- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Menjadi Sadikem adalah akhir sebuah perjalanan perempuan yang bernama Elizabeth. Manusia kelas dua di alam Hindia Timur, hasil kawin mawin yang tak direstui oleh negara maupun oleh budaya. Sebelum menjadi Sadikem, ia adalah seorang gadis indo alias gadis hasil kawin campur antara Belanda totok dan Jawa. Isaak van Kirk adalah biang keladi dari awal perjalanan hidup Nyi Sadikem, gundik Jawa Van Kirk bunuh diri di sebuah pohon. Perlakuan tidak adil yang diberikan Van Kirk pada gundiknya memberi kesan buruk pada anaknya, juga sikap jahanam dari istri dan anak sah dari Van Kirk.
Elizabeth muda hampir tewas dibuang dan ditemukan di bantaran sungai. Saat itulah Bondan Sasono menolonya dan membawa Elizabeth pada mak Miat, seorang dukun bayi yang pandai pengobatan tradisonal. Di gubuk mak Miatlah Elizabeth terlahir kembali menjadi seorang Murni. Tidak ada secuilpun niat Murni untuk balik kembali ke rumah mewah Van Kirk, di sinilah kehidupannya dimulai sebagai Murni. Naas nasib tidak ada yang berjalan lurus nan menyenangkan, Murni diperkosa oleh penolongnya, Bondan. Rasa cinta ditolak membuatnya nekat memperkosa Murni. Kehidupan Murni terjatuh kembali pada jurang yang dalam, kurus dan tak ada pengharapan kembali hingga pada suatu hari sinar terang menyinari kehidupannya dan bangkit.
Kepergian Mak Miat dan anak pertama dari hubungan jadah dengan Bondan menjadi pukulan mengerikan ketiga dalam kehidupannya, tiada kebahagiaan yang memihak padanya. Naik turun kehidupan seperti alam yang tak bisa diperkirakan, Murni sempat alergi pada laki-laki akibat ulah percintaan yang terlalu dalam dengan seorang menak yang kaya raya. Mengapa Murni berganti nama menjadi Sadikem? cerita selanjutnya silakan dibaca dan dibeli bukunya.
Novel gowok ini menceritakan lika-liku kehidupan dengan segudang permasalahan baik secara sosial budaya, percintaan dan lain sebagainya. Elizabeth dihadapi kenyataan pahit di mana pemerintah saat itu mengharamkan kawin campur antara pribumi dan Belanda, walaupun diharamkan cinta tetaplah cinta yang menghasilkan anak adam yang turun temurun. Masalah muncul dengan manusia yang terlahir dari perbedaan tersebut, jadilah manusia kelas dua. Manusia yang mempunyai keistimewaan dan cela yang hampir seimbang. Persoalan klasik yang selalu ada di latar cerita pada zaman kolonial.
Bertemakan gowok, namun novel ini tidak banyak menyajikan ilmu kamasutra jawa, olah herba penyulut birahi ataupun segala aji-aji perkara asmara. Sayang sekali. Beberapa adegan pengundang syahwat tertulis indah dengan getar nafas saat membacanya saat Murni berolah asamara dengan Martomo. Selain adegan tersebut cerita gowok ini hanya pada sebuah lika-liku hidup seorang gowok yang kadang membawa apes ataupun kebahagiaan pada cantriknya.
Bahasa dan alur yang digunakan sangat mudah dipahami, alur maju lebih banyak disajikan. Hanya awal cerita saja mempunyai alur mundur sebagai 'flash back'. Tidak ada kesulitan dalam membaca novel ini baik bahasa jawa ataupun bahasa belanda yang digunakan, semuanya mudah tercerna. Penokohan pun tidak terlalu banyak jadi bisa mengingat satu persatu karakter dan alur dari lakon tersebut. Bagiku tampak ringan, hanya butuh satu hari atau dua hari untuk membacanya.
Judul: Nyi Sadikem
Dimensi: iv+221 hlm, 14x20,3 cm
Cetakan: Pertama, 2025
Penerbit: Marjin Kiri
ISBN: 978-602-0788-69-2
Komentar