Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Antara Kaca Rumah Dan Burung

Kelestarian Alam Dan Adat Budaya

Kesegaran udara berbanding lurus dengan jumlah pohon dan kelestarian lingkungan begitu juga ekosistem yang ada. Pagi yang segar dengan keriuhan alam yang menggembirakan, cicit burung liar tidak henti-hentinya ngoceh ke sana ke mari bagai seorang kecanduan kesenangan yang tak pernah lelah. Keramahan petani membuat burung-burung betah berlama-lama di kampung ini. Hanya anak kecil saja yang sedikit buas karena rasa ingin memiliki, semua sarang burung dirusak bahkan terjadi penyiksaan yang sia-sia.

Berbagai jenis burung banyak berkeliaran, menguasai berbagai sektor sesuai dengan keahlian masing-masing. Elang hitam yang biasa kami sebut alap-alap datang dari arah selatan, arah rumah besarnya di Gegerbentang. Elang hitam menguasai seluruh kawasan udara paling tinggi dan hanya menginginkan daging saja. Bisa saja kalangan burung menyebutnya sang preman buas yang bisa memangsa sesamanya atau bahkan hewan lainnya. Rangkaian kejadian ganas itu bukan hal sia-sia dan bukan karena nafsu durja melainkan untuk keseimbangan ekosistem. Berbanding terbaik dengan manusia saat ini.

Kaca Rumah Yang Sudah Tua

Burung pipit hanya datang saat ranumnya bulir padi, terkadang petani marah dan merundung karena hal ini tapi semuanya bisa tertahankan karena berbagai macam cara damai untuk mengusirnya. Kuk deruk  si pemakan biji-bijian tidak terlalu rakus untuk padi ranum di sawah, entah kenapa dia lebih menahan diri daripada si kecil pipit yang rakus.

Sesekali dari jauh terdengar kekehan dan gelak tawa sinis dari burung ekek yang selalu menertawakan semua kehidupan di dunia ini. Kēkēk....kēkēk....kēkēkkkkk... terdengar melemah di rimbunan pohon albasia seperti ungkapan kepuasan menertawakan lelucon kehidupan selama seharian. Di ujung ranting pohon tinggi itu terdengar dzikir suci dari tekukur, terasa merdu menyayat hati dengan tembang-tembang uro-uro (bernyanyi untuk diri sendiri dengan pesan-pesan yang menginggatkan diri).

Pohon Albasia Tempat Burung Ekek Terkekeh-kekeh Menertawakan Lelucon Hidup

Kesederhanaan petani kecil itu sedikit terusik dengan sebuah keinginan untuk memperindah rumahnya. Tak satupun burung protes pada keinginan sang petani, hanya istri petani yang usar akan rumahnya yang akan diberi kaca. Bagi sang istri kaca merupakan simbol keningratan yang membawa nilai tersendiri. Sehari penuh pikirannya melayang jauh karena hal yang tak biasa akan terjadi di rumahnya.

Kini rumah berkaca bening, tampak mewah. Siapapun akan takjub dengan gaya arsitektur Jawa modern dengan kaca-kaca bening. Pak tani sedikit berbangga dengan apa yang dia dapatkan.

Darrrr.... Kaca rumah terbentur oleh benda keras. "Siapa yang berani melempari kaca rumahku ?!" Gumam pak tani, dengan langkah cepat ke bale rumah dekat kaca. Tak ada satu petak kaca pun yang pecah dan tak ada benda keras yang menjadi barang bukti keluarnya suara benturan itu. Tampak misterius. Pak tani enggan bertahayul berlebihan, dia mencari penyebab suara benturan kaca itu. 

Kaca Bening Rumah Yang Takkan Terhapus Oleh Kotornya Zaman

Cit..cit...cit... Suara aduhan dan tangisan burung pipit yang cedera akibat menabrak kaca bening. Sayapnya tampak bergerak tidak beraturan, seperti ayam yang disembelih. Erangan itu menjadi petunjuk kuat sebagai benda yang menabrak kaca bening rumah. Sang petani menemukannya dan memberikan cipratan air demi meredakan nyeri dan pusingnya menabrak benda keras. 

Bukan sekali dua kali burung pipit menabrak kaca bening rumah, melainkan sering terlebih musim panen dimana pipit sedang pesta pora dan lalu lalang ke sana ke mari. Terkadang burung besar sekelas kukderuk, raja udang dan jenis burung lainnya ikut menabrak kaca bening rumah. Kenapa bisa terjadi?! Apakah ada kerusakan navigasi pada otak burung? Atau para burung yang belum pernah tahu tentang kaca bening?! Yang pasti banyaknya burung dan kaca bening masih langka sehingga burung melihatnya seperti tidak ada halangan (kaca).

Duapuluh Tiga Tahun Menemani

Kini anak kecil buas itu tumbuh besar dengan keturunannya yang tak kalah buas, kampung terasa pengap dan sesak oleh mereka. Burung mana yang ingin bersesakan dengan mahluk buas segala hal?! Jangankan burung, semut pun pernah mengunggkapkan tidak mau terlalu dekat dengan manusia buas.

Kaca bening rumah itu sudah usang dimakan usia dan burung sudah terbiasa akan adanya kaca bening. Tapi mungkin saja jumlah burung yang terus berkurang karena laknatnya nafsu manusia. Entahlah yang pasti kaca bening rumah selalu menginggatkan pada keindahan tempo itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...