Sederhana, begitulah setiap orang bisa menyebutkan keadaan dirinya yang tinggal di sebuah gubug bambu. Gubug yang dijadikan sebuah tempat tinggal sehari - hari ini sudah membuat beribu eksemplar cerita dalam kehidupan. Ya saya termasuk aktor dalam gubug bambu itu. Setiap penghuni mempunyai versi cerita masing-masing yang jelas tiap paragraf kehidupan akan menarik bila disajikan kalau pun tidak disajikan akan indah dalam setiap sanubari sang empunya cerita.
Bahasan kali ini adalah hal yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari saya yang tinggal di gubug bambu. Baiklah saya mulai dengan perkenalan awal kehidupan dengan suka duka di rumah bambu ini. Semoga tulisan ini menghibur anda sekalian.
Dinding Bambu |
Rumah bambu saya memang benar-benar dibangun dengan sebagian bahan dari bambu terutama dindingnya jadi memang tidak seratus persen dari bambu hanya saya bahan lainnya dari kayu - kayu kuat macam kayu jati. Rumah ini sudah berdiri lama sebelum saya lahir dan sudah mengalami perbaikan dua kali saja. Tidak ada satupun bahan lain selain kayu di rumah sederhana ini. Karena bahan dari alam jadi tidak ada penghalang yang kuat untuk segala jenis suara. Jadi suara denting jam pun terdengar jelas saat malam hari. Baiklah saya bawa anda ke kehidupan saya yang lebih dalam lagi.
Suara - suara
Rumah bambu tentu saja tidak ada penghalang suara yang berarti jadi maklum saja ya jika Anda menjadi tamu di rumah saya. Menjadi tamu di rumah saya siap - siap kaget dengan banyak suara yang muncul saat malam hari. Heningnya malam membuat suara lebih jelas terdengar daripada siang hari. Karena saking sepinya saat malam hari suara igauan dari anggota keluarga pun terdengar jelas. Jadi kadang saya malu kalau pagi-pagi diceritakan sama ibu atau kakak yang mendengar suara saya saat mengigau. Bunyi toke pun tak kalah mengagetkan para tamu. Tapi bagi saya suara yang menyebalkan yakni suara desahan - desahan dari aktivitas kebutuhan dasar manusia yang mesti dilakukan oleh seorang yang sudah menikah. Suara ini lah yang membuat saya risih. Tapi apa daya, saya masih satu rumah yang mau tidak mau kuping saya harus mendengarkanya.
Rumah Bambu |
Angin
Kipas angin atau pun pendingin ruangan tidak ada di rumah saya ini. Cukup dengan hembusan angin segar dari belakang rumah (sawah) sudah membuat semua ruangan segar. Hanya sewaktu saja hawa di dalam ruangan menjadi panas atau sangat dingin misalnya saat musim kemarau dimana saat malam dan pagi hari terasa dingin sekali dan di siang hari sangat panas. Udara segar adalah persembahan utama di rumah saya tapi jangan salahkan kami saat Anda mendapatkan bau yang khas misalnya dari pembakaran jerami, bau khas jerami busuk dan bau khas tanah gembur sawah. Yang paling saya suka yakni saat dimana padi mulai berbunga rasanya udara terasa segar dan beraroma khas.
Cahaya
Tidak perlu repot - repot untuk membangunkan saya ataupun yang lainnya karena banyak cahaya yang masuk ke rumah melalui celah dinding bambu. Jadi jangan khawatir anda akan bangun pagi lebih awal dari biasanya. Kemungkinan bangun awal mungkin lebih besar dari pada biasanya.
Demikian sedikit dari keadaan saya di rumah gubug.
Komentar