Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kisah Pengabdian Burung Walet Oleh Anggun Cipta Sasmi

Terkejut! Sebuah buku lecek nan lepek tersusun di deretan rak sastra di ruang baca Perpustakaan Daerah Kabupaten Ciamis. Buku-buku lepek itu lumayan banyak dan masih dipertahankan sebagai harta peninggalan yang berharga. Saya pikir buku-buku tersebut haruslah dipertahankan, bila perlu dijadikan koleksi antik dari perpustakaan ini. Banyak orang yang ingin mengoleksi buku-buku tua yang lepek, para kurator ini biasanya tidak masuk nalar untuk menghargai sebuah buku lama dalam lembaran-lembaran rupiah. Bisa saja satu buku lepek itu berharga jutaan atau ratusan juta rupiah.

Pada umumnya koleksi buku lama dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Ciamis diproduksi oleh Penerbit Balai Pustaka, Grasindo dan yang lainnya. Buku lama yang disimpan berupa buku sastra klasik karya sastrawan dahulu seperti Marah Rusli, Agatha Kristi, Hamka, Ahmad Tohari dan Anggun Cipta Sasmi. Buku "karangan" Anggun ini masuk katagori bacaan anak-anak sampai remaja. Buku ini kemungkinan dulunya tidak dijual bebas melainkan sebuah buku yang dimiliki langsung oleh Dinas P dan K dengan nomor Inpres (Insrtuksi Presiden) No. 4 Tahun 1982, pada umumnya buku jenis ini hanya tersedia di perpustakaan milik instansi pemerintah seperti Perpustakaan Daerah, sekolah SD maupun SMP.

Menurutku buku ini merupakan kegelisahan penulis (Bapak Darto Singo) pada aktifitas "tambang" sarang burung walet yang sedang marak di Kebumen. Saat itu Kebumen merupakan salah satu daerah penghasil sarang burung walet terkemuka di Indonesia. Kita tahu bahwa Darto Singo merupakan orang Kroya yang tak jauh dari Kebumen. Saya cukup ingat banyak buku dan berita yang menceritakan "tambang" burung walet ini. Namun saya tidak paham apakah aktifitas "tambang" tersebut ramah hewan atau tidak. Dengan buku ini penulis mengharapkan generasi muda (anak-anak) paham akan kelestarian alam, khususnya burung walet. Bagiku buku ini sangat bermanfaat sekali untuk anak-anak karena dengan buku ini diharapkan anak-anak mempunyai sikap yang bijak pada lingkungan yang telah mengabdi dengan tulus untuk kehidupan manusia. Alur cerita sangat sederhana sesuai dengan level pemahaman anak-anak maupun remaja, cerita ini juga tidak terlalu panjang hanya sampai 54 halaman dengan berberapa halaman berisi gambar ilustrasi Burung walet.

Jilid Buku Kami Sahabat Manusia Karya Darto Singo atau Anggun Cipta Sasmi

Ilustrasi burung walet pada halaman buku membuat anak-anak berkhayal penuh dengan gambar yang indah, bukan hanya sebagai umpan khayalan saja gambar tersebut memberikan informasi bagaimana bentuk dari burung walet, bentuk sarang dan berbagai hal mengenai burung walet. Buku ini jika dicetak ulang mungkin akan laris di pasaran, paling tidak menjadi bacaan favorite bagi anak-anak SD maupun TK. Bagi saya buku ini cukup sempurna untuk dijadikan bahan ajar atau Bahan cerita bagi anak-anak. Oleh karena cetakan tahun buhun, mutlak bahasa yang digunakan juga menggunakan bahasa lama yang kini jarang dipakai. 

Merupakan kritik halus kepada Pemerintah Kabupaten yang semena-mena memberi izin "penambangan" sarang ekor burung walet, di sini Darto Singo menyinggungnya pada halaman 25-26.

"Gua ini dan seisinya adalah milik pemerintah. Siapa saja boleh mengambil rumah kita kalau dia dizinkan pemerintah". "Ternyata banyak sekali orang yang ingin mengambil rumah kita ini. Oleh karena itu Bapak Bupati mengadakan lelang. Siapa berani membayar dengan harga tinggi itulah yang diberi hak untuk memetik. Nah, karena mereka sudah membayar harga yang tinggi sekali, maka mereka tidak mau menanggung rugi. Merka mencari keuntungam sebesar-besaenya".

Saya Kira Pak Darto Singo saa itu geram terhadap Pemerintah Kabupaten dan pihak pemenang lelang yang semena-mena mengambil sumber daya alam dengan brutal. Benar saja pada paragraf terakhir halaman 26, Pak Darto mengungkap rasa muaknya pada Pemerintah Kabupaten Kebumen.

Judul Buku: Kami Sahabat Manusia
Pengarang: Anggun Cipta Sasmi (Darto Singo)
ISBN: - 
Penerbit: Rosda Jayaputra Jakarta
Jumlah halaman: 54 halaman
Jilid & Ilustrasi: Adam Barata
Cetakan: Ke-dua, tahun 1982

Daftar isi cerita

Sekumpulan burung walet gelisah atas gangguan manusia serakah, mereka mengambil semua bagian rumah walet, tak hanya itu mereka juga sangat keji telah menculik anak-anaknya berserta telurnya. Sunggguh keadaan yang memilukan hati bagi para burung walet. Percakapan kesedihan dan kesengsaraan burung walet jatan dan betina terjadi. Sang jantan percaya bahwa dirinya sudah ditasbihkan Tuhan sebagai mahluk pengabdi untuk manusia. Dengan ditasbuhkannya burung walet memberikan segala manfaat untuk manusia mulai dari manfaat sarang burung, membantu memangsa hama wereng dan membantu hama serangga lainnya di sawah para petani. Sang jantan tidaklah terlalu hirau akan hakekatnya dan juga pada kondisinya.

Berbeda dengan walet betina yang selalu murung dengan pertanyaan pedih, kenapa manusia selalu berbuat onar pada kehidupannya. Sang betina menyayangkan sikap manusia itu, wajar saja mereka memberikan hal terbaik kepada manusia. Namun manusia dengan keji merenggut semuanya!

"Kami tidak hendak memusuhi manusia hanya, meskipun mereka jelas mengganggu ketenangan kami. Kami jelas tidak bisa melawan manusia. Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna. Mereka banyak akal untuk melaksanakan kehendaknya".

Kegundahan berlalu dengan ketenangan dari sang jantan, hingga sepasang burung walet itu membangun sarang kembali dengan harapan manusia tidaklah serakah, boleh saja mengambil rumah mereka namun sisakan sedikit saja, guna tidak membangun dari awal kembali. Keduanya juga berharap agar manusia mempunyai hati agar tidak mengambil telur maupun anak-anak mereka. 

Beruntung doa sepasang burung walet terkabul dengan adanya instruksi dari pengelola (pemerintah) agar mengambil sarang burung walet tidak semena-mena. Di akhir cerita harapan-harapan walet pada manusia dan cucunya agar menjaga kelestarian alam agar mereka dapat mengambil manfaatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d