Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Widarapayung Kali Ke Empat

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup saya mengajak saudara plesiran lebaran ke Widarapayung sekaligus berkunjung ke rumah sanak saudara di Kroya. Semua orang mengakui bahwa plesiran dan silaturahmi ke saudara itu meningkat kualitas hidup dan menambah rejeki. Ini sabda Tuhan yang tidak akan pernah diingkari.

Pantai Widarapayung
Bagi saya ini kali empat mengunjungi Widarapayung walaupun tempatnya biasa saja namun banyak cerita yang telah saya buat di sana dari saya kecil sampai saya beranjak remaja pernah membuat cerita di pantai ini. Beberapa kunjungan sempat saya abadikan dengan kamera dan sampai sekarang saya masih membukanya saat dimana jiwa merasa rindu akan kenangan indah masa lalu.

Awal ke Widarapayung saat saya masih kecil diajak saudara, saat itu saya masih di bangku sekolah dasar dimana setia pengunjung diharuskan membeli bunga mawar ataupun bunga lainnya untuk dilarungkan ke laut sebagai persembahan ke Nyi Loro Kidul sebagai penguasa laut selatan. Kunjungan kedua saat saya bersama dengan Zaenudin (Sepupu), ketiga dengan keluarga besar selepas pesta pernikahan Suminah dan Yatno dan sekarang kali ke empat saya bersama Yatno mengunjungi Widarapayung kembali.

Yutuk Alias Kecoa Laut
Tidak banyak perubahan di Widarapayung, masih sama seperti dulu dengan air yang sedikit kecokalatan dan ombak yang besar. Perubahan hanya beberapa yang positif dan negatif diantaranya banyak sampah yang terdampar di pesisir, banyaknya warung makan, banyaknya gubug sewa,  hammock dan jalan yang cukup bagus.

Yang tidak akan lupa diri Widarapayung adalah sajian khas yang seakan menjadi ciri kuliner dari Widarapayung yakni gorengan kecoa laut atau orang lokal menyebutnya "Yutuk". Rasanya renyah dan kadang membuat tenggorokan sedikit gatel (bagi saya). 

Deretan Gubug Untuk Disewakan
Tidak banyak yang diceritakan karena sedang galau apa sebabnya? saya sedikit memaksa kehendak agar si aangé jangan sendawa di depan umum, saya yang jarang ibadah solat pun dibantai dengan kalimat yang sopan.  Maafkan saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cukup baik d