Artikel ini pernah dibacakan pada acara Jurnal Maria di Radio Taiwan Internasional seksi bahasa Indonesia tanggal 4 Oktober 2021.
Kak Maria, kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya saat terkena Covid-19 dan juga upaya apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan nyawa di badan ini. Perlu diingat bahwa upaya yang saya lakukan ini berdasarkan pengalaman dani mungkin tidak cocok untuk semua orang, karena setiap orang pasti mempunyai kondisi yang berbeda.
Ratusan juta orang di bumi ini sedang mempertahankan nyawanya masing-masing, baik dalam kondisi sehat dan juga yang terkulai lemas di ruang ICU. Semua mengharapkan nyawa tak hilang dari badan! Berapa uang keluar untuk sebuah nyawa agar selalu dikandung badan, berbagai upaya juga telah dilaksanakan untuk hal tersebut. Ingatlah kawan akan berharganya diri sendiri dan nyawa pada orang lain. Jangan sampai kita terjatuh pada sebuah kesalahan berpikir seperti ingin bunuh diri. Lihatlah kawan dan dengarkan aku yang pernah berjuang untuk nyawa yang satu ini. Dunia ini memang bukan hanya Covid-19 saja yang membuat orang kalang kabut untuk mempertahankan nyawa, lihatlah negri Afghanistan mereka lari demi sebuah keselamatan (nyawa). Jadi pertama-tama hargailah sebuah nyawa, kemudian pertahankan perjuangan yang ada hingga kita mensyukuri hidup ini.
Lepas sudah dua Minggu berlalu dengan segala jerih payahnya tubuh untuk menghadang dan mempertahankan nyawa di raga. Bersyukur sekali semua anggota tubuh masih bersedia untuk diajak bekerjasama dengan obat-obatan, makanan bergizi dan juga udara tipis dingin. Serta doa-doa tertabur dan melayang ke langit untuk disampaikan pada Dewata, Tuhan, Allah dan seluruh penghuni langit, semua mendukung untuk sebuah kesembuhan. Perjuangan ini tak lekang oleh ingatan.
Awal cerita ada benjolan di bawah dagu dengan perbandingan ukuran sebesar kelereng, tidak ada demam dan nyeri. Saat hari kedua semakin membesar, nyeri dan ada demam yang hebat. Saat itu saya memutuskan untuk pergi ke dokter spesialis bedah untuk memperoleh pengobatan yang optimal. Sepulang dari dokter spesialis bedah saya kembali merasakan gejala yang sama namun ada tambahan gejala seperti nyeri kepala hebat, batuk kering dan nyeri dada. Tidak ada pikiran bahwa itu adalah salah satu tanda Covid-19, saat itu saya menghubungi rekan kerja dan meminta saya untuk periksa rapid test antigen dan tes PCR. Dengan mata sendu dan kepala berat saya berangkat ke tempat kerja dan menunggu beberapa jam untuk pemeriksaan. Hasil positif saya dapatkan!
Gejala yang muncul saat isolasi mandiri termasuk kelas sedang hingga berat dengan batuk kering, nyeri kepala, demam, sesak nafas, dan nyeri dada. Beruntung sekali saya tidak dirawat di rumah sakit, hanya dipantau oleh rekan kerja. Selama dipantau saya mendapatkan terapi standar dari dokter seperti obat simptomatik, anti virus, dan vitamin. Ada satu terapi yang saya jalani yakni meniup balon, terapi ini khusus buat keadaan saya yang pernah punya riwayat pneumothoraks. Dua mingguan saya masih mengalami gejala Covid-19 terutama batuk, nyeri dada dan sesak nafas dengan frekuensi tidak menentu.
Ada beberapa "jurus-jurus" yang saya lakukan saat nyawa ditawan oleh Covid-19 terutama pada aspek psikologis dan intelegensi. Beberapa orang penyintas Covid-19 mengalami berbagai masalah psikologis seperti cemas, emosi tidak terkontrol, stress dan juga masalah fokus otak yang berkurang.
Upaya Mencapai Kekebalan Masyarakat Pada Covid-19 |
CEMAS & STRESS
Saat terkena Covid-19 rasa cemas semakin menggila terlebih karena mesti isolasi, berita-berita kematian dan angka kenaikan Covid-19, belum lagi melihat pergerakan nilai oksigen dalam darah dan tekanan darah. Semua menyebabkan kecemasan. Pertama-tama saya menyerahkan diri pada Tuhan karena memang akan kembali pada-Nya walaupun kita manusia musti wajib berusaha untuk kembali sehat. Penyerahan diri pada Tuhan akan menghilangkan segala ego dan ketakutan yang berlebihan, keikhlasan adalah inti dari semuanya. Kedua jarang-jarang lah mendengarkan berita tentang Covid-19 terutama angka kenaikan kasus atau kematian, ambilah berita tentang pengobatan Covid-19 ataupun hal-hal yang menurut anda tidak mengerikan. Ketiga kegiatan atau aktivitas ringan akan menghilangkan segala kecemasan, dari kegiatan ringan tersebut segala kecemasan akan teralihkan.
Olahraga ringan juga bisa mengalihkan rasa stress dan cemas, carilah gerakan sederhana yang bisa anda lakukan, jangan berolahraga berat karena kondisi badan sedang tidak baik. Latihan nafas seperti dalam ilmu kuno Tiongkok berkonstribusi besar dalam mengurangi rasa cemas. Ada elemen sosial yang mesti dijaga saat kita dalam keadaan isolasi diantaranya menjaga hubungan dengan orang lain (keluarga) baik melalui pesan singkat, telepon atau video call. Dukungan sosial lainnya adalah peran masyarakat yang besar akan berdampak besar pada psikologis kita saat menjalankan isolasi mandiri.
EMOSI TIDAK TERKONTROL
Marah, menangis, benci dan emosi lainnya sering tak terkontrol entah karena faktor psikologis ataupun faktor alami karena interaksi badan dengan virus. Emosi tidak terkontrol ini kadang bisa menyebabkan kerugian pada diri sendiri ataupun orang lain, namun emosi ini bisa dikendalikan untuk meminimalisir dampak buruknya. Ada beberapa cara untuk mengendalikan emosi diantaranya tarik nafas dalam untuk menenangkan diri, selanjutnya kita harus memikirkan dampak apa yang kita terima jika emosi buruk dikeluarkan. Meditasi dan pengenalan diri sendiri merupakan dasar dari sebuah management emosi, dimana kita harus mengeluarkan emosi yang tepat sehingga tidak menimbulkan kerugian.
Ungkapan apa yang ada dalam diri Anda kepada ahli profesional ataupun teman dekat Anda agar beban berat selama isolasi mandiri tersalurkan dengan baik, dengan cerita apa yang terjadi akan mengurangi masalah dan emosi semakin terkontrol. Ingat faktor keikhlasan dan penerimaan diri (lapang dada) adalah kunci utama untuk pengendalian emosi.
DAYA FOKUS BERKURANG
Pasca Covid-19 ada beberapa orang menceritakan bahwa fokus dan daya intelegensi berkurang. Saya pun demikian rasanya bingung mau melakukan apa, menaruh barang di mana, lupa nama teman, dan kebingungan saat ada tugas dan masih banyak lainnya. Perlu diingat bahwa virus Covid-19 tidak hanya menyerang pada organ pernapasan saja, melainkan seluruh organ tubuh. Misalnya saja banyak gejala Covid-19 yang menyerang organ lainya seperti diare, ruam (gatal-gatal), pusing, dan salah satunya berkurangnya daya fokus atau intelegensi.
Bagaimana cara memulihkan daya ingat atau daya fokus yang berkurang pasca terkena Covid-19, saya sendiri selama ini mengkonsumsi vitamin saraf seperti vitamin golongan B, dan juga minyak ikan atau Omega 3 yang bermanfaat untuk otak. Dukungan lain untuk memperoleh hasil maksimal adalah latihan otak. Banyak cara melatih otak untuk kembali normal pasca terinfeksi Covid-19 seperti latihan mengingat sebagai contoh letakkan kunci di laci lemari dan carilah kembali selepas 2 jam, sebelumnya buat catatan agar bisa terkontrol. Mengingat nama teman sekantor, keluarga besar, atau perhitungan matematika bisa mengembalikan daya ingat Anda. Jika nada merasa kesulitan jangan paksakan, namun berlatihlah secara bertahap. Jangan sampai latihan ini akan menambah stress.
Daya fokus otak akan kembali seperti semula seiring membaiknya kondisi tubuh menurut ahli kedokteran di Amerika Serikat, jadi jangan terlalu khawatir untuk hal ini. Latihan-latihan di atas membantu otak anda menemukan jalan keluar yang baik, ingat jangan hanya latihan saja, vitamin otak juga perlu.
Demikian dari saya, semoga membantu sidang pendengar semua. Jika ada hal-hal yang kurang pas itu adalah kewajaran semata karena setiap kondisi seseorang itu berbeda. Konsultasikan lebih lanjut pada ahli profesional untuk membantu anda mendapatkan kondisi yang lebih baik. Jaga kesehatan selalu, jaga jiwa jaga raga.
Banjar, 29 Agustus 2021
Waluyo Ibn Dischman
Komentar