Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Review Sepatu Gunung SNTA

Sepatu SNTA

Jika dirunut waktu kira-kira sudah menginjak usia tiga tahun sepatu gunung merek SNTA yang ku beli dari teman satu perusahaan sewaktu masih menjadi kuli di Jakarta Raya. Saya membeli sepatu SNTA bukanlah sebuah pilihan dari hati ataupun penalaran akal, melainkan sebuah pilihan terpaksa dari sebuah ketidaktahuan yang mendalam pada peralatan out door. Bisa dikatakan aku hanya manut saran dari temanku yang sekaligus menjadi penjual dari sepatu yang ku beli. 

Berawal dari niat mendaki gunung Semeru pada tahun 2016 lalu, semua tuntutan peralatan out door harus dilunasi oleh sejumlah lembaran merah biru dari dalam dompet. Sepatu gunung, jaket gunung, tongkat, sarung tangan, keril dan sejumlah aksesorir terbayar lunas tanpa berpikir merek, warna, jenis barang. Yang tergambar dalam otakku hanyalah sebuah kepemilikan saja dan berangkat mendaki. 

Tidak salah pilihan dari temanku ini membawa manfaat andalan dari merek sepatu SNTA yang saya rasakan dari awal (2016) mendaki hingga hari ini (2019), sudah sekitar enam lebih gunung dan sejumlah perjalanan backpacker selama dua bulan ke berbagai pulau kecil di gugusan Lesser Sunda. Review ini tentu saja ditulis berdasarkan apa yang saya rasakan bukan dari sebuah paksaan untuk mengulas atau kewajiban dalam sayembara blogging, semua ini murni! 

Kulit Sintetis Mulai Rusak

Ketahanan Air
Dari informasi baik dari label sepatu ataupun informasi lisan dari penjual bahwa sepatu SNTA dengan jenis yang kupilih merupakan jenis waterproof alias tahan air, sejatinya cipratan air. Saat pemakaian pertama ke gunung Semeru saat itu sedang puncak musim hujan, sepatu SNTA ini cukup awet menahan cipratan air baik langsung dari langit atau dari tanah. Jika dibandingkan dengan ketahanan waterproof milik temanku yang berbeda merek, ketahanan waterproof milik SNTA cukup baik. 

Kenyamanan
Bagiku sepatu SNTA yang kini menjadi satu-satunya sepatu gunung miliku termasuk ke dalam kondisi nyaman baik dalam medan berpasir, licin, berair ataupun bebatuan. Dalaman empuk menambah kenyamanan kaki, alas dalaman ini cukup awet loh. Terbukti pemakaian tiga tahun alas dalam tidak menipis ataupun jebol, hanya saja kondisi sekarang agak mengerenjul karena tekanan dari kaki ke alas sepatu yang berbentuk kotak-kotak.

Bagian Rawan Rusak
Selama tiga tahun yang terlihat mulai ringkih diantaranya alas bawah atau bagian bawah sepatu, mungkin karena banyaknya penggunaan ke gunung yang berbatu kerikil dan pasir sehingga alas karet mudah terkelupas. Beruntung sepatu terkelupas saat mendaki gunung Guntur pada tahun 2017 saat sepatu berumur satu tahun. Sejatinya umur setahun itu bukan umur pendek bagi ketahanan sepatu SNTA miliku terlebih penggunaannya termasuk remen mulai dari backpacker dari Jawa hingga Flores, camping di gunung tidak terkenal, dan kegiatan out door lainnya. Beruntung dengan modal Rp 10000 sepatu bisa kembali sehat oleh jahitan Mang Sol. 

Entah karena kawan penjual lupa kasih cadangan tali sepatu atau memang dari sononya tidak menyediakan sèrep tali sepatu, tali sepatu sangat rawan putus berdasarkan cara pemakaianku yang kadang tidak melihat-lihat kondisi tali sepatu yang lepas dan terinjak-injak. 

Karet Bagian Bawah Masih Bagus

Logo yang tertempel sungguh barang yang mudah sekali lepas. Mulai dari logolah semua ngikut terkelupas mulai dari kulit sintetis depan dan belakang yang locot dan murudul. Untuk bahan waterproof masih bagus hanya saja tekstur menjadi agak keras, seperti halnya handuk yang kering habis terkena cairan pejuh, ingus atau cairan lengket lainnya. Tapi walaupun dalam kondisi seperti itu fungsi waterproof masih terjaga dengan baik.

Sol sepatu termasuk awet, dalam tiga tahun terakhir hanya bagian depan saja yang locot, namun tidak terlalu parah. Kalau diajak naik gunung Prau di Wonosobo masih bisa berjalan dengan baik. Sementara warna sepatu berubah seiring debu yang menempel dan tuanya usia, mulai dari hijau cerah sedikit seperti stabilo kini berubah seperti warna lumut tua atau lumut hendak busuk.

Harga 
Aku akui kwalitas dan harga berbading lurus untuk produk SNTA ini. Walaupun kata orang merek sepatu murah tapi kekuatan dan kenyamanan bisa dibuktikan.

Komentar

Hestu Sumantri mengatakan…
ah besok ku review juga laah SNTA sepatu yang kubeli

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...