Inilah buku istimewa, dimana ada dua cerita dari versi 'pemojokan' dan 'pembelaan'. Saya sendiri baru pertama membaca buku sejeni ini, di mana dalam satu buku terdapat dua buah cerita dengan persepsi dari pengarang pertama dan persepsi pengarang kedua. Seakan-akan buku ini merupakan ajang adu tanding. Walaupun judulnya sama, cerita ini punya dua penulis, cerita dengan sudut pandang yang berbeda.
Nyai Dasima, judulnya sama penulis dan persepsi cerita yang berbeda oleh penulis yang berbeda. Penulis pertama oleh G. Frsncis dengan cerita yang memojokan inlander dan agama Islam, sementara penulis kedua S.M Ardan adalah orang Indonesia dengan menjalankan persepsi cerita dari akar budaya dan agamanya. Cerita Nyai Dasima adalah cerita legendaris tentang pergundikan yang dijalankan pada masa kolonial, hingga sekarang cerita ini masih lestari.
Versi G Francis
Nyai Dasima adalah seorang gundik pribumi yang dicintai oleh tuannya, yang merupakan orang Inggris. Dia mempunyai seorang anak bernama Nancy dan hidup sangat sejahtera bersama tuannya. Suatu hari ada seorang babu bernama Mak Buyung, pada cerita ini dia merupakan biang keladi kehancuran keluarga nyai Dasima. Digambarkan Mak Buyung adalah seorang "kambing congek" untuk Samiun, seorang pribumi yang kaya, dalih-dalih agama menyeret Nyai Dasima.
Samiun, Mak Buyung, Leha, Haji Solihun dan Hayati adalah tokoh yang digambarkan antagonis yang membawa label pribumi beragama Islam. Singkat cerita Nyai Dasima masuk terjerumus oleh pelet yang diberikan Samiun, hingga akhirnya menikah (poligami). Namun saat dipoligami Nyai Dasima tidak senang dengan kelakuan Samiun yang ternyata hanya memeras harta gono-gini antara Nyai Dasima dan tuannya. Peristiwa pembunuhan itu digambarkan begitu mengerikan dimana Samiun, Puasa, dan tokoh lainnya membunuh Nyai Dasima di pinggir sungai saat perjalanan menuju pagelaran hikayat Amir Hamzah.
Versi S.M Ardan
Versi ini merupakan "balasan" cerita yang sungguh menyudutkan pribumi dan agama Islam. Alur cerita masih sama namun terdapat perbedaan karakter antara Samiun, Mak Buyung, Mak Leha, Hayati, dan Haji Solihun. Sementara tokoh Puasa masih digambarkan sebagai penjahat si algojo Nyai Dasima.
Nyai Dasima merasa kesepian di rumah gedungnya, suaminya sang tuan tidak pernah melibatkan dirinya atas pekerjaan di luar. Maklum saja dirinya hanya berstatus sebagai gundik. Hari-harinya yang penuh kesejahteraan terasa hampa karena tidak ada komunikasi yang hangat. Kerinduan akan bangsanya sangat meresahkan hatinya, hingga ia jatuh hati ke pemilik delman Samiun.
Samiun pun jatuh cinta ke Nyai Dasima, hingga akhirnya mereka menikah (poligami). Hayati istri pertama Samiun digambarkan sebagai seorang yang jahat suka berfoya-foya dan mengabiskan yang suami untuk ceki (lotre). Saat dipoligami Nyai Dasima ternyata merasakan kepedihan terlebih tekanan dari Hayati yang semena-mena dan juga mengambil hartanya.
Hati Nyai Dasima begitu lemah hingga akhirnya memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, dia berdandan cantik dan berangkat dengan delman. Saat memasuki jembatan sungai terjadilah eksekusi oleh preman bernama Puasa. Dari cerita S.M Ardan, Nyai Dasima dieksekusi oleh perintah tuannya yang sakit hati karena ditinggal menikah dengan Samiun.
Begitulah cerita Nyai Dasima yang sangat legendaris, mana yang anda suka?
Komentar