Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

10000 Rupiah Untuk 37 Km

Apang Tiduran Di Sungai Cibolang Yang Mengering

Pengalaman menjelajah berbagai dusun maupun kecamatan di sekitar Kota Banjar, Kabupaten Ciamis dan Pangandaran sepertinya sudah hampir 40 % terjelajahi. Semua penjelajahan direkam dan disimpan di Google Map sebagai konstribusi.

Arah utara belum terjelajahi penuh terutama wilayah kecamatan Purwaharja, niat menjelajah daerah Purwaharja sempat terganjal berbagai hal termasuk sepeda rusak dan waktu yang tidak pas. Beruntung pada 16 September lalu saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajah daerah tersebut.

Berangkat jam enam pagi melalui jalur nasional nomor 18 Banjar-Pangandaran. Dalam perjalanan melihat banyak gerombolan pesepeda yang mengayuh ke arah yang sama. Wah penasaran sekali dengan mereka! Usut punya usut dari pesepeda di belakang mengatakan ada acara besar untuk pesepeda di kawasan Langensari. Saya juga sempat diajak olehnya namun dengan hormat ajakan ditolak. Maklum aku hanya bawa uang Rp 10.000 saja, gak mungkin sih registrasi acara hanya Rp 10.000 Jadi mending gak usah ikutan.

Jam setengah tujuh pagi laju ban sudah sampai Kota Banjar yang sedang  ramai meng udara segar. Orang-orang memadati jalan yang diblokir untuk masyarakat yang ingin menikmati hari minggunya di tengah jalan raya untuk kegiatan seni, olahraga maupun kegiatan lainnya. Orang beken menyebutnya car free day yang selalu diselenggarakan pada hari minggu dari jam 06:00 - 09:00 WIB.

Makam Singaperbangsa

Sesekali berhenti untuk memotret tempat-tempat yang dianggap penting, sesekali video juga dibuat dalam durasi tidak lebih lima detik untuk konstrubusi ke Google Maps. Daripada hanya olahraga mending iseng-iseng berkonstribusi, lumayan ada sedikit hadiah dari Google tiap tiga bulan atau empat bulan berupa voucher ataupun reedem

Sesuai tujuan, ban depan dibelokan ke arah timur menuju Kantor Walikota Banjar di kawasan Randegan. Dari kawasan ini saya masuk ke jalan kecil (jalan desa) menuju arah utara mendekati perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hidangan pemandangan desa sungguh membuatku takjub terlebih di wilayah Rawa Anom dimana rumah-rumah berada di tengah-tengah sawah mirip seperti di Tasikmalaya dan Garut.

Plang Situs Budaya Singaperbangsa

Perjalanan dilanjutkan menelusuri bantaran sungai Cibolang yang membelah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sisi bantaran terdapat drainage yang tidak terlalu besar, sisinya ditanami aneka tanaman hortikultural dari cabe, tomat, jeruk dan yang lainnya. Di dadaku ada rasa iri yang mendalam untuk pengolahan lahan. Inspirasi yang istimewa.

Panggilan biologis mulai menggila saat jam 09:00 WIB perut mulai meronta untuk disuapi. Maklum saja semenjak bangun tidur hanya minun air putih saja, sementara dalam perjalanan tidak membawa bekal makanan hanya membawa air putih dan uang Rp 10.000.
Demi iritnya uang, saya membeli dua buah roti yang satu pecesnya Rp 2000. Jadi uang tersisa Rp 6000. Perjalanan dilanjutkan dengan petunjuk dari mbak penjaga warung. Rasa penasaran untuk menyebrang sungai Cibolang yang cukup lebar. Untungnya musim kemarau sehingga mudah untuk disebrangi. Pemandangan di sungai ini lumayan indah dengan air yang bersih. 

Jembatan Cibolang II yang masih dikerjakan tampak kokoh dengan kaki-kaki beton yang kuat. Langkah terus berjalan hingga desa Panulisan di Jawa Tengah, wilayah desa di pinggir sungai pembelah provinsi. Bagiku wilayah ini cukup tertinggal dibandingkan dengan wilayah yang berada di Jawa Barat. Kondisi jalan yang rusak parah dan juga jarangnya penduduk di sana. Suatu gambaran daerah yang agak tertinggal.

Sempat berbincang dengan masyarakat sekitar yang bisa menggunakan bahasa Jawa dan Sunda. Dia menayangkan asal usul ku dan dia menlontarkan banyak pertanyaan setelah ku menyebut Pamarican sebagai tempat asalku. Maklum dia mempunyai relasi yang intim tentang Pamarican. 

Pesawahan Di Rawa Anom

Pagi mulai berubah menjadi siang yang lumayan panas dan Jawa Tengah ku tinggalkan dengan jejak-jejak gurtan kembang ban sepeda. Jalur untuk pulang melalui Rawa Anom yang terkenal di Banjar. Rawa Anom terkenal akan keangkeran dengan mitos-mitos yang berkembang dari zaman ke zaman. Oh ya saya juga jadi ingat bahwa wilayah Pamarican dan Banjar banyak sekali situs-situs cagar budaya berupa makam baik makam hasil mitos-mitos yang turun temurun maupun makam beneran. Saya juga mengunjugi situs cagar budaya Singaperbangsa yang berada di Karangpanimbal. 

Situs budaya di Karangpanimbal berupa makam yang dibentuk dengan batu nisan berupa timpukan dan susunan batu-batu bulat khas batu kali. Makam ini tampak cukup besar jika dibandingkan dengan ukuran makam orang masa kini. Menurut penelusuran sejarah di internet bahwa situs makam Singaperbangsa ini merupakan makam tokoh klasik Jawa, pendiri Kabupaten Karawang. Singkat cerita sang Singaperbangsa pulang dari Mataram melalui jalur selatan (Galuh) saat di tengah perjalanan Singaperbangsa jatuh sakit dan dimakamkan di Karangpanimbal.

Pedagang Cincau Dan Gerobaknya

Saya juga mengunjugi situs cagar budaya di kawasan Rawa Anom, situs budaya tersebut bernama Pulo Majeti. Isi cagar budaya ini sama seperti pada umumnya yakni sebuah makam tua. Asal usul dan mitos-mitosnya belum saya ketahui (baca). Tak lama dari situs budaya saya melanjutkan perjalanan pulang melalui hutan jati Banjar Utara. Di pertigaan jalan mlipir untuk menikmati es cincau, betapa segarnya minum es cincau yang murah ini. Harganya lumayan murah satu gelas besar Rp 3000 dan kini uangku sisa Rp 3000 lagi. 

Perut terasa terkoyak dan mulai mengeluarkan bau khas hasil metabolisme dari usus, hembusan angin dari dalam rectum mulai tercium. Menyiksa sekali! Maklum saja ritual pagi dilewatkan jadi perjalanan diganggu oleh hal ini. Beruntung di kampung Siluman terdapat masjid jadi saya bisa melepas emas glondongan di toilet masjid. Alhamudlillah lega! 

Perjalanan dilanjutkan kembali mengambil jalur ke arah terminal Banjar - Dewi Sartika - Kapten Jamhur - Tentara Pelajar dan balik lagi ke jalur nasional nomor 18 Banjar-Pangandaran. Air mineral yang dibawa dari rumah habis, keringat bercucuran, tenggorokan mulai mengering pertanda badan meminta air. Bersyukur saya membeli air mineral merek Le Minerale seharga Rp 3000. Jadi pas sekali uang Rp 10.000 habis untuk perjalanan sejauh 37 Km.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...