Inilah akhir dari serat tertebal di Nusantara, jilid 12 sebagai penutup dari semua jilid yang ada. Menutup dalam sebuah kasempurnan jati pada diri Shang Hyang Widi. Dalam penutup terjadi banyak pertukaran ilmu tentang kesempurnaan, satu sisi yang belum sempurna dimasukkan kesempurnaan dari sisi lain. Simbol wayang selalu menjadi gambaran seperti apa itu manusia dan zat ilahiah. Ajaran dalam Serat Centhini jilid 12 ini seperti dalam torikoh naksyabandiyah dan yang lainnya. Keluar dari isi jilid 12, Serat Centhini lahir pada tahun dimana masyarakat Jawa saat itu masih banyak yang menganut agama Hindu Buddha, jelas hal ini mempengaruhi isi ceritanya. Banyak kata yang menyebutkan nama Tuhan dengan Shang Hyang Widi, Manon, Wenang dan yang lainnya. Diceritakan juga kehidupan beragama saat itu sangat bertoleransi antara pemeluk Buddha dan Islam saling melengkapi dan menghargai. Kehidupan sukmawi Syekh Amongraga dan Niken Tambangraras tidaklah mulus, ada juga rintangannya. Mau...