Tentang sufi adalah tentang sebuah perjalanan menuju kehadiratNya. Awal mengenal sufi sejak buku-buku kecil milik Imam Ghazali dan kawan-kawan dibeli oleh sepupu yang malang melintang di dunia pesantren. Lebih dari enam tahun dia mengabdikan diri untuk pesantren, setiap buku yang dibeli pulang ke rumah dengan catatan hari pembelian dan pesan-pesan yang ditulis untuk dirinya. Aku merasa beruntung karena selalu disodori buku-buku tersebut, hingga akhirnya aku tertarik dengan paham sufisme.
Arah keberagamaanku sendiri sudah berbelok ke sufisme, ada pengaruh besar dari sodoran buku-buku dari sepupu. Semuanya tertelan sempurna di otak kiri dan kanan, pemahaman demi pemahaman dinikmati dengan baik kesadaran. Ingat betul saat itu saya baru berumur 13 tahun dimana masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dimana masalah agama sedang naik menuju kritis dengan pertanyaan dalam hati yang semakin runyam.
Pemahaman tanpa guru memang sesat nan liar, begitulah aku saat itu. Semua terasa benar dengan pemahaman sendiri dengan sumber buku-buku sufisme yang pernah dibaca. Ada yang mesti diluruskan dalam pemahaman sufiku yang berjalan di telapak kaki ini, aku merasa bahwa semua dunia harus terlepas untuk mencintai Tuhan. Iman yang kurang, ilmu agama yang kurang menjadi standar ganda yang aku rasakan. Inti dari permasalahan keagamaan ini memang berada pada diri sendiri yang ego dan tidak paham level mana kerohanian dan tingkat pemahaman soal spiritualitas dan agama. Aku merasa tinggi, padahal kaki pendek. Ibarat kaki di bawah ingin melangkahi lima anak tangga sekaligus.
Kini aku mulai berubah dan memahami sufisme dengan segala kerendahan. Walaupun merasa terjebak dalam pemikiran yang egois, aku tetap membaca dan membeli buku-buku tentang sufisme seperti buku yang saat ini saya ulas. Buku ini berjudul Tiada Sufi Tanpa Humor oleh Imam Jamal Rahman, buku yang dibeli tahun 2016 lalu dan baru kali ini dibaca dengan serius. Berkali-kali mencoba untuk membaca serius, batal dengan kesibukan dunia.
Buku ini mengandung banyak ajaran sufisme yang mengarah pada hakekat manusia dengan tambahan lelucon yang perlu dipikirkan beribu kali untuk sampai pada inti ajaran. Imam Jamal memasukkan banyak kisah lucu dari sufi yang terkenal jenaka yakni Abu Nuwas dan juga sufi lainnya. Merupakan buku renungan yang lucu nan mendalam, sang penulis awalnya memberikan cerita dari berbagai tokoh sufi dengan cerita yang konyol nan bermakna, selanjutnya penulis meningkatkan kita pada suatu hadis ataupun ayat Alquran sebagai referensi berintrospeksi diri. Di akhir tulisan penulis menuntut pembaca untuk memikirkan atau berlatih diri (jiwa) untuk bersikap seperti tema yang dibawa.
Banyak sekali pelajaran tentang filsafat, hakekat manusia, kecintaan pada Tuhan dan kehidupan manusia di buku ini. Buku ini cocok untuk dibaca saat santai.
Judul: Tiada Sufi Tanpa Humor
Penulis: Imam Jamal Rahman
Penerjemah: Fahmy Yamani
Cetakan: Pertama, Maret 2015
ISBN: 978-602-290-035-1
Komentar