Takdir!! Tidak bisa dibantah oleh sesiapapun termasuk oleh raja sekalipun. Takdir saya memang menjadi solo backpacker ini terbukti saat saya mengajak sanak saudara, teman dan sahabat untuk traveling bareng ternyata 80% dari ajakan saya selama ini selalu ditolak maupun ditinggalkan saat hari H. Mengenaskan bukan?! Tapi ini memanglah sebuah takdir yang tidak perlu diratapi sedemikian rupa. Yang mesti saya kerjakan hanyalah membuat hati saya senang dalam perjalanan tanpa harus menyesal ataupun marah pada orang yang membatalkan rencana traveling.
Nelayan Yang Hendak Menaggkat Perahu Ke Daratan |
Saat ini saya memang saya sedang mencari kelongaran detak jantung dan paru untuk kembali ke normal. Bukan karena sakit fisik tapi sakit jiwa yang saya derita saat saudara membatalkan traveling ke pantai Menganti yang sudah saya rencanakan dari 3 bulan yang lalu. Alasan pembatalan juga sedikit menjijikan bagi saya yang jomblo kronis ini. Dia membatalkan karena pacarnya datang dan dilarang pacar. Ya Allah dia baru jadi pacar sebegitunya, dia tidak melihat yang mengajaknya saudara yang datang jauh - jauh dari Jawa Barat ke Jawa Tengah hanya untuk liburan bareng. Parah bukan? Tapi sudahlah itu sudah berlalu dan saya juga mendapatkan kebahagiaan setimpal di Menganti sana.
Google Weather dalam telpon pintar saya memberi tahu bahwa cuaca hari ini memang tidak pas untuk melakukan perjalanan jauh ataupun liburan karena hujan lebat yang diperkirakan dari jam 7 - 8 pagi dan seterusnya hujan ringan sampai jam 12 siang. Karena sudah teguh pendirian saya tekadkan niat untuk ke sana walaupun hujan - hujanan.
Hujan lebat menerjang di wilayah Kroya sampai dengan Nusawiru namun berangsur reda dan berganti dengan mendung. Syukur alhamdulillah tidak lama - lama. Dalam kesendirian hanya lagu dari Jess Glynne dan Clean Bandit memandu saya untuk selalu bahagia dan berjoget saat mengendarai motor. Sebenarnya kurang aman saat berkendara pakai headset tapi apadaya kesepian ini lebih kejam. #Sedih
Sisi Timur Menganti |
Jalan yang lurus dan kualitas aspal yang baik membuat Xride ku melaju lebih cepat sampai tujuan. Sebelum ke lokasi ku sempatkan untuk mengambil momen nelayan yang sedang menjaring ikan di jembatan perbatasan Kabupaten Cilacap dan Kebumen. Cukup menarik karena sungai yang besar dengan pemandangan indah dan aktivitas para nelayan, para wisatawan yang sedang berkeliling hutan mangrove di muara sungai. Begitu indah dan menakjubkan.
Pantai Ayah kali ini lebih indah dengan tata ruang yang apik dan mangrove yang begitu hijau, rasanya ingin berkunjung ke sini lagi tapi apalah saya mengejar waktu untuk ke Menganti yang menjadi "pengantin" tempat wisata di Kabupaten Kebumen. Kali ini cukup menikmati keindahan pantai Ayah dari jalan raya saja karena dulu (5 tahun yang lalu) pernah berkunjung ke sini dengan teman dan Zaenudin (Sepupu).
Rupanya jalan menuju ke pantai Menganti mirip dengan jalan menuju Pangandaran. Berkelok - kelok dan rindang oleh pepohonan hijau. Sebagian jalan ada yang rusak dan ada yang bagus, kebanyakan sudah bagus. Dihitung waktu tempuh dari pantai Ayah ke Menganti kurang lebih 20 menit dengan kecepatan 50-60km/jam. Cukup jauh ternyata!
Gubug dan Jembatan Merah |
Memasuki wilayah Menganti Anda disuguhi aneka keindahan alam berupa bentangan gunung yang hijau dan bentangan samudra yang membiru. Kelok jalan menjadi pemanis dari segala kosmetik yang Menganti pakai untuk menarik para pengunjung. Kecantikan Menganti tidak luntur walaupun mendung dan gerimis menyelimuti Menganti sejak dini hari sampai siang hari.
Karena kemolekan Menganti para pelancong tetap semangat untuk mengeksplorasi Menganti walaupun cuaca tidak mendukung. Terlihat jelas antrean mobil dan motor yang lalu lalang masuk ke gerbang utama (ticket gate). Saya kagum akan manajemen wisata di Menganti dengan tiket masuk Rp 10.000 para pelancong bisa menikmati alam yang membentang luas, parkir gratis dimana saja sepanjang wilayah Menganti selain itu adanya car shuttle yang membawa pelancong untuk menikmati setiap sudut Menganti dengan gratis. Selain masalah fasilitas yang okey barang dagangan yang dijual tidak melebihi batas harga yang ditetapkan di pasar ini berbeda sekali dengan tempat wisata lain yang mematok harga lebih dari harga pasar. Terobosan wisata yang keren!!!
Pose Di Jembatan Merah |
Mendung masih menyelimuti Menganti kadang rintik kesedihan terurai dari langit ke bumi Menganti, apadaya kecantikan tidak akan hilang begitu saja karena kuasa sang Pencipta. Ku parkirkan Xride yang gagah di depan TPI (Tempat Pelelangan Ikan), di situ tampak banyak aktivitas nelayan yang sedang mencari rejeki, perahu hijau yang berjajar rapih, kerumunan pelancong dengan gaya masing-masing, dan keindahan yang selalu mempesona.
Aku yang jomblo hanya bisa menikmati keindahan pantai dan aktivitas nelayan yang lalu lalang di depan mata. Sebagai jurus bahagia saya sempatkan untuk ikut membantu nelayan mengangkat perahunya ke daratan dan sedikit berbincang dengan anak - anak nelayan untuk menyumbat rasa kesepian ini. #sedih
Barang kali harga ikan di Menganti lebih murah saya coba tawar menawar dengan anak - anak nelayan yang menjadi joki parkir kapal ke daratan. Ya mereka para joki kapal membantu para nelayan mengangkat kapal mereka ke daratan dengan upah beberapa ikan segar. Nah upah ikan segar ini saya tawar namun satu dari anak nelayan itu bilang "Mas iki ra didol, iki rep dimasak nang ibu" tapi satu lagi anak bilang "Nek iki iso mas, kui 8000 wae" saya acungkan saja uang 10.000 mereka pulang dengan uang yang saya berikan.
Pantai Barat Menganti |
Tertarik dengan sisi lain Menganti,saya beranjak ke sisi timur dengan bukit yang dihiasi oleh gubug - gubug kecil sebagai tempat bermesra, pengungkapan rasa jiwa dan untuk membuat sebuah cerita buruk atau indah. Gubug yang dibangun ini tentunya sebuah fasilitas gratis yang disediakan penyelenggara wisata. Keren kan kalau udah nyaman dan gratis. Menyusuri jalan kecil yang licin karena kesedihan langit yang sama - sama jomblo membuat saya bersikap hati - hati menyusuri jalan itu.
Satu poin istimewa selain deretan gubug di bukit yakni sebuah jembatan merah yang menghubungkan bukit ke bongkahan batu besar yang menjorok ke laut. Keren!! Di sini saya menemukan teman bari dari Banjarnegara tapi agak kurang bersahabat karena setelah kita janji untuk explore bareng ternyata dia kabur dan saat di media sosial pun enggan berinteraski hanya saja dia meminta foto yang tersimpan di kamera saya. Maklum mereka masih SMA yang masih ego tinggi.
Sisi Barat Menganti |
Masih penasaran dengan sisi barat, kali ini saya berangkat ke sisi barat yang cukup padat pengunjung dan jalan yang berlumpur. Agak repot sih tapi balasannya setimpal karena rasa penasaran jadi hilang. Pantai sebelah barat hampir keseluruhan berbatu besar dengan ombak yang besar. Yang menarik dari pantai barat bagi saya adalah tebing yang kokoh berdiri menghadap samudra Hindia yang ganas. Ya mirip - mirip dengan pantai Pandawa di Bali.
Cukup lama juga saya menikmati Menganti, kurang lebih 3,5 jam mondar - mandir. Perut rasanya sudah minta makan tapi belum ada tempat yang pas untuk melakukan program sehat itu. Baiklah saya lanjutkan kembali ke pantai yang lebih keren lagi....
Komentar