Sastrawan Kairo, Naguib Mahfouz penerima hadiah nobel katagori sastra juga membuat novel yang ada keterkaitan dengan dongeng Seribu Satu Malam. Kecerdikan Naguib menjadikan "pengembangan" dongeng Seribu Satu Malam menjadi alat kritik sosial politik pada masyarakat dan pemerintahan Mesir saat itu.
Untuk membaca novel ini butuh sensitifitas pada problem sosial saat itu, saya sendiri mengalami kesulitan dengan apa maksud dari cerita tersebut. Pengembangan cerita Syahrazad, Aladin, dan Sindabad juga tersaji. Keterlibatan dua dimensi kehidupan, antara manusia dan jin terjadi. Keterlibatan ini menjadi masalah besar pada tatanan negara, sosial dan yang lainnya. Pembunuhan demi pembunuhan terjadi penuh misteri.
Bukan sekali duduk untuk membaca novel ini, saya membutuhkan banyak waktu dan mesion otak yang mudah panas untuk mencerna setiap akur cerita dengan lumayan banyak karakter. Nama-nama khas Arab yang ditulis pun membuat saya kesulitan untuk menghafal, sungguh bukan tandingan. Seperti layang-layang tanpa arah, namun pasti terbang; saya menyelesaikan novel ini dalam tempo tujuh hari. Saya sendiri mendapatkan novel ini dari bazar buku murah di basement Gramedia Slamet Riyadi - Surakarta. Dengan harga 60.000 rupiah saja, tak jauh beda dengan harga daring.
Tidak banyak cerita karena memang saya kesulitan mencerna ceritanya, layaknya seikat kangkung dalam perut. Masih hijau.
Judul: Kisah Seribu Satu Siang Dan Malam Pengarang: Naguib Mahfouz
Penerjemah: Muhammad Marzuq
Cetakan: Pertama, 2020
Dimensi: 14,5 x 21 cm; iv + 356 hlm
Penerbit: Narasi Yogyakarta
ISBN: 978-623-7586-02-9
Komentar