Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Tamu Dari Bukittinggi II

Mentari pagi seakan ikut kedinginan karena udara kemarau yang menjelma, kabut kemarau memenuhi ruang angkasa sehingga mentari enggan bersinar karena dinginnya kemarau. Senada dengan mentari para manusia pun mengeluh akan sensasi rasa yang diterima saraf mereka. Tertusuk dingin dari kulit sampai dengan tulang yang kuat pun roboh karena dinginnya kemarau.

Aktifitas Nelayan Di Pantai Timur
Kokok ayam dan suara toke di rumahku nampaknya tidak mempan menembus gendang telinga Sinyo Yoyon. Jelas saja dia sudah terbiasa tidur mulai jam tiga dini hari ataupun jam empat jadi kokok ayam jam enam pun tidak ada pengaruhnya.  Membiarkan Tuan muda untuk menikmati dinginnya pagi di tempat tidur untuk sejenak istirahat.

Pagi ini ibu sudah menyebarkan aroma masakan di dapur tradisionalnya yang terbuat dari tumpukan batu bata dan tanah lempung yang ia buat lima tahun kebelakang. Hidangan yang sederhana selalu ibu sediakan untuk para tamu di rumah kami tanpa memilah apakah ini tamu jauh ataupun bukan. Bagi ibu semua tamu adalah istimewa yang mesti disuguhi masakan tradisional yang akan membuat orang terkesan akan budaya yang ia anut. Aroma kali ini tercium sebagai lodeh daun melinjo dan beberapa gorengan Jawa. Tidak merasa canggung saya bangunkan Sinyo Yoyon untuk santap pagi.

Pose Di Pantai Barat
Persiapan untuk menjelajah wilayah Pangandaran tidak banyak hanya seperangkat tenda, kamera, baju ganti, hammock, sleeping bag dan peralatan mandi. Hanya butuh waktu sepuluh menit saja untuk membereskan semua peralatan yang kami bawa. Usai rapi dengan semua peralatan ucapan doa kelancaran perjalanan diucapkan setiap sanubari masing-masing dan meminta izin ke orang rumah.

Pose Terbang
Jalanan nampak legang namun ramai akan umbul - umbul dan bendera merah putih yang berjajar di kiri kanan jalan baik jalan raya maupun jalan kecil. Seakan kesemarakan ini menyambut tamu saya yang jauh tapi bukan karena tamu saya bendera itu dikabarkan melainkan untuk penghormatan kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan Indonesia ke kemerdekaan yang sempurna.  Berjajar dan meriahnya bendera membuat Sinyo terkagum akan rasa nasionalisme masyarakat di sini. Bahkan dia pikir ada acara besar seperti festival, dia juga sempat bingung orang membuat air berwarna di pajang dan digantung di ranting pohon seperti pohon natal. Dan saya jelaskan kembali bahwa itu hiasan kemerdekaan di bulan agustus yang dimulai tanggal 1 Agustus sampai tanggal 31 Agustus.

Sampai di Saung Buleud kami istirahat untuk menikmati kelapa muda segar. Sambil menikmati hutan tropis dengan jembatan kereta api terpanjang di Indonesia. Tak lama hanya sekitar dua puluh menit saja istirahat dan buang hajat. Sempat bingung untuk menentukan destinasi yang dipilih saya akhirnya memilih pantai Pangandaran untuk perkenalan sekilas sebelum menikmati malam di sana.  Di pantai timur Pangandaran kami menikmati aktifitas nelayan yang sedang menjaring ikan tak lama karena tidak tahan bau ikan akhirnya kami pindah ke pantai barat Pangandaran untuk perkenalan saja selanjutnya kami pindah ke Citumang.

Bening Airnya
Jalan rusak terasa nikmat karena cuaca yang cerah ditambah pemandangan yang sangat luar biasa dimana para petani sekitar Citumang sedang panen raya. Padi kuning bagai hamparan buliran emas yang berharga. Rencana kami hanya body rafting di Citumang dilanjutkan dengan selusur pantai sampai Batu Karas.

Di Dalam Gua
Penawaran demi penawaran kami mendapatkan harga yang cukup mendukung dengan harga perorang 110K tanpa makan jikalau dengan paket makan bisa 150K perorang.  Di sini saya malu sekali karena semua ditanggung oleh Sinyo. Maafkan dan terima kasih.

Acara rafting berjalan lancar dan gembira. Rekaman kebahagiaan tersimpan di lubuk masing-masing dengan persepsi masing-masing. Mencoba untuk terjun dari tebing ketinggian tujuh meter ternyata membuat saya dan Sinyo kalap. Akhirnya kembali menuruni tebing dengan akar. Mencoba berenang memasuki sungai bawah tanah yang luar biasa menyeramkan, kami ditemani beberapa bule dan rombongan orang Bandung.

Di Batu Hiu
Lepas lelah dari aktivitas rafting kami pindah ke Batu Hiu dan Batu Karas tanpa bilas.  Tak apalah nanti juga kering sendiri karena angin jalanan dan pantai.  Tidak banyak yang kami lakukan selain foto di kedua pantai itu.  Lepas dari itu kami kembali ke Pangandaran untuk menikmati sunset hanya di pertengahan jalan Xride bocor ban di belakang karena melewati jalan yang rusak dengan kecepatan tinggi maklum mata saya tidak awas walaupun kacamata sudah terpasang.

Surfing Dengan Bendera
Antrean di bengkel motor tidak membuat kami terlambat untuk menyaksikan tenggelamnya sang surya di lautan Hindia. Dan ini anugerah bagi saya karena menyaksikan keindahan siluet kijang liar di cagar alam sungguh membuat hati saya merasa kagum. Begitupun Sinyo yang biasa menjadi pemburu ulung merasakan keanehan karena rusa bisa berjalan dengan santai di pantai tanpa takut dengan orang yang lalu lalang.

Rusa Pantai Pangandaran
Beberapa ekor rusa tampak terekam oleh kamera saya nampak cantik memang.  Berjalan kembali ke pantai pasir putih untuk menikmati sisi keindahan Pangandaran.  Di sini kami menyaksikan sunset yang kurang sempurna karena kabut tebal yang menyelimuti ujung langit. Namun sinar jingga yang indah tak melunturkan keindahan saat itu.

Ritual sunset usai dalam beberapa menit memaksa kami untuk pergi ke Bulak Laut untuk menikmati hidangan dan mendirikan tenda. Sesampainya di sana, berita dari Bandung terdengar diujung kawat telpon genggam yang mengharuskan Sinyo untuk kembali dan berbisnis.  Bukan suatu penyesalan karena pantai tidak akan pergi sementara perjanjian bisnis akan hilang begitu saja. Kucari informasi kereta dengan tiket go show yang dijual di stasiun Banjar. 

Sore sebelum Sunset
Perjalanan pulang disetiri oleh Sinyo Yoyon sampai dengan stasiun karena kondisi kesehatan saya menurun.  Saya menunggu Sinyo sampai mendapatkan tiket dan setelah mendapatkan tiket saya pamit pulang. Terima kasih telah menjadi tamu saya dan terima kasih atas semunya semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Sebutan Bentuk Penis dalam Tradisi Bali

Unggahan kali ini terinspirasi dari status ataupun thread  dari seorang netizen dari dunia Twitter @Kismin666oys. Thread ini sangat menarik sekali dan isinya pun sangat jarang sekali dibahas, terlebih Indonesia negara yang agamis. Netizen ini berasal dari Bali, tahu kan Bali?! Pulau indah penuh seni, agamis dan surgawi. Selama ini saya plesiran di wilayah Indonesia hanya ada dua wilayah yang menjual dengan "pantang" kontol-kontolan alias hiasan berbentuk penis. Dua wilayah itu adalah Jogjakarta dan Bali saja, yang lainnya masih malu-malu. Dalam dunia kesehatan penis dianggap hal lumrah, namun di kalangan masyarakat awam Indonesia adalah hal tabu. Tapi tidak demikian jika kita mengorek sejarah leluhur kita, semisal saja candi Sukuh yang terkenal penggambaran betapa sucinya hubungan seksual. Pada agama leluhur yang kini masih eksis di Bali dalam beberapa kitab ada ajaran suci mengenai seksual yakni Kamasutra. Ilmu olah seksual yang diperuntukan untuk menuju kesempur

Secangkir Kopi Instan Vietnam: G7 CA PHE THU THIET

Kopi Instan Vietnam G7 3In1  Pulang dari kantor perwakilan VOV di Jakarta saya mendapatkan beberapa oleh-oleh istimewa dari Vietnam, salah satunya kopi instan asal Vietnam. Jenama kopi instan itu adalah G7 CA PHE THU THIET, milik perusahaan besar kopi Vietnam. Perusahaan kopi ini menyediakan berbagai produk kopi instan yang didagangkan ke beberapa negara dunia. G7 CA PHE THU THIET mempunyai beberapa jenis diantaranya: G7 2in1, G7 3in1, Pure Black, Cappuccino, Strong X2, Passiona dan White Coffee. Di Indonesia sendiri kopi Vietnam G7 3in1 masih dijual secara online melalui Shopie.Id, Bukalapak dan yang lainnya. Setiap toko online membandrol harga yang bermacam macam, berkisar dari Rp 70.000 sampai 150.000.  Cara Penyeduhan Cara penyeduhan seperti pada umumnya kopi instan lainnya dengan air panas baik 80°C atau 100°C atau bisa menggunakan air es sebagai hidangan kopi dingin. Siapkan cangkir kopi, sobek bagian atas kemasan, masukkan kopi, tuang air panas atau d