Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Bisunya Raja Pati

Bisunya Raja Pati

Panyol tak pernah tahu apa pikiran masyarakat desanya, terlalu berlebihan jika memikirkan mereka satu persatu. Tekadnya hanya menguburkan jenazah yang masih ditutup jarik batik motif parang.

Yu, mayit mau dikuburna nang endi?” Suaranya lirih kepada wanita duduk di depan mayit. Lama tak ada jawaban, hening tanpa satu vokal huruf pun yang keluar dari mulut wanita itu. Panyol terdiam kembali tanpa memberikan kata-kata, dia takut melukai hatinya.

Awan berjalan cepat ke arah barat daya hingga bertumpuk-tumpuk menjadi sebuah gumpalan hitam, suasana kampung semakin bisu bagai hutan tanpa kera. Aura mistik selalu muncul saat anak manusia meninggalkan jasadnya, hingga burung koak mencuri tahu siapa yang meninggal. Suara parau koak adalah misteri tersendiri bagi masyarakat kampung Kubangpari, bukan hanya suaranya arah terbangnya pun menjadi tanda. Ya sebuah tanda kematian.

Kematian Dan Tangisan

Kampung masih membisu dan enggan menggerakan apapun, hanya Panyol saja yang mampu bergerak kesana kemari demi seonggok mayat. Dalam setiap geraknya ia mampu menahan ucapan-ucapan yang tidak perlu, ia hanya ingin menjaga perasaan setiap insan. Lima belas pintu sudah diketuk dengan jawaban yang sama “Ngapurani, aku ra bisa” tak ada sama sekali jawaban yang berbeda. Beruntung dua perangkat desa menyediakan diri untuk mengurus semua pemulasaraan.

Suara lirih kembali terucap dengan getaran bibir yang penuh kehati-hatian “Yu nyuwun see, Kang Mukri arep dikubur nang endi? Aku wis duwe batir sing mbantuni”. Kembali tak ada jawaban hanya tangis yang menjadi, dua orang perangkat desa menenangkannya. Raung tangisan kembali mereda di tengah kesenduan pada keluarga Mukri. Wanita tua itu mencoba menggerakan bibirnya untuk sebuah kalimat, hanya terlalu berat untuk sebuah kata dan kembali menangis.

Sebuah keputusan diambil dari kesepakatan anak-anaknya dan tiga orang yang membantu keluarga Mukri. Saran Panyol cukup ampuh untuk mematahkan dua sisi keras dari sebuah pendapat yang berbeda. Baginya jalan tengah adalah jalan utama untuk meredam semua kepentingan termasuk dalam hal ini. Tidak ada pembakaran mayat dan tidak ada ritual apapun, semua berjalan sangat sederhana. Hanya landasan kemanusiaan yang tertancam sebagai pedoman keharmonisan sebuah tatanan sosial.

Tubuh kaku itu hanya dibersihkan dan diganti baju dengan sedikit wewangian. Tubuhnya yang kurus kering tak lebih dari bobot satu karung padi cukup mudah untuk digendong bergantian oleh anaknya dan Panyol, sementara dua orang perangkat desa menggali kuburan. Prosesi penguburan itu seakan jarum detik yang berjalan cepat daripada jarum menit dan jam.

“Yu, siki Kang Mukri wis dikuburna aja nangis bae, sakabeh wong ngerteni, sakabeh wong arep ninggal” Panyol menenangkan janda Mukri yang masih tersedu-sedu. Panyol paham apa yang dirasakan padanya, terlebih Mukri adalah seorang Hindu Jawa tunggal di kampung ini. Anaknya pun tak kuasa dengan prosesi ini, dengan tidak adanya fasilitas pembakaran mayat  begitu pula ketiadaan tokoh agama Hindu Jawa yang memberikan jalan spiritual seakan menjadi sebuah prosesi yang hampa.

Hanya gerak kemanusiaan yang bisa mendamaikan Mukri dalam tidurnya yang lelap. Panyol berdoa dalam setiap geraknya untuk Mukri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d