Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Akhir Agustus

Cerita hidupku terasa klise, ada titik itam dan putih. Aneh bagiku dan sisi lainnya merasa inilah sebuah kehidupan adanya hitam dan putih disetiap jiwa manusia. Putih yang mesti dijaga agar selalu bersinar tanpa menyakiti dan hitam yang harus dijaga agar menjadi titik yang kecil. Titik kecil ini akan menjadi besar dikala nafsu dan omongan orang lain yang meraja lela di kalangan masa.  Semalam titik hitam itu aku lakukan dengan nafsu jahanam yang selalu memanggil, aku paham ini salah. Inilah kelemahan dari pribadi rapuh. Baiklah, hitam dijaga agar tidak membesar. Pagi hari di Ahad akhir Agustus. Aku bersiap untuk swab test virus Corona. Ini adalah bagian dari hidupku yang cinta pada orang rumah, agar aman dan cinta itu begitu berkembang. Ada sisi lain yang aku harapkan dari tes ini, sisi dimana saya mencintai keluarga, dengan mengetahui kejelasan status kesehatan saya berarti menjamin keberlangsungan hidup keluarga di rumah. Aku sangat terharu dengan Kak Maria Sukamto, seorang penyi...

Menjaga Kebersihan

Aku adalah ornag yang kalah saing, hingga keluar beberapa kali dari pekerjaan. Kini masuk kembali dan aku mengalami ketakutan luar biasa pada penyakit lainnya yang menyerang batin. Dulu tidak tahan atas segala kebohongan yang ada. Kini juga sama dan muaranya sama. Duit. Wanti-wanti agar tidak satu tim dengan orang bermuara pada uang dan penggelapan. Aku tertekan jika ada masalah ini. Rasanya membohongi diri sendiri dan orang lain, aku bukanlah seorang santo. Tapi naluri ku tidak tahan akan segala kebohongan untuk keuntungan diri sendiri.  Makan hari ini adalah suatu kekayaan yang luar biasa, tak mau memakan yang lain. Makanan yang bisa menyakiti orang lain, aku tidak ingat apa itu surga atau neraka yang pasti aku tertekan dan tidak suka atas semua kebohongan terlebih pada hal yang berbau uang.  Impian sederhana: hidup dengan kenikmatan yang dihasilkan dari nurani. Bukan hal lain yang membuat saya lebih sakit jiwa!. Biarlah mereka mengejarnya, aku miskin sendiri pun tak apa.

Dan Letakkan Pada Tempatnya

Inilah saatnya meletakan pada tempatnya, bukan kesalahan. Tapi sebuah rotasi yang membuat saya mundur. Hari itu dibalas dengan ujung jarum tajam, suatu jawaban yang membuat saya malu dan sadar bahwa ini terlalu jauh. Perbuatan tolol yang tak berlogika, ya ini aku yang melakukan. Kebodohan yang berulang pada sebuah nuansa cinta dan nafsu membuat semua tolol pada jalan yang aburd.  Kemarin aku terlalu, hari ini aku mundur untuk membawa logika yang sebenar. Bukan pada ketololan. Jika aku tersihir kembali, aku pun menjadi tolol karena hawa cinta yang dalam dari awal Galunggung berpasir hitam.  Aku tidak mau menghitung dari satu sampai sejuta, terlalu menjijikan untuk itu. Pun enggan menghitung jejak kaki pada setiap langkah bersama cerita pada hari-hari sebelum logika ada. Aku hanya ingin menyadari ketololan ini, nah aku juga paham pada sebuah kelakuan aburd.  Rela dan sadar, dua kata yang menjadi simpulan. Hari baru datang kembali, bukan untuk sebuah ketololan. Pamarican, 13...

Tolong Suster

Awan dingin berwarna hitam pekat menyelimuti sore bulan Agustus, suatu hal aneh pada daerah tropis seperti ini. Pihak berwenang mengatakan bahwa tahun ini sebagai 'kemarau basah', suatu musim kering yang masih diguyur hujan ringan. Di tengah pandemi kehidupan menjadi sebuah neraka kecil, orang muak dengan segala perubahan yang ada. Begitu pula kehidupan sosial yang terus berdinamika pada setiap sisi terjauh dan paling dalam. Kini cerita teralih pada adegan sosial yang biasa ditemui di negeri antah berantah. Ya pada suatu sore cerita ini dimulai. Ozoz: "Aku sakit, badan terasa lemas, pusing, mual... Aku ingin diinfus saja!" Suster: "Sebentar saya periksa dulu Pak" Suster memeriksa segala tanda vital dari tubuh Ozoz sebagai pasien, tak sampai dari lima menit pemeriksaan usai dan memperoleh hal yang normal. Suster: "Pak, dari pemeriksaan semua tanda vital bapak bagus; tensi masih bagus 120/80 mmHg, nadinya bagus 85 kali permenit, pernafasan bapak juga bagu...

Hikayat Kadiroen Sepenggal Novel Milik Ketua PKI

Ketua Partai Komunis Indonesia atau disebut PKI yang pertama, Semaoen adalah seorang penulis dari novel yang berjudul Hikayat Kadiroen. Novel yang pantas dibaca bagi setiap pembaca yang ingin merasakan nilai sastra lama Indonesia dengan bumbu ideologi, kolonialisme dan percintaan. Novel ini terlahir saat masa kolonial Belanda di Hindia Belanda pada 1920 setelah pulang dari Moskow. Saya sendiri tidak banyak tahu tentang sejarah dari novel ini, lagi-lagi saya hanya menikmati nilai sastra yang terkandung.  Diceritakan Kadiroen sebagai tokoh utama dalam novel ini. Awal kehidupannya sangat gemilang dengan menjadi personil kepolisian yang patuh pada atasan, cinta rakyat miskin dan mencintai keadilan. Kadiroen seolah-olah ratu adil  yang menjelma pada zamannya. Pangkatnya selalu naik berkat kecerdikannya, walaupun berusia muda Kadiroen sudah naik pangkat menjadi asisten wedono. Berbagi permasalahan muncul berawal di bagian awal cerita hingga pertengahan cerita. Pertama sekali Kadiroe...

Hujan Pagi

Hujan airmu tak ada cela Barang sebulirpun Putih bersih dari langit Untukkmu bumi Hujan kini aku rindu Teteskan sayang padanya Agar rinduku terlepas Pada tetesan yang membasuh wajahnya Tangis kerinduan Menetes rintik gerimis Membasah Terlampiaskan Gerimis pagi di awal kemarau, 2 Agustus 2020.

Sebelum Makan

Hutan Wakakak menyimpan sejuta kehidupan makhluk hidup, hewan liar beranak pinak dari generasi ke generasi. Hijaunya dedaunan membuat kelimpahan bahan makanan, setiap hewan mempunyai mangsanya sendiri. Termasuk si itik, musang dan burung elang. Dalam perjalanan iringan itik terlihat santai dan membuat perut musang terasa keroncongan, rasa lapar menikam setiap sudut dalam lambung dan usus. Begitupun sang elang melihat kedua jenis hewan itu. Sorotan mata tajam dan semakin liar seiring perut yang mulai kosong. Seketika musang mencegat itik dengan kasarnya akan memangsa anak-anak itik.  Itik: "Tolong kasihinlah hamba tuan, hamba hanya ingin hidup dan bahagia bersama anak-anak hamba". Musang: "Tidak ada kasihan di sini, apa guna kamu memelas! Semua tiada guna!" Itik: "Tolonglah hamba, lihatlah anak-anakku baru berumur tujuh hari. Janganlah mangsa anak-anakku, aku sangat mencintainya. Apakah tuan tidak mempunyai rasa kasihan pada anak-anak? Dimana hati nurani tuan?...

Kang Kasman

Manuk engkuk mabur nang ndhuwur umah, lintang fajar wis arep ilang. Sumebyar cahaya wétan ambyar sak alam dunya. Kasman tangi gasik kelayan ana panggilan telepon, nomor sing ora asing, nomor wiwiti angka tambah 886.  Kasman: "Yul, nek sampeyan ora kuat yå bubarna waé. Aja nunggu aku". Yuli: "Tega kowe mas..." Tut...tut....tut.... Kasman meneng ora obah, ndelengi henpon sing nang tangan. Pikiranè mabur meng endi ora, meng masa depan, meng masa lalu, meng dosa, meng kahananè. Pamarican wengi sing atis, 1 Agustus 2020.