Semua merasa berenergi kembali hanya Asna saja yang sedikit rewel karena saking pengennya naik perahu. Anak kecil kalau sudah pengin susah untuk dibohonginya. Tapi syukur alhamdulillah kakak tidak serewel Asna.
Berjalan Di Jembatan Bambu |
Dengan uang 17.000 perorang kami menaiki sebuah perahu yang berkapasitas sekitar dua puluh orang. Tanpa menunggu lama rombongan kami langsung naik ke atas perahu. Saya ambil posisi berada di posisi paling kiri duduk dengan pelancong lainnya. Tidak banyak memotret karena males untuk mengambil gambar, kamera dipegang sama aangé.
Sepuluh menit sudah di atas perahu dab akhirnya kami sampai di dermaga khusus untuk perahu pelancong yang mengunjungi hutan mangrove Karangsong. Ada menara pemantau di dekat dermaga, rasanya ingin naik hanya riskan karena terlalu capek. Bergandengan tangan antara kakak dan aangé membentuk seperti gandengan keluarga . Rasanya empuk sekali tangan si kakak. Gemas sebenarnya memegang dia.
Banyak Bangau Putih Betengger di Mangrove |
Jembatan bambu yang dibuat tidak safety karena kiri dan kanan tidak ada pegangan atau pembatas, karena tidak adanya pembatas dikhawatirkan ada pelancong yang jatuh ke hutan mangrove. Dalam perjalanan tidak banyak yang kami temukan selain gerombolan burung bangau putih. Indah sekali rasanya melihat bangau putih dalam alamnya sendiri. Serasa melihat National Geographic!!
Di ujung delta muara Karangsong kami berhenti untuk menikmati pemandangan laut Jawa yang indah. Rindangnya cemara laut membuat saya yang lelah ingin melepas penat dengan tidur. Usaha tidur tidak berjalan lancar karena gangguan dari Asna dan kakak. Iri melihat aangé yang tidur nyenyak dalam belaian angin samudra. Kupikir aangé menikmati tidurnya tapi ternyata dia kena serangan migraine. Jadi kasihan juga apalagi dia driver saya.
Pantai Delta Karangsong |
Tak lebih dari 3 jam kami menikmati laut Jawa di delta Karangsong. Saya dan aangé yang punya rencana makan bebek Sinjay Madura memilih untuk pulang cepat. Saya dan aangé memisahkan diri dari rombongan karena punya rencana lainnya. Di perjalanan rasanya menyebalkan karena ulir atau mur plat nomer kembali hilang ya kembali seperti semua berbunyi kaya motor rongsokan. Semua ini karena pikiran aangé yang ngeyel ga mau pinjem obeng.
Awal saya yang bawa motor karena Aangé kena migraine. Rasanya kasihan sekali melihat orang yang sakit di perjalanan. Kecepatan saya kurangi sampai 30-50 km/jam. Ini semua demi kenyamanan untuk yang sakit sembari mencari apotek. Sepanjang jalan ternyata susah mencari apotek dan akhirnya nemu di jalan Indramayu - Jatibarang. Saya membeli satu strip Paracetamol 500mg dan satu strip BecomC (Vitamin) untuk kesembuhan aangé. Untuk dosis paracetamol saya naikan ke 700 mg biar migraine langsung ces pleng.
Melepas Lelah |
Aangé minta jadi driver kembali. Rasanya ga tega dan takut kenapa - kenapa di jalan. Takut nabrak sih sebenarnya hehehe. Kan kalau nabrak bukan satu orang saja yang jadi korban. Sebagai reward sepanjang jalan menuju Jatibarang saya pijit kepala dan pundak biar ga ngantuk dan mengurangi rasa nyeri.
Keluarga Bahagia |
Semua sudut Jatibarang sudah terjamah namun bebek Madura tak kunjung ditemukan akhirnya memilih warung sate dekat stasiun Jatibarang. Rasa sate biasa saja dan sedikit masih mentah. Di sini terjadi pertikaian kecil dan berlanjut sampai sekarang, hal kecil sebenarnya. Saya agak risih kalau ada orang makan bunyi dan sendawa depan orang. Sebenarnya salah saya juga karena memaksakan kebiasaan ke orang lain.
Bedoa Untuk Ku |
Pulang agak malam sedikit. Saya kembali menjadi driver dan saya dapat pijitan juga hanya mijitnya kurang tekanan. Sampai di wilayah perbatasan Kabupaten Indramayu dan Cirebon kami turun untuk solat magrib. Rasa sakit kepala aangé semakin menjelma terpaksa saya pijit terus kepalanya sampai reda. Serba salah rasanya.
Komentar