Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Sawangan Menebar Kagum

Marem dengan keindahan Menganti sekarang saya mesti melihat kegagahan dari Sawangan yang kokoh berdiri dengan otot - otot bumi yang kuat dan tegap bidangnya bebatuan yang membentuk perbukitan di sisi samudra Hindia. Sawangan tidak terlalu jauh dari pintu masuk Menganti barangkali hanya menghabiskan waktu 15 menit dengan kecepatan 20-30 km/jam menuju parkir utama Sawangan.  Jalan menuju Sawangan sebagian sudah bagus dan dicor. Namun hati - hati karena jalan cerita ini masih banyak tanah yang menempel jadi kalau ada hujan ataupun gerimis akan licin.

Sawangan yang gagah memang tidak seperti pasangannya Menganti yang ayu. Karakter Sawangan dengan berbagi gua yang indah, tebing yang berbatasan dengan samudra dan curug yang menawan karena hanya 100 meter langsung terjun ke laut.  Karena track yang agak sulit menyebabkan hanya pemuda saja yang menjadi pengunjung mayoritas. Butuh energi lebih untuk berkunjung ke sini.

Tangga Terbuat Dari Bambu
Jelas harga tiket masuk ke Sawangan lebih murah yakni 7000 rupiah perorang mungkin saja karena objek tidak seluas Menganti ataupun fasilitas tidak sebanyak di Menganti. Area parkir luas namun masih tanah merah jadi saat hujan mobil ataupun motor akan jeblog alias kotor.

Pelayanan ramah membuat saya selalu nyaman dan selalu ingin kembali ke sana.  Sopan dan ramah ala bagongan. Sekedar informasi warung makan hanya terdapat di area parkir saja jadi Anda yang tidak bawa bekal seharusnya beli di bawah karena di atas tidak ada yang dagang.  Cukup beli air mineral dan segenggap karbohidrat cukup untuk membuat energi saat naik turun bukit. Jangan khawatir harga mahal di sini pedagang sudah diatur untuk tidak menaikkan harga.  Saya saja beli air mineral merk terkenal masih dalam harga normal 3000 rupiah perbotol 600ml.

Sepenggal Pose Di Curug
Memasuki kawasan Sawangan anda mesti melalui track yang menanjak dengan adanya tangga yang terbuat dari bambu.  Tangga ini seperti sudah lama berdiri jadi ada sebagian yang sudah kropos jadi mesti hati hati saat di tracking. Di tangga bambu ini biasanya orang melakukan swafoto, jujur saja memang cakep sih tangga dan pemandanganya.

Selepas tangga, track datar dan sedikit menanjak ke arah bukit cinta ataupun ke gua walet.  Di sana ada camping ground yang cukup luas. Selepas dataran giliran naik lagi untuk mencapai keindahan samudra Hindia di atas bukit.  Selain itu anda bisa turun bukit ke lokasi curug yang menawan. Selama nada turun harus ekstra hati hati karena jalan yang licin dan hanya setapak saja selebihnya jurang. Menantang bukan?!
Rame - Rame Biar Asyik

Curug ini cukup unik karena sumber air dari dalam gunung dan keluar dari gua yang berbentuk segi empat. Air jernih yang mengalir akan menyegarkan badan anda yang banyak mengeluarkan keringat karena track yang cukup menantang. Di curug saya sempat bertemu dengan teman-teman dari Banyumas dan sempat berkenalan juga hanya saja saya tidak memotret mereka. Saat hendak naik ada salah satu dari rombongan yang tidak kuat untuk naik karena berat badan yang lumayan besar.

Muara Dari Curug Sawangan
Saya ajak rombongan Banyumas ke atas untuk menikmati keindahan samudra Hindia namun sebagian dari mereka menolak karena rasa capek yang luar biasa. Sudah terbiasa akan kesendirian dalam traveling tidak membuat saya kehilangan akal untuk mencari sebuah kebahagian. Benar juga saya menemukan tiga orang sahabat yang sedang traveling mereka berasal dari Jogja. Saya sempat mengabadikan mukanya yang lucu.

I LOVE YOU
Di atas bukit kita bisa swafoto di atas panggung bambu yang dibuat khusus untuk swasta foto selain itu ada gubug sengaja dibuat untuk membuat cerita nyata sepasang kekasih ataupun satu grup pelancong. Mengasikan bukan?!

Rupanya waktu sudah menunjukkan ke angka 11, saya pikir mata saya dan badan saya mesti diberikan haknya untuk istirahat. Salam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...