paket bumbu terasa menusuk ke hidung, maklum saja bumbu rempah Indonesia. Untuk mie masih standar seperti mie murah

Serat Centhini 7: Wejangan Syekh Amongraga Tentang Ilmu Kesejatian

Wejangan demi wejangan diberikan Syekh Amongraga kepada istrinya, Centhini, juga pada anggota keluarganya. Namun yang paling intens mendapatkan wejangan adalah Niken Tambangraras dan Centhini. Semua ilmu kemanunggalan tercurahkan, keduanya seperti mendapatkan kenikmatan birahi kepada Tuhannya. Kedua perempuan tersebut tidak pernah tidur malam karena selalu mendapatkan wejangan dari Syekh Amongraga.  Setiap malam berganti tempat tidur (rumah) dari rumah adiknya Jayengwesti dan Jayengraga kemudian pada saudara lainnya seperti Ki Pangulu. Acara pindahan ini semacam ngunduh mantu, hanya saja setiap hari dan ada saja pesta besar. Segala hidangan selalu ada, pemotongan hewan ternak mulai dari sapi hingga burung peking pun ada. Ini adalah sebuah kemakmuran tiada tara. Disebutkan juga kemakmuran tersebut berkat maunah dari Ki Bayi.  Jilid 7 masih membawa wejangan-wejangan ilahiah Syekh Amongraga, pesta-pesta, pembuatan rumah berserta tatacara pembuatan dan juga hitungan sesuai kalender Jawa. T

QSL: Radio Taiwan Internasional - Oktober 2022

Tahun 2022 sudah berlalu, kini sudah mendekati Februari 2023 kartu QSL RTI masih terkirim dengan edisi 2022. Edisi yang dikirim kali ini untuk bulan Oktober 2022. Sebelumnya bergambar gedung dan segala mengenai perkotaan, kali ini ada hal yang berbeda yakni bergambar tanaman padi, jerami dan suasana pedesaan. Gambar tersebut sepertinya diambil dan terinspirasi oleh keadaan alam di West Central District di Tainan. Diketahui bahwa penduduk Tainan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, adapun pertanian unggulannya seperti mangga, jagung, melon, jeruk bali, anggrek, biji bunga teratai dan lain sebaginya. Kota Tainan yang sekarang adalah hasil penggabungan dari Kota Tainan dan Kabupaten Tainan menjadi munisipalitas setingkat provinsi pada tanggal 25 Desember 2010. Penggabungan ini berdasarkan keputusan Eksekutif Yuan pada tanggal 29 Juni 2009 yang juga menetapkan keputusan penggabungan Kota Taichung dan Kabupaten Taichung, Kota Kaohsiung dan Kabupaten Kaohsiung serta pena

Makna Selamatan Kematian (Kaulan)

Waktu sembahyang Subuh tinggal menanti satu bedug lagi. Mata Ki Bodin tampak mulai bergelayut. Maka Cebolang mencoba mengusir kantuk sang penjaga masjid itu dengan mengajaknya berbincang, "Kangmas Bodin, saya ingin tahu. Pada umumnya orang yang meninggal itu didoakan dengan selamatan. Saya belum tahu maksudnya, apakah ini sudah menjadi adat kemufakatan ataukah ada tuntunannya?" Ki Bodin mulai terbuka lebar matanya, lalu menjawab, "Kanjeng Kiai pernah memerintahkan kepada saya: 'Hai Bodin, karena kamu ini sudah termasuk golongan kaum, sering diundang dalam acara selamatan, diminta memberi doa dalam segala macam kenduri, mendoakan arwah dan selamatan, lantas jika ada yang bertanya tentang tata-cara bagi orang yang sudah meninggal dunia sampai peringatan seribu harinya, bagaimana jawabanmu?' "Saya pun menjawab sebisanya. Kanjeng Pangeran malah tertawa mendengar jawaban saya itu, lantas berkata: 'Hai Bodin, kamu harus tahu, kalau ditanya seperti

Serat Centhini 6: Pernikahan Syekh Amograga dan Tambangraras

Pernikahan Syekh Amongraga dan Niken Tembangraras mengingatkan saya pada upacara pernikahan anak orang kaya di perkampungan saat tahun 90-an dimana tampak kebersamaan, penuh suka cita, pelibatan masyarakat dan kesederhanaan.  Syekh Amongraga memang menginginkan agar upacara pernikahannya digelar dengan sederhana, namun calon mertua perempuannya menginginkan hal yang terbaik untuk anak perempuan sulungnya. Walaupun dikatakan sederhana nyatanya tampak mewah, banyak sumbangan yang diberikan dari para pembesar dan banyak tamu dari masyarakat sekitar dan juga dari desa sekitarnya. Persiapan sudah matang, perbelanjaan seperti bumbu, bebungaan dan lain sebagainya sudah siap.  Tak ubahnya zaman dulu dan sekarang saat upacara pernikahan banyak yang membantu dikediaman sohibul hajat, dari membantu memasak, menyembelih hewan peliharaan, mempersiapkan blandongan. Begitu juga pada sikap orang-orangnya dimana saat diundang menjadi tamu akan memperlihatkan keduniawian berupa sandang dan perhiasan seh

Serat Centhini 5: Pertobatan Cebolang & Syekh Amongraga Menjemput Jodoh

Desa Wirasaba di daerah perbatasan dan juga menjadi pusat keramaian menjadi titik penginapan dari Cebolang di sana mereka menginap di rumah Ki Panghulu Jamal. Awalnya istri Ki Panghulu yang mengetahui keberadaan mereka yang dikejar banyak wanita di pasar. Cerita tentang kemaunahan Cebolang nyatanya sudah sampai telinga masyarakat Wirasaba, jelas istri Ki Panghulu menginginkan kemaunahan Cebolang di rumahnya. Bagiku episode ini adakah episode transaksi dimana sang tuan rumah menginginkan kemurahan dan kepincut kegagahan dari Cebolang.  Ternyata tinggal di Wirasaba cukup lama sehingga banyak santri yang belajar tari, budaya dan agama ke Cebolang. Tiba saatnya acara puputan bayi dari Adipati Wirasaba, mereka mengadakan persembahan berupa tayuban dengan membawa terbang (alat musik). Tidak saja di Wonogiri pertunjukan yang mereka sajikan selalu mengundang syahwat baik laki-laki maupun perempuan, bahkan saat ini lebih parah lagi. Sebagai contoh pada Mbok Subur yang rela berbagi kenikmatan de

Serat Centhini 4: Antara Cebolang dan Nyai Demang

Beberapa bab di Serat Centhini 4 merupakan bagian bab 3, hal tersebut berhubung dengan keterkaitan sebuah cerita sehingga beberapa bab disatukan/masuk ke dalam Jilid 4. Sejatinya dalam Serat Centhini yang asli beberapa bab di Jilid 4 masuk ke Jilid 3. Kebersinambungan cerita menjadi dasar pengelompokan cerita dan jilid pada novelisasi Serat Centhini ini. Cebolang sudah mengarah ke matahari terbit dimana tujuannya mencari ilmu hingga mencapai kesempurnaan. Setelah dari bukit Tembalang kini kembali ke selatan ke sebuah lapangan rumput yang bernama Wanakarta yang nantinya akan menjadi Kartasura. Pada jilid 4 akan banyak ujian supiyah yang ditemukan Cebolang dan empat santrinya. Beberapa ilmu tentang Jawa masih mengalir juga di jilid ini. Semakin jauh semakin banyak ilmu yang didapatkan. ========================================================= Sebagai pusaka Jawa Serat Centhini menghadirkan berbagai keilmuan termasuk ilmu pengobatan tradisional, pada bab ini Ki Saloka yang terlalu banyak

Serat Centhini 3: Perjalanan Cebolang Meraih Ilmu Makrifat

Cebolang menjadi bintang di antara masyarakat ibukota Mataram saat itu, semua masyarakat yang 'ahli' pada bidangnya masing-masing mengutarakan ataupun menjelaskan keilmuan yang mereka punya kepada Cebolang. Jelas ilmu yang dilimpahkan kepada Cebolang dari orang ke orang bak mengambil satu gengggam pasir hingga terkumpul satu padang gurun. Serat Centhini hadir kepada masyarakat Jawa untuk mempertahankan segala kejawaan, mulai dari falsafah kehidupan, teknik-teknik dalam menjalankan hidup dan pegangan agama.  ========================================================= Akhirnya Cebolang dengan bekal ilmu agamanya menjelaskan makna Qur'an, hadist, ijmak dan kiyas kepada masyarakat yang berada di sekitar Kotagedhe, tempat dimana dia berada. Kini masyarakat lebih menganggumi Cebolang, terlebih pasca penjelasan mengenai bab agama Islam. Wajar saja Cebolang paham betul apa makna-makna tersebut di atas karena dia adalah seorang gus (anak kiyai). Ilmu hitung masih dibahas pada jilid ke

Serat Centhini 2: Pengembaraan Cebolang Mencari Jati Diri

Serat Centhini adalah naskah sastra Jawa yang istimewa, baik dari segi ketebalan maupun kandungannya. Ketebalannya sekitar 4.200 halaman yang terdiri dari 12 jilid. Serat Centhini juga merupakan naskah tertebal yang pernah ada di Jawa maupun Nusantara ini, masyarakat setuju bahwa Serat Centhini sebagai ensiklopedia kebudayaan Jawa. Serat Centhini sebenarnya bukan nama asli dari serat, melainkan nama populer. Centhini sendiri diambil dari pembantu atau abdi dari Niken Tambangraras. Dalam serat terdapat banyak ilmu yang terkandung bukan hanya soal budaya, mistik, filsafat, tetapi juga ada kuliner, obat-obatan, flora fauna dan lain sebagainya. ======================================================== Cerita perjalanan anak-anak Sunan Giri telah usai di bagian pertama Serat Centhini. Setelah Jayengsari bertamu ke Syekh Ahadiat di Gunung Sokayasa, kini cerita bergulir pada anaknya Syekh Ahadiat yang bernama Cebolang. Saya tidak paham pergantian cerita ini, apakah diceritakan Syekh Ahadiat ke

Serat Centhini 1: Kisah Pelarian Putra-putri Sunan Giri Menjelajah Nusa Jawa

Tahun 2023 sudah dimulai, berbagai niat dan usaha dikencangkan tak terlupa masalah hobi dan kebutuhan rohani, membaca. Uang yang terkumpul dilepas liarkan kembali hingga akhirnya menjadi sebuah tumpukan 12 jilid buku, jika dihitung maka yang terjumlah mencapai 708.600 rupiah. Nominal yang begitu fantastis untuk sekali belanja buku, ini kali kedua saya belanja buku dengan nominal di atas 500.000 rupiah. Untuk kebutuhan rohani dan juga untuk sebuah masterpiece tak sungkan untuk mengocek lebih dalam lagi. Asal ada kepuasan yang hakiki.  Serat Centhini dalam bentuk novel ini dikarang (dinovelkan) oleh Agus Wahyudi, diterbitkan pada tahun 2015. Kita tahu bahwa Serat Centhini adalah peninggalan budaya Jawa yang agung, juga merupakan pusat dari keilmuan Jawa. Tak banyak tulisan mari kita ulas dari buku ke buku untuk mencari kebenaran Serat Centhini sebagai pusat keilmuan Jawa. ========================================================= Serat Centhini 1 diawali dengan cerita "pemerintahan&q