Ada ayat dari kitab suci berkata "membahagiakan diri sendiri dengan membahagiakan orang lain" ya memang betul kalimat tersebut ada kebahagiaan yang liar bisa dengan membahagiakan orang lain tentu saja berbeda dengan membahagiakan diri sendiri yang hanya dirasakan oleh diri sendiri yang kadang hambar tanpa adanya kebahagiaan murni yang bermanfaat bagi orang lain. Hal sekecil apapun dihitung sebagai ibadah dan pahala dalam agama Islam. Ya semua ajaran yang indah untuk manusia di bumi maka dari itu saya yang memang bodoh akan semua akan kebaikan ingin memulai dari yang terkecil walaupun pahala itu susah dilihat oleh mata ataupun microscope. Ah sudahlah rasanya saya seperti Rabbi ataupun Kiyai yang sedang mengajak jemaatnya untuk berbuat baik hahaha, tapi ga salah juga ya sesama manusia paling tidak bisa berbagi soal kebaikan. Soal kebaikan kecil ini mungkin bermanfaat bagi diri sendiri dan negara. Kok bisa sampai negara? Tentunya bisa. Mari saya pamer sedikit soal kebaikan kecil ini (luntur semua pahala).
Ahad pagi selepas dinas malam di unit keprawatan Puskesmas Pamarican saya putuskan untuk mencuci stress saya di air laut selatan yang asin nan segar oleh belaian angin Hindia. Rasa lelah karena kerja keras melayani pasien hilang dengan semangat untuk berjemur dan berendam di birunya air laut. Tanpa perbekalan yang banyak yang hanya bisa merepotkan satu orang dan bisa membuat orang terpana karena banyak perbekal dimulai dari set alat photographi beserta tripod yang sebesar gedebok pisang, karpet yoga, baju ganti, handuk, satu liter air mineral dan satu pack nasi beserta lauk pauk khas orang miskin yang saya derita sejak dulu. Tadi tak apakah karena ini semua buat saya sendiri bukan menjadi kuli orang lain!
Pantai pasir putih Pangandaran |
Berangkat jam 8 pagi dari rumah tanpa pamit ke orang - orang tercinta tak membuat gentar akan ancaman pamali ataupun tidak ada restu maka celaka! Ya Tuhan yang punya jadi ga usah khawatir, begitulah hati busuk dan otak saya bicara. Saya lebih sering plesiran sendiri ketimbang dengan orang lain karena kadang membuat pusing, emosi dan aneka rasa lainnya. Jadilah saya solo traveller sebut orang bule. Kecepatan yang cukup cepat dengan perhitungan keselamatan dalam berkendara, Saya tancap di kecepatan 60-80km/jam. Sampai di Kalipucang saya tertarik dengan penduduk lokal yang sedang panen buah jambu air. Saya pikir beli langsung ke petani langsung lebih murah daripada beli di toko buah yang harganya naik 30-50%! Dengan duit rupiah nominal 3000 saya serahkan ke petani jambu dan dapatlah satu kresek sedang jambu air kebayangkan segernya jambu air kalau dimakan di pinggir pantai dengan buah buahan lainnya. Mutlak inspirasi dari film - film barat yang senang berjemur dengan suguhan buah tropis. Walaupun tururut munding ini hal yang menyenangkan dan luar bisa buat kesegaran badan!
Masuk ke pantai Pangandaran tanpa melalui pintu resmi adalah kebiasaan saya untuk irit biaya. Ya maklum orang miskin pengin plesiran. Mohon maaf saya untuk dinas pariwisata yang tidak membayar retribusi selama masuk pantai Pangandaran. Walaupun saya tidak membayar uang masuk saya tetap membayar uang masuk ke kawasan cagar alamnya dengan harga yang lumayan mahal Rp 15.000. Ancaman demi ancaman dari monyet - monyet durhaka, saya lalui dengan mulus berkat otak saya yang tidak seperti monyet - monyet itu! Jambu air, satu set perbekalan makanan dan air mineral saya simpan dengan rapih tanpa mengeluarkan bau ataupun hal yang mengundang si monyet jahanam itu merebut dari tangan saya. Keindahan dan atraksi monyet jahanam itu saya nikmati ala surga yang dijanjikan Tuhan kepada umatnya. Suatu keindahan yang langka melihat monyet berenang di pinggir laut, monyet bercinta dengan sifat hewanya yang brutal, monyet menyelam dan atraksi lucu lainnya. Baiklah mukhadimah terlalu panjang ini harus saya akhiri.
Jambu air siap dipanen |
Sampai di pantai pasir putih saya gelar karpet yoga untuk menikmati belaian seksi dari Hindia yang menawan. Menit demi menit terlewati dan membuat suatu kejadian yang membuat saya terancam oleh terror si monyet jahanam itu. Kawanan monyet jahanam itu datang kembali dengan anggotanya yang 16 ekor menyerang barang - barang milik para turis, termasuk punyaku. Nasi dalam bungkus plastik dirampas dengan kejam oleh si monyet jahanam. Dengan hati tabah saya menerimanya karena saya sebagai manusia juga takut akan serangan monyet jahanam itu. Semua turis luar negri terpana dan merasa iba karena bekal saya dijambret monyet. Tapi biarlah ini rejeki si monyet jahanam. Yang penting wadah plastik itu dibalikin lagi sehabis makan. Ingat itu wadah punya emak saya kalau ilang saya bisa dihukum pancung.
Akhirnya dengan otak sedikit pintar si monyet jahanam itu mengembalikan wadah plastik saya. Syukurlah saya tidak terancam hukuman pancung sama emak. Perasaan was - was masih ada karena satu kresek sedang jambu air yang saya beli masih utuh. Hmmm bagaimana caranya biar aman dari mahluk itu. Akhirnya saya membagikan semua jambu ke wisatawan bule di sana. Jelas si bule sangat senang apalagi bagi si bule yang pertama makan jambu rasanya luar biasa sekali tutur mereka.
Jambu air ini yang membuat saya betah ngobrol ngalor ngidul dengan tiga orang Belanda yang sedang menikmati suguhan alam negri bekas jajahanya. Ya menjalin persahabatan dan persaudaran itu memang gampang sekali sekalipun kulit mereka berbeda, agama berbeda dan hal yang berbeda lainnya akan sama pada ketulusan hati dan hakekat kebaikan. Tidak ada orang di dunia ini yang tidak suka akan kebaikan kecuali dia kesurupan setan dari jahanam.
sedikit pose diri |
Satu rombongan bule campuran negara Eropa menjadi tetangga saya saat berjemur. Sisa jambu masih ada sekitar 10 biji dan saya kasih kembali San mereka pun sangat senang. Tidak ada rasa curiga diracuni ataupun suruh bayar saat saya dekati dan saya kasih jambu air itu. Mereka senang apalagi saya tentunya merasa lebih senang sesuai ayat di atas yang menyebutkan kebahagiaan itu muncul saat membahagiakan orang lain. Obrolan ngalor - ngidul berjalan mulus dan lembut seperti saudara yang lama tidak bertemu. Sampai saya hitam dan langit pun menjadi hitam karena terlalu banyak menyedot air di lautan dan harus dijatuhkan kembali ke bumi. Ya bagi saya ini adalah sesuatu yang menyenangkan walaupun tidak berarti apa - apa. Namun mungkin dampaknya luar biasa bagi saya dari segi sosial dan spiritual. Dan negara pun punya keuntungan karena mempunyai rakyat yang baik hati sehingga turis betah dan ingin balik lagi ke Indonesia. Sebenarnya sisi manfaat lainnya masih banyak karena saya sudah menghabiskan pahala itu sebagai tumbal saya bercerita ke kalian. Bisa dikatakan ini adalah tumbal saya riya (ujub) ke kalian. Ampuni dosaku Tuhan dan mohon sisakan pahala 20-50% buat saya. Amin.
Harusnya artikel ini habis karena sudah ada kata "amin" tapi saya ingin bercerita bahwa setelah saya membagikan jambu ternyata saya mendapatkan rejeki dari nelayan yang memeberi saya 4 pack ikan asin. Ya Tuhan saya bersaksi nikmatMu luar biasa.
Komentar