Membaca karya Tohari seperti makan kacang goreng di malam atauoun di siang hari di sela sela waktu antara sedikit kenyang dan sedikit lapar, atau bahkan dalam kondisi lapar. Perlu dilebihkan untuk karya-karya beliau, ciri khas bahasa yang lugas, sederhana dan mudah dimengerti mampu menusuk siapapun yang baca, termasuk wong cilik yang memang menjadi tokoh dari setiap cerpen maupun novel dari Ahmad Tohari. Ronggeng Dukuh Paruk menjadi salah satu karya yang pertama saya lahap di masa kuliah saat itu, namun Bekisar Merahlah yang memperkenalkan saya pada Ahmad Tohari. Cuplikan-cuplikan dari Bekisar Merah tertuang pada buku pelajaran Bahasa Indonesia kala saya masih SMP. Jika terkenang masa itu, betapa indahnya kumpulan tukilan cerita baik novel, cerpen-cerpen dari sastrawan Indonesia. Yang saya ingat beberapa karya besar ditampilkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia bersampul warna telor asin. Harimau! Harimau! dari A.A Navis, Langit Biru Laut Biru dari Ajip Rosidi, Athei...