Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kalila dan Dimna - Ramsay Wood

Ini adalah rangkaian ide gila untuk mencari buku-buku Khalila Dan Dimna dalam berbagai versi. Setelah membaca Kisah 1001 Malam dalam berbagai versi terjemahan dan asal terjemahan membuat saya ketagihan untuk membaca dalam berbagai versi terlebih dengan bungkus budaya berbeda. Unik!. Jelas.

Saya cukup beruntung mendapatkan tiga versi yang berbeda. Pertama yang saya beli adalah cetakan dari Qisthi Perss dimana penerbit tersebut menerjemahkan langsung dari bahasa Arab ke Bahasa Indonesia modern. Buku kedua yang didapat dari belanja online cetakan Balai Pustaka tahun 1993 masih menggunakan bahasa Indonesia lama, cerita tersebut juga diterjemahkan dari berbagai sumber. Pada terbitan Balai Pustaka menceritakan asal usul cerita hingga sampai pada nafas sastra Nusantara, juga diceritakan awal penerjemahan kedalam bahasa Indonesia atau Melayu dan juga padanan cerita yang sebelumnya sudah berkembang di Nusantara. Pancatantra.

Hari ini saya mulai membaca terbitan Elex Media Komputindo, buku ini disadur oleh Ramsay Wood. Jelas Khalila Dan Dimna ini versi Barat dengan perspektifnya. Walaupun demikian Ramsay tidak banyak mengubahnya, bahkan ada sisi yang ia utamakan agar pembaca merasa tidak bosan dengan karya yang sidah berumur lebih dari 2000 tahun ini. Ramsay membawa Khalila Dan Dimna pada wujud kontemporer, agak cabul, jenaka, dahsyat, dan penuh kesenangan. Pada pengantar buku yang ditulis oleh Doris Lessing mengungkapkan bahwa dunia Barat harus berterima kasih atas cerita klasik dari Timur ini, cerita ini sangat mempengaruhi Dunia Barat. Sebelum kedatangan cerita ini, Dunia Barat tidak menemukan sejenis fabel, hingga lahirnya Aesop. Juga bingkai cerita dalam cerita pun tidak ada. Tokoh sastra Barat pun mengekor pada gaya sastra dari Khalila Dimna.

Penggunaan bahasa Indonesia pada kisah ini tampak sedikit kaku, juga tidak menggunakan bahasa khas kerjaan atau bahasa untuk latar belakang kerjaan seperti kata Hamba dan lain lain. Kakunya penerjemahan membuat buku ini kurang enak dinikmati, untuk memahami cerita bisa dibaca dua kali atau tiga kali untuk susunan kalimat yang terjemahannya kurang bagus. Ku pikir terjemahan ini sama kakunya dengan terjemahan mesin yang tidak memilih kata sastrawi.

"Tuan Raja, dokumen ini memang benar-benar harta karun Ini merupakan surat dari Raja Houschenk yang agung, yang telah lama wafat, bagi dirimu. Ini adalah fakta yang luar biasa, tapi tak apalah. Apa yang ditawarkan oleh Raja Houschenk di sini adalah pedoman khusus untuk bisa mencapai kebesaran sebagai seorang raja. Ia membuat daftar berisi rangkaian aturan yang disarankan nya agar secara bijak diikuti oleh seorang raja."

Terjemahan ini juga masih mempertahankan kebaratanya, seperti nama raja Dabsalim masih tertulis Dabschelim, Baidaba ditulis dengan Bidpai. Bagiku ini sisi keunikan dimana terjemahan karya sastra Timur klasik oleh dunia Barat dan kembali lagi ke dunia Timur dengan masih membawa aroma Baratnya. Beberapa kata juga tampak aneh untuk latar belakang kerajaan seperti kalimat di halaman 46. 

"Bawa geriatrik tolol ini pergi". Kata geriatrik sebenarnya sangat akademik dan jarang dipakai, lebih bagus diterjemahkan seperti berikut "Bawa orang tua tolol ini pergi" atau "Bawa tua bangka ini pergi".

Untuk susunan cerita versi Ramsay Wood memang lain daripada terjemahan lainnya yang masih membawa orisinalitas cerita, seperti susunan pengenalan awal cerita Khalila Dimna. Tidak ada cerita tentang 'pencurian' naskah Khalila Dimna dari India oleh suruhan dari kerajaan Persia. Awal cerita hanya latar belakang sedikit saja tentang Baidaba (Dr. Bidpai) yang menceritakan tentang Khalila Dimna untuk raja Daibslaim (Dabschelim). Selanjutnya cerita singkat dari kelicikan dan kecerdasan Kalila dan Dimna dengan sangkut paut cerita dengan Raja Singa dan Lembu bernama Sartrabah yang ditulis Ramsay sebagai Schanzabeh. Walaupun ada beberapa perbedaan Ramsay masih menyusun cerita dengan kekhasan dari Khalila Dimna seperti cerita dalam cerita. 

Sungguh buku terjemahan ini sangat Amerika ataupun Eropa, beberapa kosakata sangat akademis seperti pengguna kata wastafel, pilar, urusan bisnis, mil, konggerasi dan lainnya. Juga untuk bidang kerohanian diterjemahkan ke dalam tradisi Kristen dengan munculnya kata haleluya. Singkat kata buku mempunyai daya tarik tersendiri. Ada keistimewaan lainnya dari kedua buku ini salah satunya yakni ada gambar ilustrasi yang indah di setiap judul. Gambar-gambar tersebut seperti terinspirasi dari lukisan Persia atau India tempo lalu.

Buku kedua diawali juga diawali dengan pengantar dari tokoh penulis masyhur, kali ini giliran Michel Wood. Dalam pengantarnya masih berisikan bagaimana kisah ini menyebar dari dunia Timur (India) ke Persia, selanjutnya Arab hingga pada dunia Barat (Eropa). Tak ketinggalan sanjungan terhadap penulis yang membuat cerita Khalila Dimna lebih modern.

Ada lumayan banyak perbedaan antara buku pertama dan kedua khususnya terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Pada buku dua tampak enak dibaca dan lebih luwes. Tidak banyak berpikir keras, atau terlalu alot untuk dibaca. Memang masih ada beberapa kata ilmiah yang bisa ditemukan, tapi tidak terlalu sering. Sedikit. Usut punya usut dari data buku, penerjemah buku pertama dan kedua berbeda orang. Wajar saja beda. 

Buku kedua tidak menyajikan ilustrasi gambar yang berhubungan dengan cerita, namun berisi kutipan-kutipan yang mengarah pada isi cerita. Semisal kutipan berikut:
Bagiku kutipan tersebut hanyalah sebuah renungan yang bisa ditarik untuk kehidupan nyata. Sepintas aku bisa menyebutnya sebagai sebuah gangguan kecil yang tidak mencerminkan sebuah kesejalanan. Berbeda dengan buku pertama yang menyajikan gambar-gambar klasik. Jelas gambar tersebut menunjukkan keterikatan dengan cerita yang tersaji. 

Baik buku pertama dan kedua agaknya kurang cocok untuk anak-anak ataupun remaja, bisa juga sebenarnya untuk remaja. Hanya saja harus punya kekuatan untuk mencerna lebih, sehingga butuh waktu yang panjang. Mungkin sedikit mual. 

Buku Pertama
Judul: Kalila dan Dimna - Kisah-kisah Fabel Tentang Persahabatan dan Pengkhianatan
Pengarang: Ramsay Wood
Penerjemah: Rasti Suryandani
Terbitan: Pertama, 2010. 
Dimensi: 278 hal.
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 978-979-27-7198-4

Buku Kedua
Judul: Kalila dan Dimna 2 - Fabel Tentang Pertikaian dan Intrik
Pengarang: Ramsay Wood
Penerjemah: Nadya Andwiani
Terbitan: Pertama, 2012
Dimensi: 267 hal.
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-00-2153-9

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...