Adalah karya sastra yang kental akan feminisme, Perempuan Di Titik Nol adalah gambaran perjuangan perempuan Mesir tempo dulu. Setiap perjuangan memerlukan banyak keringat, air mata dan darah semua terkumpul untuk mempertahankan sesuatu yang ingin dituju. Karya ini sangat menginspirasi perempuan di dunia, selain itu juga menjadi titik tumpu lelaki untuk memahami perempuan. Perjuangan bukan sembarang perjuangan, melainkan sebuah kesetaraan yang sejajar dengan kaum lelaki.
Novel ini tidak terlalu panjang, juga tidak terlalu singkat hanya berjumlah 170-an halaman dengan gaya bahasa yang kadang mudah dimengerti juga harus perlu diulang agar mengerti apa maksud dari penulis. Untuk membaca novel ini harus mempunyai sudut pandang kemanusiaan, psikologi, dan juga filsafat. Banyak sekali kalimat-kalimat yang membuat saya terpana, sekalipun kalimat itu sederhana, jorok atau gak habis pikir. Salah satunya "Seorang pelacur sukses lebih baik daripada orang suci yang sesat".
Cerita ini membuat saya paham jika seorang perempuan itu memang seharusnya sejajar dengan lelaki, entah kenapa dalam kenyataannya ada yang berbeda. Perbedaan antara lelaki dan perempuan merupakan sebuah kemutlakan karena perbedaan anatomi dan fisiologi, namun di sini penulis ingin kesejajaran bukan dalam hal anatomi fisiologi.
Novel ini tidak terlalu panjang, juga tidak terlalu singkat hanya berjumlah 170-an halaman dengan gaya bahasa yang kadang mudah dimengerti juga harus perlu diulang agar mengerti apa maksud dari penulis. Untuk membaca novel ini harus mempunyai sudut pandang kemanusiaan, psikologi, dan juga filsafat. Banyak sekali kalimat-kalimat yang membuat saya terpana, sekalipun kalimat itu sederhana, jorok atau gak habis pikir. Salah satunya "Seorang pelacur sukses lebih baik daripada orang suci yang sesat".
Cerita ini bermula dari seorang dokter jiwa yang ingin melakukan penelitian terhadap perempuan di sebuah penjara hingga akhirnya bertemu dengan seorang narapidana mati yakni Firdaus. Sebelumnya Firdaus ogah bertemu dengan dokter jiwa tersebut, namun entah mengapa dirinya ingin speak up tentang kehidupannya pada sang dokter.
Firdaus, seorang perempuan Mesir yang hidup di pedesaan dan hidup dalam lingkaran kemiskinan. Perjalanan hidup Firdaus tidak lepas dari pengaruh 'tamparan kehidupan' dari ayah, paman dan suaminya. Pengalaman pahit tentang ketidak setaraan dan juga getir kehidupannya membawa pada pemelacuran diri.
Ada beberapa titik penting di novel ini untuk sebuah kesetaraan gender seperti: hak pendidikan, hak dalam bekerja, ketidakadilan yang tercipta oleh budaya juga agama, persepsi pada tubuh dan kemerdekaan atas diri sendiri. Dan juga banyak lagi. Novel ini patut dibaca bukan sekedar hiburan saja, tapi sebagai pembanding kehidupan kaum perempuan Indonesia dan Arab.
Judul: Perempuan di Titik Nol
Pengarang: Nawal El Saadawi
Penerjemah: Amir Sutaarga
Dimensi: xiv + 156 hlm. 17 cm
Penerbit: Yayasan Obor
ISBN: 979-461-0 40-2
Komentar