Tarik nafas dalam dan tahan air mata keluar! Saya ingin menceritakan kehidupan pribadi saya saat masih kecil. Bukan sebagai ratapan kesedihan hanya sebagai sebagai penginggat saya agar selalu bersyukur karena waktu berputar begitu cepat sampai - sampai saya lupa akan karunia Tuhan yang luar biasa.
Bisa jadi saya lahir masih dalam masa dimana orang masih kesulitan untuk mencari makanan ataupun pakaian, tentu saja masa "sulit" ini tidak sama saat ibu saya masih kecil (masa G30) ataupun masa mbah saya waktu kecil (Romusha). Krisis moneter tahun 1997-1998 menjadi masa dimana saya tumbuh dari usia balita ke anak - anak yang sudah harus bersekolah di tingkat dasar. Setidaknya saya masih ingat saat dimana tubuh saya berumur 6 tahun itu.
Kesulitan uang bukan hanya dirasakan oleh keluarga saya sendiri namun pada umumnya orang saat itu karena memang kondisi krisis keuangan negara yang sangat parah ditambah dengan gonjang - ganjing antara pemimpin negara dengan oposisi. Umur 6 tahun tidak tahu apa - apa saat itu yang saya tahu hanya harga premen saat itu naik dari Rp 25 menjadi Rp 50. Beruntung kami masih memiliki sawah yang tiap tahun bisa panen dua kali namun kali ini kemarau panjang hampir dua tahun. Kemarau panjang saat itu menyebabkan sebagian masyarakat mencari air bersih ke sungai karena memang air sumur sudah ludes.
Kartu Lebaran Zaman Dulu |
Yang saya ingat adalah kenapa saat itu orang - orang menabuh bedug saat pagi hari sampai siang hari di kala hendak atau selepas sembahyang. Dan kenapa saya mesti ke kuburan, tempat yang menurut saya sangat mengerikan seperti dalam cerita Si Gareng dan Petruk yang selalu dihantui di komik harga Rp 500. Bapak saya menyuruh saya untuk mengumpulkan sejumlah bunga - bunga yang sedang mekar di depan rumah sebelum pergi ke tempat angker itu. Saya pikir ibu saya ikut ke tempat angker ternyata tidak.
Ingatan kabur seketika selama bulan dimana seorang islam tidak melakukan aktivitas makan dam minum di siang hari sampai sore hari. Yang saya ingat hanyalah saat subuh hari bedug kembali ditabuh dengan irama khasnya. Rasanya agak merinding mendengarkan tabuhan itu namun pinggul ikut bergoyang juga. Menjelang siang bapak mengajak saya untuk pergi ke pasar. Betapa bahagianya saat itu saya bisa ke pasar besar. Sesuatu yang sangat langka sekali. Bisa jadi saya hanya ke pasar besar hanya 1-5 kali dalam setahun.
Dari tahun ke tahun sampai tahun 2000 saya ingat sekali saya hanya dibelikan baju setahun sekali saat lebaran saja dan keluarga saya pun hanya menyembelih ayam hanya setahun sekali saat lebaran juga. Entah itu karena kemiskinan yang melanda atau karena bahan makanan yang jarang saat itu. Berbeda sekali dengan masa sekarang berbagi jenis makanan didapat dengan mudah apalagi dengan baju baru yang sangat murah sekali. Beruntunglah generasi sekarang yang dilahirkan dengan kehidupan yang serba mudah. Sekian kilasan kehidupan dari saya. Selamat hari raya!
Komentar