Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kuliner Lebaran: Wajik

Penjemuran Wajik Sebagai Pengawet Alami

Lebaran tentunya identik dengan silaturahmi dengan tetangga maupun sanak saudara. Dalam proses silaturahmi ini juga harus ada sesuatu yang spesial terlebih lagi pada hari istimewa, hari yang penuh keberkahan. Berbagai cara memaksimalkan keberkahan tersebut sesama manusia berlomba berbuat baik skala maksimal daripada hari-hari lainnya misalnya dengan menyuguhkan hidangan baik makanan berat maupun makanan ringan, dan tak kalah menarik lagi saling memberi uang (angpao). 

Setiap orang merasakan kebahagian yang luar biasa saat lebaran, suatu puncak kebahagiaan!. Semua lapisan masyarakat merayakan dengan gaya masing-masing sesuai dengan batas-batas mereka. Adat budaya dalam perayaan lebaran sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan seseorang, misalnya saja saya sendiri yang hidup di Jawa Barat selalu merayakan lebaran dengan sajian tradisional yang tak kalah menarik. Sajian tradisional mungkin bagi sebagian orang akan merasa takjub karena sudah lama tidak memakannya, sebagian lagi ada yang menganggap kuno, apapun pandangan itu bisa kalah saat mulut mengunyah dan merasakan kenikmatan juga kenyang.

Sajian tradisional populer di Jawa Barat tentu saja Wajik, orang Jawa biasanya menyebutnya sama seperti orang Sunda kadang juga ada yang menyebutnya Wajit. Makanan tradisional ini termasuk katagori makanan ringan berjenis manisan. Wajik sendiri bukan hanya disajikan saat lebaran saja melainkan pada hari-hari istimewa lainnya seperti pernikahan maupun pesta sunatan (circumcisions), jarang sekali orang sengaja membuat wajik saat hari-hari biasa. 

Berbagai rasa wajik bergantung pada bahan utama yang digunakan, misalnya saja nanas, kacang hijau, kacang merah, sirsak, ketan merah, peyeum/puyum, dan bahan lainnya. Dahulu rasa nanas paling jarang karena kemungkinan rasa gatal yang diperoleh, tapi jangan khawatir nanas sekarang sudah jarang yang gatal. 

Wajik Dibungkus Dengan Kertas

Tak kalah menarik dengan pegangan lebaran lainnya, wajik dibungkus dengan sesuatu yang menarik dan sangat tradisional. Pada umumnya wajik dibungkus dengan kertas khusus yang juga disebut sebagai kertas wajik, kertas ini juga biasa digunakan sebagai kertas layangan. Kertas wajik biasanya berwarna putih, merah, dan kuning; untuk hidangan lebaran biasanya hanya memilih satu hingga dua warna saja. Selain dengan kertas, wajik sendiri sering dibungkus dengan daun jagung maupun kulit dari pelapah pohon pinang. Pada umumnya menggunakan daun jagung karena wangi daun tidak terlalu terasa, berbeda dengan pelapah pohon pinang yang lumayan menyengat.

Manisan ini termasuk makanan yang lumayan awet, bisa awet karena penyimpanan atau mungkin awet karena banyak anak muda sekarang kurang tertarik untuk memakannya saat lebaran, jadi wajik termasuk penganan lebaran kelas dua yang habis pada minggu ke-dua ataupun minggu ke-tiga lebaran. 

Proses pembuatan wajik tidak semudah membuat agar-agar ataupun membuat goreng pisang. Sama halnya dengan dodol, wajik diproses cukup lama dan termasuk rumit. Perlu kesabaran dan keuletan yang ekstra. Kalau anda sekalian belum pernah mencobanya, silakan mencoba untuk membuat. Berikut langkah-langkah sederhana pembuatan wajik.

Alat Dan Bahan

Alat masak (wajan, spatula, kompor dll).
Kertas wajik maupun kulit jagung
Gunting
Parutan kelapa
Tepung ketan putih
Kelapa agak tua
Gula (gula merah ataupun gula pasir)
Bahan tambahan untuk perasa alami misalnya (kacang merah/hijau, nanas, sirsak dll)
Sendok

Cara Pembuatan

1. Parut kelapa sehingga menghasilkan santan
2. Masukan santan ke dalam wadah dan campurkan bahan-bahan lainnya seperti tepung ketan putih, gula merah/putih dan bahan tambahan untuk perasa. Bahan tambahan untuk kacang merah/hijau biasanya kacang sebelumnya dimasak sampai seperti bubur, sementara nanas cukup dijus maupun diparut.
3. Nyalakan kompor dengan api sedang
4. Masukan adonan tersebut ke wajan
5. Bolak-balik adonan dengan sepatula hingga adonan berubah menjadi lengket. Saat adonan berubah menjadi setengah matang api kompor diturunkan menjadi kecil agar adonan paling bawah tidak gosong. Selalu bolak-balik adonan dengan sepatula
6. Jika adonan sudah berubah menjadi wajik yang berwarna kecokelatan, angkat wajan ke tempat yang aman dan tiriskan
7. Persiapkan kertas wajik atau bahan pembungkus lainnya, gunting sesuai ukuran yang diinginkan.
8. Wajik sudah tiris/dingin, bungkus dengan kertas pembungkus yang sudah disiapkan
9. Wajik telah dibungkus, pindahkan ke wadah seperti rigen (tempat penjemuran) ataupun wadah lainnya dan jemur selama dua sampai tiga hari untuk memperoleh keawetan alami
10. Wajik yang sudah tampak kering karena panas matahari bisa langsung dimasukan ke dalam wadah/toples kue. 

Wajik Kacang Hijau Yang Masih Lembek

Wajik sendiri jarang menggunakan bahan pengawet, hanya saja wajik menggunakan teknik penjemuran matahari untuk memperoleh keawetan alami. Wajik yang dijemur biasanya awet dalam waktu cukup lama, kurang lebih dua bulan dan tergantung pada tempat penyimpanan.

Bagi saya sendiri wajik yang enak itu tidak terlalu manis dan tidak terlalu keras konsistensinya. Wajik yang terlalu manis akan berdampak buruk pada orang yang mempunyai diabetes ataupun mempunyai dampak giung. Biasanya karena giung orang malas makan ataupun sudah merasakan kekenyangan karena asupan gula yang banyak. 

Jika pembungkus wajik dari kertas, usahakan jangan menjemur terlalu kering karena kertas akan sangat susah dilepaskan saat memakannya. Jika menggunakan daun jagung, wajik yang keras ataupun lembek tidak ada persoalan serius.

Baiklah semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda sekalian. Puji Tuhan, saya telah membungkus wajik dan menjemurnya di sawah. Lumayan capek!. Mudah-mudahan wajik masih banyak yang makan nanti saat lebaran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...