Cerita hidupku terasa klise, ada titik itam dan putih. Aneh bagiku dan sisi lainnya merasa inilah sebuah kehidupan adanya hitam dan putih disetiap jiwa manusia. Putih yang mesti dijaga agar selalu bersinar tanpa menyakiti dan hitam yang harus dijaga agar menjadi titik yang kecil. Titik kecil ini akan menjadi besar dikala nafsu dan omongan orang lain yang meraja lela di kalangan masa.
Semalam titik hitam itu aku lakukan dengan nafsu jahanam yang selalu memanggil, aku paham ini salah. Inilah kelemahan dari pribadi rapuh. Baiklah, hitam dijaga agar tidak membesar.
Pagi hari di Ahad akhir Agustus. Aku bersiap untuk swab test virus Corona. Ini adalah bagian dari hidupku yang cinta pada orang rumah, agar aman dan cinta itu begitu berkembang. Ada sisi lain yang aku harapkan dari tes ini, sisi dimana saya mencintai keluarga, dengan mengetahui kejelasan status kesehatan saya berarti menjamin keberlangsungan hidup keluarga di rumah. Aku sangat terharu dengan Kak Maria Sukamto, seorang penyiar Radio Taiwan Internasional seksi bahasa Indonesia, kekhawatiranya atas kesehatanku sebagai sahabat dan pendengar setia. Aku berharap beliau mendoakan diriku agar selalu sehat dan dapat melayani masyarakat.
Pada pemeriksaan swab ada sisi lain yang aku kurang suka dari teman sekerja. Pertama, tidak adanya rasa hormat kepada orang lain yang sudah mengantri lama. Baju kebesaran menjadi dasar untuk bersombong hati, angkuh dengan antrean yang dianggap sederhana dan remeh. Padahal hal kecil ini yang jadi dasar sikap orang untuk menghargai orang lain. Hal kedua adalah hal soal keramahan yang menjadi langka. Aku tak mau menjadi mereka.
Komentar