Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Wisata Mancing di Cilacap


Bumi Cilacap tercipta untuk masyarakat yang senang dengan memancing dan ikan. Cilacap dianugerahi Tuhan sebagai tempat yang kaya akan hasil laut (perikanan), sepanjang selatan kabupaten terdapat garis pantai nan luas dari barat ke timur. Di sana juga terdapat satu Laguna terbesar di pulau Jawa, yakni Laguna Pulau Nusakambangan. Laguna tersebut adalah sumber keberkahan bagi rakyat Cilacap dimana ikan tumbuh subur di sana. Terbukti harga ikan di sana lebih murah dibandingkan di Pangandaran, Jawa Barat. Entah wafaktor apa yang membuat harga berbeda walaupun sama-sama kota pesisir yang banyak nelayannya.

Sejak dahulu kala wilayah Cilacap dikenal tempat terbaik untuk mancing ikan, baik di Laguna Nusakambangan, muara Cintadui di sebelah barat, muara Serayu di tengah dan mura Kali Ijo di timur, bahkan lepas pantai Cilacap. Anda sekalian bisa menggunakan berbagai teknik memancing baik yang menggunakan jala, tongkat pancing biasa, wuwu (perangkap tradisional), tombak, senapan angin dan cara lainnya yang termasuk katagori legal. Jenis ikan pun bermacam-macam baik katagori ikan air tawar, air payau, ikan rawa-rawa, dan ikan laut. 

Akhir trisemester pertama tahun 2022 ini saya berkunjung ke rumah saudara di Adipala tepatnya di Kalikudi. Saya berniat silaturahmi dan menikmati segenap aura ramadhan di sana, sebagai orang yang penasaran dengan hal tentang budaya. Jelas saya memilih waktu-waktu yang menarik seperti tandang pada waktu bulan ramadhan atau Syawal hari pertama. Di situlah saya merasakan sisi lain dari sebuah tempat, dimana auranya berbeda dari biasanya dengan adat istiadat yang berbeda dari tempat tinggalku di Pamarican - Banjar. 

Selama libur lima hari diisi dengan berbagai kegiatan termasuk memancing. Awalnya menolak untuk ikut mancing, namun ada daya tarik sendiri terlebih tidak ada kegiatan yang berarti jika tinggal di rumah terus. Salah satu saudara yang kerap kali memancing mengajakku untuk memancing di muara sungai Serayu. Muara ini letaknya lumayan jauh dari rumah sekitar 10 km, berbekal tiga tongkat pancing dan satu ember kecil umpan. 
Sesampainya di sana, tidak banyak buang waktu langsung saja kail diberi umpan terbaik. Satu dua menit ada umpan yang dimakan, namun sayang lepas kembali. Sekita sepuluh menit berlalu ternyata banyak ikan yang sempoyongan di air, kata saudaraku itu tanda bahwa lumpur dari hulu Kali Serayu masih diubek-ubek sehingga membawa racun. Karena ikan yang sempoyongan jelas nafsu makan akan turun dan kail umpan tidak akan dimakan. Akhirnya kami pindah ke tempat lainnya, tempat itu bernama WPK alias Warung Pinggir Kali yang berlokasi di sebuah muara dekat bukit Selok Srandil.

WPK merupakan wisata rintisan alternatif untuk masyarakat Cilacap, di sana menyajikan pemandangan indah antara bukit, muara sungai, bibir pantai dan hutan bakau. Tampak indah sekali. Anda sekalian bisa memancing sambil menikmati hidangan khas Cilacap seperti tempe mendoan di gubug (gazebo) pinggir sungai. Air di muara tersebut cukup bening, saat menjelang siang air laut naik sehingga air mengalir ke arah utara (hulu). Ikan-ikan di sini tampak sehat dan tidak ada yang sempoyongan. Beberapa menit saja kail pancing langsung disambar ikan kelaparan. Beberapa pemancing juga tampak beraktivitas di sana, baik yang menggunakan jala dengan perahu dan ada yang berjalan-jalan dengan senapan tombak. 

Anda sekalian tidak hanya mancing saja di sana, bisa juga berwisata ke pantai Cemara Sewu dengan berjalan kaki sekitar 5-10 menit sudah sampai. Mendaki bukit kecil di Cemara Sewu dengan pemandangan laut dan alam sekitar yang menawan. Untuk aktivitas berenang tidak disarankan berhubung tidak ada life guard yang bertugas. Sepertinya juga tidak ada life guard sama sekali walaupun saat musim liburan. Namun beberapa orang tampak mandi di pantai dengan kedalaman hanya sampai pinggang. Berenang di pantai ini sangat berbahaya karena pantai langsung menghadap samudra Hindia dengan ombak yang besar. 

Fasilitas mushola, toilet dan kafetaria tersedia di pantai Cemara Sewu. Fasilitas pendukung lainnya juga tersedia seperti panggung selfie, ayunan, kolam renang untuk anak kecil (biasanya tersedia saat musim liburan). Untuk kuliner yang dijajakan biasan ada produk laut seperti gorengan yutuk, semacam kutu laut atau undur-undur laut yang digoreng renyah nan kaya nutrisi. Tak lekang oleh waktu masyarakat Banyumasan selalu menyajikan kuliner unggulannya yakni tempe mendoan.
Jika anda ingin wisata yang berbeda bisa wisata religius di sebelah timur pantai Cemara Sewu, tepatnya di bukit Selok Srandil. Di sana banyak ragam wisata religi baik dari aliran kejawen, Hindu, Buddha maupun Islam. Gula-gula pun banyak digunakan sebagai tempat petapa dan ada juga yang hanya digunakan sebagai wisata biasa. 

Pantai Srandil lebih ramai daripada Cemara Sewu, memang tempat ini lebih dulu dikenal dan dikelola oleh masyarakat maupun pemerintah kecamatan di sana. Sajian pemandangan bukan hanya bukit, pantai dan pemukiman ala Jawa, melainkan padang rumput kering yang selalu dinikmati oleh para sapi maupun kerbau milik warga. Sangat indah. Cobalah ke sana. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d