Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Acara Gusaran (Perperan) Khas Sunda

Prosesi Gusaran Pada Anak Laki-laki

Hampir sebulan yang lalu keluarga mendapatkan satu porsi besar makanan berserta kudapan khas Sunda dalam bungkusan kresek hitam disertai secarik kertas kecil bertuliskan tanggal dan maksud dari pemberi makanan itu. Masyarakat setempat biasa menyebut makanan itu sebagai sorogan (B.Jawa) atau torosan (B. Sunda), makanan sebagai "umpan" untuk turut hadir di acara yang akan diselenggarakan. Sebelumnya kami sekeluarga sudah tahu acara apa yang akan diselenggarakan oleh sepupuku, jadi tidak perlu lagi membaca secarik kertas kecil fotokopian yang dihekter di kresek hitam.

Sepupuku ini lahir dan besar di lingkungan masyarakat Sunda, dia terlahir dari darah campuran Jawa dan Sunda. Karena lingkunganlah dia menjadi sepenuhnya Sunda, baik dalam bahasa ataupun adat. Rumah kami memang tidak terlalu jauh hanya sekitar 10-12 Km, masih dalam satu kecamatan. Hanya saja saya berada di dataran, sementara dia berada di pegunungan dan jauh dari keramaian. Masyarakat di pegunungan Gegerbentang khususnya Sidamulih merupakan masyarakat Sunda yang masih berpegang teguh pada agama dan kepercayaan adatnya, tak terkecuali sepupuku. Saat saya masih umur delapan tahun, sepupuku ini di-gusar giginya dengan meriah. Kali ini saya menyaksikan untuk ke-dua kalinya upacara gusaran.

Definisi lengkap dari gusaran (perperan) belum saya temukan di buku maupun sumber lainnya, saya hanya mendapatkan penjelasan sendikit dari sepupu dan juga masyarakat Sunda di lingkuganku. Penjelasan ringkasnya gusaran atau perperan adalah upacara adat untuk anak perempuan atau laki-laki dengan cara mengundang dukun gusaran untuk menggosok gigi anak tersebut. Kira-kira begitu definisi ringkas dari gusaran. Sejujurnya saya belum puas dengan penjelasan singkat ini, semoga saja suatu saat nanti bisa membaca buku tentang adat budaya ini ataupun wawancara langsung dengan sang budayawan Sunda. 

Peralatan Untuk Gusaran

Asal muasal budaya ini mungkin saja dari leluhur masyarakat Sunda saat masih memegang ajaran Hindu, terbukti di Bali yang mayoritas beragama Hindu masih menjalankan tradisi menggosok gigi. Gusaran sendiri sudah tergusur oleh beberapa faktor dalam masyarakat Sunda, terbukti bahwa hanya masyarakat Sunda tertentu saja yang masih menjalankannya, sementara masyarakat Sunda perkotaan sudah tidak lagi menyelenggarakan. Gusaran ini penyelenggaraannya tak jauh dari hajatan biasa, terkadang ada yang dirayakan secara besar-besaran dengan hiburan calung, ronggeng, wayang golek dan yang lainnya. Namun semua itu tergantung kemampuan ekonomi dari orang tersebut, ada juga penyelenggaraan yang sangat sederhana hanya cukup dengan slametan (kenduri) saja. 

Proses jalannya upacara cukup sederhana yakni dengan mengundang dukun gusaran, biasanya seorang pria tua. Sebelum dimulai upacara selalu dibuka dengan pidato yang berisikan penginggat terhadap budaya leluhur, ucapan terima kasih pada Tuhan dan pengharapan pada Tuhan. Setelah pidato selesai, sang dukun membaca doa (mantra) dengan bahasa Sunda di-iringi sejumlah peralatan gusaran seperti uang benggol, logam emas, anti septik dan cairan lainnya. Sebelum menggosok gigi anak sang dukun berdoa dalam hening dan mulai menggosok gigi. Selepas menggosok langsung berdoa kembali dilanjutkan dengan menyawer beras kuning, sejumlah uang logam dan yang lainnya.

Bagiku prosesi ini adalah semacam akulturasi antara ajaran Hindu dan Islam yang tertuang dalam suatu prosesi adat budaya. Sungguh menarik dan unik!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...