Tahun 2023 sudah dimulai, berbagai niat dan usaha dikencangkan tak terlupa masalah hobi dan kebutuhan rohani, membaca. Uang yang terkumpul dilepas liarkan kembali hingga akhirnya menjadi sebuah tumpukan 12 jilid buku, jika dihitung maka yang terjumlah mencapai 708.600 rupiah. Nominal yang begitu fantastis untuk sekali belanja buku, ini kali kedua saya belanja buku dengan nominal di atas 500.000 rupiah. Untuk kebutuhan rohani dan juga untuk sebuah masterpiece tak sungkan untuk mengocek lebih dalam lagi. Asal ada kepuasan yang hakiki.
Serat Centhini dalam bentuk novel ini dikarang (dinovelkan) oleh Agus Wahyudi, diterbitkan pada tahun 2015. Kita tahu bahwa Serat Centhini adalah peninggalan budaya Jawa yang agung, juga merupakan pusat dari keilmuan Jawa. Tak banyak tulisan mari kita ulas dari buku ke buku untuk mencari kebenaran Serat Centhini sebagai pusat keilmuan Jawa.
=========================================================
Serat Centhini 1 diawali dengan cerita "pemerintahan" wali-wali tanah Jawa dan juga perpolitikan kerajaan di Jawa. Ambisi Mataram Islam ingin menaklukkan seluruh penjuru pulau Jawa menjadi awal mula "kejadian" ini. Alkisah Raja Mataram, Sultan Agung memerintahkan adiknya untuk menaklukkan Giri (Gresik) dengan tangan Raja Surabaya yang merupakan adik ipar sang Raja, kenapa Mataram tidak menyerang langsung ke Giri? Raja tidak menyerang karena ada petuah atau sumpah bahwa Mataram tidak akan menyerang secara langsung ke Giri, jika terjadi penyerangan maka kerjaan Mataram akn terkena imbasnya. Maka karena alasan inilah Sultan menitahkan adik perempuannya dan adik iparnya untuk 'mengajak' kerajaan Giri bergabung dengan Mataram.
Peperangan dan dimulai, pro kontra di dalam tubuh Giri muncul antara patih Endrasena yang merupakan prajurit Cina mualaf dan anak dari Sunan Giri (bukan wali, melainkan hanya sebutan raja Giri). Anak Sunan Giri menginginkan perdamaian dan bergabung dengan Mataram, sementara patih Endrasena menginginkan peperangan. Perang pertama dimenangkan oleh Giri dengan semangat patriotik dibumbui keislaman dan surga, selanjutnya pihak Surabaya (Mataram) kalah telak karena kurang semangat. Dari kekalahan tersebut adik Sultan menyemangati prajurit dengan aneka rayuan yang tak kasat telinga, hingga akhirnya api semangat berperang muncul. Perang terakhir ini dimenangkan oleh Surabaya, matinya Endrasena menjadi titik akhir dari Giri. Sunan Giri berserta istri diboyong ke Mataram dengan segenap harta rampasan. Unikmya Sultan Mataram yang 'baik' memperlakukan tawanan ini layaknya tamu dari jauh, mereka diterima dengan jamuan yang pantas dan dipersilakan untuk tinggal di bangsal Surabayan tempat kediaman adiknya.
Serat Centhini bagian 1 dibagi menjadi tiga cerita utama: Pertama asal mula sebuah kejadian dengan adanya perang Mataram/Surabaya dengan Giri; Kedua perjalanan dari anak Sunan Giri, Jayengresmi yang terpisah dan mencari adik-adiknya; Ketiga perjalanan adik-adik Jayengresmi mencari kakaknya.
"Perjalanan adalah pelajaran hidup yang nyata" perbanyaklah perjalanan sehingga kamu mengerti bagaimana hidup itu. Dari perjalanan tersebut bisa didapat olah emosi, olah ilmu dan olah yang lainnya seperti cerita Jayengresmi yang mengembara ke arah barat pulau Jawa untuk mencari adiknya. Terbalik dari sang kakak, Jayengsari dan adiknya pergi ke arah timur hingga ke Banyuwangi dan kembali ke arah barat melalui pelayaran menuju ke Pekalongan. Setelah di Pekalongan dan menjadi anak angkat saudagar kaya, mereka berdua melanjutkan perjalanan hingga menemu Syèh Ahadiyat. Dari sinilah cerita berubah ke perjalanan Cebolang (anak Syeh Ahadiyat, cerita Cebolang berada di Serat Centhini jilid 2.
Apa yang didapatkan dari Serat Centhini jilid 1? Bukan hanya ilmu mistik Jawa yang didapat melainkan berbagai jenis ilmu seperti ilmu tafsir mimpi, penanggalan Jawa, perkawinan, agama Buddha, hari baik buruk, dan pewayangan. Ada yang hal lain yang menarik bagiku di mana pada Serat Centhini disebutkan beberapa kuliner yang diceritakan. Kuliner ini termasuk kuliner tradisional yang sekarang masih lestari di Jawa seperti gula siwalan, panggang pundhak, sayur menir, carabikang, koci mendut, timus dan lain sebagainya.
Bahasa yang dituturkan menurut saya sangat mudah dipahami dengan gaya-gaya kolosal kerajaan Nusantara. Alur cerita pun mudah dan runut. Beberapa kalimat memang ada yang salah tulis typo, namun tidak terlalu parah hanya ada satu hingga dua kata saja. Buku ini sangat cocok untuk para pecinta budaya Jawa atau orang yang memang sedang mencari hal-hal berbau sejarah, sastra dan jawa. Juga termasuk hal mistik dan klenik tentunya.
Judul: Serat Centhini 1: Kisah Pelarian Putra-putri Sunan Giri Menjelajah Nusa Jawa
Dituturkan kembali: Agus Wahyudi
Penyunting: Tri Atmojo
Dimensi: X + 472 hlm, 15x23 cm
Cetakan: Kedua 2015
Penerbit: Cakrawala
ISBN: (10): 979-838-281-9 & (13) 978-979-383-281-4
Komentar