Artikel ini pernah dibacakan di acara Jurnal Maria - Radio Taiwan Internasional pada tanggal 1 & 8 Agustus 2022.
Sebenarnya ini adalah hal yang paling menyakitkan untuk diceritakan kembali. Pengalaman menyedihkan ini bukan hal yang biasa bagi beberapa juta manusia, dan merupakan hal yang biasa bagi sebagian juta manusia lainnya yang mencintai hewan peliharaannya. Dengan kesempatan ini, tepat satu bulan yang lalu beberapa kucing kesayanganku 'pergi' karena virus yang mencekik sistem tubuhnya yang mungil.
Sebisa mungkin saya ceritakan dari awal bagaimana keluarga kucing ini terlalu dicintai olehku. Tanpa cerita awal adalah hal yang sangat konyol dan tak menimbulkan perasaan yang berarti, benar pepatah lama berkata. Tak kenal maka tak sayang.
Di saat matahari sedang bersinar terang pada siang bolong, seperti biasa kucing liar keluar masuk jendela tanpa berketuk dulu. Kucing betina berwarna putih jingga berjalan seperti di catwalk para model fashion dunia, lentur tanpa lenggak-lenggok berlebihan. Begitu menawan. Tanpa tutur kata yang sopan hanya mengeong santai nan beradab, kucing liar ini tampak beradab daripada bromocorah sebrang desa. Dia mencari seonggok makanan entah dari tikus rumah yang tak pernah aku pelihara, cicak yang selalu di dinding bambu, dan makananku yang nampak menarik baginya. Sikapnya yang beradab inilah yang membuatku ingin mengambilkan dari sang pemilik asli.
Entah darimana si kucing betina terdidik lebih beradab, padahal tak bertuan. Saat makan pun harus menunggu dipersilahkan, pernah sekali sewaktu sarapan tanpa memberinya makan. Kucing betina hanya terdiam, tak banyak tingkah atau berkelakuan kasar seperti para kucing liar di luar sana. Aku sampai berpikir apakah si kucing betina ini kucing peliharaan istana Buckingham atau reinkarnasi dari seseorang alim yang tercebur pada lembah kenistaan saat akhir hayat. Aku hanya berandai-andai padanya, yang pasti si kucing putih jingga ini lebih beradab.
Kunci dari segala-galanya pada seekor kucing adalah keterbukaan menerimanya baik dari sikap, tempat dan tentu saja makanan yang tersedia. Kurun waktu seminggu memberikan makanan istimewa, kucing betina pun betah di rumahku. Suatu ketika dia meminta izin untuk tidur di kasur empuk. Dasar kucing beradab, dia memilih tidur di bagian pojok kasur, tepatnya di dekat kakiku.
Waktu takkan pernah disingkat, hanya naskah cerita saja yang dipersingkat dengan mudah. Kini si kucing betina itu sudah terdaftar menjadi anggota keluarga. Ianya mempunyai hak yang sama dengan keluarga lainnya, hanya saja tidak punya hak untuk mencoblos wakil rakyat saat pemilu. Sekobok air dan dua kali makan, pagi dan sore. Selebihnya sama seperti anggota keluarga lainnya mendapatkan rezeki di luar sana. Mungkin saja ular, tikus, atau kadal yang didapatnya. Aku tidak tahu umurnya sekarang, persis seperti masyarakat pada umumnya saya hanya 'menembak' umur walaupun tidak menggunakan sogokan uang sama sekali. Setahun penuh hidup berbahagia denganku dan keluarga, warna-warna kebahagiaan selalu muncul berkatnya, tak jarang juga dia membuat kami sedikit murka akan keisengannya. Semua itu terampuni berkat kelucuannya.
Sejujurnya aku pun tak mau menceritakan kisah aib ini, tapi apa kata dunia perkucingan sudah menjadi hal yang lumrah. Si putih jingga nan beradab ini mungkin saja penggoda atau memang digoda, hingga akhirnya melahirkan beberapa anak. Jelas anak-anak tersebut aku masukkan menjadi anggota keluarga, walaupun tanpa keterangan nama ayah. Maklum saja biaya indentifikasi DNA di Indonesia masih sangat mahal. Si putih jingga sudah melahirkan beberapa anak, mungkin saja ada lima kali. Dalam satu kali beranak mengeluarkan minimal dua ekor kucing, umumnya tiga ekor. Jelas saja saya sebagai sang tuan berhak membuatkan pohon keluarga dari akar sampai ujung daun. Dari anak pertama hingga terakhir, baik yang sudah mati dan hidup.
Semuanya membawa cerita yang menarik bagiku, tak terkecuali 'anak yang tak dianggap'. Anak-anak tersebut kabur dan tewas di tanggul irigasi tak jauh dari rumah dan berakhir nanar air mata. Tewasnya seekor kucing kurang lebih sama halnya dengan kematian anggota keluarga. Mungkin bisa menjadi hal yang berbeda bagi para manusia yang tidak mencintai dan memelihara kucing. Kini saya akan menceritakan salah satu kucing tercinta yang pernah menulis kisah-kisah manis.
Kucing Panda
Sebut saja Panda, kucing betina yang cerewet. Jika dibandingkan dengan emaknya yang beradab dia termasuk 'orang' yang kurang sopan. Mungkin hasil didikan yang kurang baik atau terlalu dimanja, bisa jadi karena turunan dari bapaknya yang diduga Si Kucing Mandung (karena warna bulunya sama). Panda tipikal kucing cerewet, rewel soal makanan, dan sembrono. Kucing Panda dilahirkan pada hari Selasa Legi yang menurut weton Jawa sebagai orang yang pemarah. Primbon Jawa tersebut memang tak terlalu meleset, pesis sekali dengan karakter Kucing Panda saat ini. Kucing Panda dilahirkan bersama dua saudara lainnya yakni Kucing Sapi dan Kucing Loreng, namun sayang kedua saudaranya mati dengan keadaan damai.
Umur 5 bulan Kucing Panda adalah satu-satunya kucing yang selalu menemaniku, sementara ibunya lungo tuku trasi seperti Sri yang tak kembali pulang pada lagu Didi Kempot. Kaburnya ibunya bukan berarti hal yang cuma-cuma, melainkan ada misi tersendiri untuk menambah momongan. Kepercayaannya masih sama seperti masyarakat Indonesia lainnya, bahwa banyak anak banyak rezeki. Misinya begitu menjijikkan bagiku, berhubung beban anggaran keuangan yang semakin meningkat.
Kucing Panda selalu tidur di atas dadaku selama lima menit, mungkin inilah bahasa cintanya padaku. Sekali aku bangun untuk hal-hal yang tidak terlalu penting, dia pun ikut bangun mengawasi. Berjalan ke WC untuk sebuah hajat biologis, ia pun berjalan tanpa kantuk menemani. Dan itu terjadi terus-menerus. Oh Tuhan inilah bahasa cintanya yang sangat indah nan manis. Kesemberonoan Kucing Panda tersamarkan oleh kisah cinta yang tulus darinya. Bukan soal ke WC saja, bahkan aku pergi ke sawah pun ikut memantau dan duduk menemani. Walaupun kadang aku kesal karena dia tidak terlalu membantu dalam berbagai hal pekerjaan, mungkin dia pikir aku pembantunya. Ini hal yang menjijikkan, tapi apa daya Laila Majnun dan Romeo Juliet pun sama.
Ada hal yang tidak pernah bisa terlupakan. Jasa-jasa Kucing Panda memang sepele, tapi sangat berarti bagiku dalam kondisi saat itu. Varian Delta COVID-19 mencekik paru-paru manusia, berjuta orang menderita karenanya termasuk aku sendiri. Setiap orang yang terinfeksi harus karantina mandiri di rumah maupun karantina terpusat di fasilitas umum yang disediakan. Aku termasuk yang karantina mandiri di rumah, ibu dan semua keluarga minggir. Hanya Kucing Panda saja yang menemani. Jujur saja saya seperti mendapat kekuatan iman dari 'seorang' Panda yang sangat setia. Sekali panggil saat paru-paru berisik karena tak mampu menangkap oksigen, dia datang dengan senyumnya. Pedih dan nyeri hilang barang sedetik atau semenit karena kedatangan Panda.
Mentari muda di timur dengan cahaya hangatnya menyentuh bumi, di situlah Panda paham rutinitasku. Berjemur. Asupan vitamin D hasil memetik daun cahaya mentari pagi sangat membantu proses penyembuhan, juga keikutsertaan Panda menjadi vitamin tambahan yang tiada tara. Ada masa sangat menyedihkan untuk si mungil Panda, dimana stok makanannya habis. Sedih rasanya tak mampu membeli makanannya langsung saat itu, ia mengeong terus sementara aku hanya berbaring. Rasanya sangat berdosa tak memberikan haknya untuk makan, maafkan aku Panda yang terlupa untuk membelikan makanan. Hingga sore hari kakakku membelikan pakan istimewa untuk Panda untuk seminggu lebih. Dua kali gelombang COVID-19 Kucing Panda selalu menemani, saat gelombang Omicron pun.
Rabu di pengakhiran bulan Mei. Panda mati dengan rasa sakit yang terlalu dalam. Penuh pilu dan sengsara menahan sakit. Sebulan sebelum bulan Ramadhan, Kucing Panda tampak murung. Makan tidak terlalu lahap dan cenderung menyendiri. Selama seminggu kehidupannya berubah dan menampakkan kesusahan yang sedikit mengubah kehidupannya. Kupikir Kucing Panda sudah bermain api dengan para jantan yang penuh birahi, ternyata salah. Panda terkena virus jahat yang mudah menyebar dari kucing ke kucing lainnya melalui air liur dan kontak lainya. Panleu namanya, virus yang banyak merenggut nyawa kucing.
Panda mengingatkanku pada perjuangan melawan Covid-19, kini dia melawan virus Panleu yang ganas. Tubuhnya mengecil, kering dan tampak mengenaskan. Dia termasuk gigih melawan penyakit Panelu, setiap hari kejang lebih dari empat kali. Sangat menyedihkan dimana tubuh kurus itu menjerit-jerit kesakitan, saat kejang akan berakhir jeritan panjang sekali dan diam. Kejang kucing berbeda dengan manusia, kucing akan meloncat-loncat menahan nyeri yang hebat dan menjerit panjang. Ada titik air mata pada kedua matanya setelah kejang berakhir, menetes seperti aliran sungai yang tidak begitu deras. Panda mendatapku datar, namun merespon saat aku memanggil namanya. Berbulan-bulan kejang hingga akhirnya kembali pulih, namun ada derita yang mesti ditanggungnya yakni kaki yang tidak sempurna akibat banyaknya kejang. Menyakitkan.
Panda pulih, berat badannya mulai naik. Keceriaannya bertambah sumringah, selalu merespon saat aku memanggil. Bermain ke belakang rumah dan berjalan-jalan di sekitar rumah. Satu genggam makanan kering selalu habis, makanan basah terlampau suka dan dicabik dengan nikmatnya.
Terlalu menyakitkan, kebahagiaan Panda hanya diberi selama dua minggu saja. Panda terkena diare hebat dan tak tertolong. Berbagai usaha telah dicoba untuk menyelamatkan nyawanya yang tinggal satu saja. Saat sekarat selalu mengeong, dan masih merespon saat saya panggil namanya. Aku merasa terpukul, terlebih dia membuktikan cintanya untuk salam perpisahan. Di saat sekarat dia pun mendekat untuk menemaniku dan dia mengharapkanku untuk mengantarkan pada pintu kedamaian abadi. Sambil mengelus-elus tubuhnya dan menyebut nyawanya dia mengeong seiiring aku memanggil.
Kalimat Tuhan yang mulia kuucapkan untuk mengantarkannya pada pintu kedamaian. Dengan jeritan keras hembusan itu terasa menyesakkan dan nyeri. Saat itulah pintu kedamaian terbuka untukknya. Terima kasih Panda. Jam sepuluh malam Panda tidur dalam keabadian di sarung kesayangannya. Kini dia terkubur sedalam dua jengkal dengan kain yang disukainya. Panda titip salam untuk Kucing Sapi, Kucing Loreng dan Kucing Swew-swew-swew. Berlarilah dengan lincah dan bermain yang ceria bersama saudara-saudaramu. Berbahagialah Panda.
Menjelang Jam 9 Malam, 14 Juli 2022.
Komentar