Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Pergilah dengan Damai Sukom II

Beberapa hari memang Sukom II tampak lemas, makan pun sungkan. Beberapa makanan kering tidak dimakan. Tampak terjadi penurunan nafsu makan, hidung tampak basah. Kupikir ini flu saja dan segera membaik. Namun dugaan itu salah besar, kini dia telah berlari bersatu dengan ibunya Kucing Sukam (Kucing Ompong) yang telah tewas.

Sore di awal Juni, Sukom II tampak lemas. Menyudut di ember dekat WC, mencari hal dingin dekat air. Wajahnya tampak murung dan sedikit lemas. Beberapa kali diberi makanan kering tetap tidak mau makan, disuapi juga dilepeh. Dia istirahat di kasurku dan pindah ke kotak tempat biasanya tidur. Selepas magrib dia menghilang entah kemana. Yakinku kembali ke sumur (WC). Mendekati tengah malam ada auman menyedihkan, kupikir dia berantem dengan kucing oren si penguasa lingkungan. Ternyata sangkaan itu salah, auman itu seperti kesakitan dan teringat auman akhir dari Panda I saat melepas nyawa di depanku.

Sungguh pedih melihat kucing kesayangan meringkuk kaku, matanya yang menawan kini tak menutup. Seakan-akan menatap tajam cahaya illahi yang menuntunnya kembali pada-Nya. Terima kasih Sukom II yang telah memberikan kebahagiaan, maafkan aku yang tak memberikan fasilitas dan penghidupan yang layak. 

Silsilah Keluarga
Sukom II terlahir dengan nama Tuktuk, angkatan dengan Kucing Poci (Saripohaci), dan Panda II. Terlahir di sebuah tungku tradisional, saat itu saya menyaksikan sendiri mereka terlahir dengan penuh abu pembakaran. Bisa disebut angkatan terakhir karena setelah mereka lahir Kucing Sukam (Kucing Ompong) mati. 

Sukom II dan Saripohaci dikenal sebagai kucing kembar karena rupa yang mirip hanya berbeda pada motif bulu telinga. Sukom mempunyai bulu hitam di dekat kedua telinga, sementara Poci hanya ada satu bulu hitam di sisi kanan telinganya. Ekor Poci pendek, dan Sukom II panjang.

Terlahir dengan kelembutan sama seperti Poci, turunan dari kucing Sukam dengan emosi stabil dan halus. Berbeda dengan Panda II yang sering marah-marah dan tampak egois. Dia adalah kucing yang lembut, di saat keponakannya ditinggal mati oleh kucing Telon alias Trikitrit dia rela menyusui walaupun dia jantan. 
Keunikan
Kelembutan Sukom II menjadi keistimewaan tersendiri, namun ada keunikan tersendiri dia mempunyai mata yang berbeda. Memang tampak unik padahal sejatinya kucing seperti itu adalah kucing cacat dengan mata dan telinga yang malfungsi. 

Kebahagiaan dan Kesedihan 
Kucing Sukom II lebih banyak menderita ketimbang bahagia, dengan keadaan yang cacat dia tidak banyak mendapatkan makanan. Mata yang kurang tajam juga pendengarannya hingga saat dipanggil untuk makan tidak pernah terdengar kecuali kita dekati. 

Pernah sekali dia dan kucing Panda keracunan dan hampir mati. Bersyukur alhamdulillah dia selamat dengan Panda. Keduanya aku infus. Peristiwa keracunan ini memang tidak terlalu jauh mungkin terpaut sekitar 6-3 bulan yang lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d