Semalam rasanya cukup bingung karena banyak tawaran tempat wisata yang harus dikunjungi esok hari. Aangé yang selalu menyodorkan Palutungan saya tolak selalu karena Palutungan jalan pulang ke Banjar. Jadi urutan logika saya kembali ke jalan pulang. Karangsong dia tawarkan namun saya menolaknya kembali karena sepertinya pantainya jelek. Kemantapan saya ke Argapura - Majalengka bulat karena memang inspirasi dari para photographer di facebook yang selalu menampilkan foto mereka di sana. Cantik memang.
Taman Bunga Liar |
Berulang kali mengirimkan pesan di WA walaupun sama - sama di dalam satu rumah, saya tetep memilih Argapura. Entah kenapa dia selalu menyodorkan Palutungan. Kesel juga nih. Mungkin dia takut dingin. Bisa jadi soalnya pas ke saja dia seperti hypothermia. Saya sudah bilang bahwa saya kalau pengin yang mesti dipenuhi, agak susah meyakinkan dia.
Wajah Penuh Dosa Yang Pake Baju Merah |
Pagi hari saat dia mengantarkan sepupunya sekolah pun kirim WA untuk memastikan mau kemana hari ini. Mengesalkan sekali. Jawab saja saya dengan Argapura. Selepas pulang dari sekolah dia membawa makanan yang cukup aneh dan namanya juga aneh "DOCANG" yang terbuat dari santan, sayuran berupa toge dan daun ketela pohon yang muda dicampur dengan ketupat. Mungkin karena tidak biasa makan begitu akhirnya mual. Setengah porsi saya habiskan dan sisanya saya masukin ke piringnya pas dia pergi melayani pembeli di warung.
Kupikir mau berangkat lebih awal eh ternyata sebelum berangkat ke rumah temenya dulu yang semalam main ke rumah. Hadeuh lama lagi dah. Apalagi yang bikin kesel di rumah temenya lama juga sampe setengah jam lebih plus dikasih kopi jadi lama. Ngeselin ya padahal sudah pengin sampe destinasi.
Perjalanan dari Cirebon ke lokasi memerlukan waktu satu jam lebih. Sempat kesasar ke tempat wisata lainnya. Ya memang kami hanya mengandalkan Google map yang tersedia di handphone. Nah kok bisa kesasar padahal ada Google map? Signal hilang!! Memang kesasar ga terlalu jauh sebenarnya.
Ceritae Buat Cover Album |
Seperti cuaca mulai mendung dan sedikit rintik embun yang menjadi bulir tipis hujan. Badan serasa dingin apalagi tangan saya. Terpaksa saya masukin tangan ke jaket dia yang katanya harga satu juta!! Dia pun kedinginan saya suruh pake jaket gunung saya ga mau. Hadeuh nyusahin bener nih orang. Takutnya dia sakit gue yang repot. Iya kan?!
Beberapa kali saya mau terbunuh olehnya yang nyupir ga bener. Ngeri banget pas dia hilang konsentrasi sementara jalan itu langsung bersebelahan dengan jurang. Beberapa kali hampir mau masuk jurang. Ada sih faktor dari saya juga karena ngajak ngobrol dia.
Tujuannya sebenarnya terasering hanya saja belum tahu tempatnya jadi kami eksplorasi ke tempat lainnya. Di perjalanan entah ke arah mana kami menemukan bunga liar yang sedang mekar dan bener bener keren! Rasanya kaya di Eropa hahahaha. Karena terpukau dengan keindahan bunga liar itu, kami turun dari motor dan menyambangi sebuah warung makan satu - satunya yang ada di kebun. Karena lapar kami pesan mie instan. Saya pesan mie goreng dan dia mie kuah, sebelum dimasak sama bu warung kami menikmati buah tropis yang manis yakni sawo. Enak juga ya sawo dimakan pas waktu dingin.
Menikmati Alam Dengan Merusak Lingkungan |
Perut kenyang hati pun senang kami pun meninggalkan warung makan dan menuju bukit yang ada bunga yang sedang mekar itu. Kurang lebih 10 menit jalan kaki dari warung. Sesi foto pun terjadi di sini hehehehe selain itu saya melakukan dosa besar yakni nyolong strawberry punya orang lain hahahaha. Karena Aangé mengingatkan akhirnya saya izin ke yang punya warung untuk menyampaikan bahwa saya memakan tiga strawberry yang ada di ladang. Maafkan saya. Saya makan karena strawberrynya layu karena ga dipetik. #alasan
Habis nyolong strawberry kita melanjutkan kembali perjalanan ke terasering, boleh dong menjelajah ke arah lain ya walaupun daerah lain gak ada keindahan. Hanya sebatas 1 km dari arah yang benar. Ternyata untuk ke terasering itu memerlukan konsentrasi tinggi dua kali kami hampir mati karena mau masuk jurang. Ya kesalahan saya juga sih ngajak ngobrol si supir andalan.
Jalan nanjak hampir 70 derajat kami naik dengan Xride. Lumayan lah walaupun supir bilang bahwa Xridenya mesti diservice karena gas kendor. Sempat berhenti di tengah tanjakan untuk mengabadikan bunga matahari hutan dan bukit batu yang lumayan besar. Bagi saya sangat unik sekali karena seperti satu bongkahan batu besar menjulang tinggi. Adakah hewan di sana? Pikiran saya melayang pada kambing yang hidup di bukit batu.
Hasil Potret Dia |
Di pertigaan pas puncak gunung merupakan pemandangan yang luar biasa karena di sini bisa melihat view terasering dan view hutan dan pemukiman. Tidak ada sesi foto di sana hanya perbincangan sedikit saja.
Melanjutkan perjalanan ke arah barat, rasa terpesona akan terasering ini bertambah karena melihat betapa agungnya ciptaan Nya. Berhenti sejenak di tengah jalan untuk mengabadikan momen. Lumayan lah swafoto kami buat dengan manis biar semua orang ingin berkunjung ke Argapura ini.
Belokan sebelum menuju warung dibawah puncak bagi saya satu sisi yang oke untuk swafoto maupun foto biasa. Hijaunya hamparan terasering membuat orang terkesemia. Di sini kami dipungut parkir sebesar 2500 rupiah atau 3000. Singkat cerita si abah penarik karcis ternyata mempunyai istri dari Banjar. Jadi lah obrolan semakin lama. Dan dia selalu memotret saya. Kurang ajar.Kami titipkan harta saya ke tukang warung sementara saya dan dia naik ke puncak terasering.
Dengan uang 5000 perorang sudah diperbolehkan untuk menikmati pemandangan terasering dari puncak. Tak kurang dari 15 menit untuk mencapai puncak. Di atas puncak rasanya hangat karena matahari yang bersinar dan angin dingin yang menyejukan. Sejumlah swafoto telah diproduksi semanis mungkin.
Umar Syaefa Pic |
Adzan ashar berkumandang kami lanjutkan perjalanan dan berhenti sejenak untuk solat ashar di masjid dekat kantor desa. Di sini saya belajar solat kembali. Belajar bacaan solat dari ruku, sujud dan salam. Ya maklum saya orang kotor yang belum tahu apa - apa, sementara dia memang sudah bersih dari lahir. Terima kasih sudah dituntun. Saya akui jalan lurus itu lebih bahaya daripada jalan yang berkelok.
Tujuan selanjutnya membuat kita bingung karena dihimpit waktu. Antara ke situ atau ke curug. Dan tidak ada satu pun yang kami kunjungi kecuali ke hutan pinus. Untuk masuk ke dalam hutan pinus ditarif 15.000 perorang hanya saja tidak ada penunggu karcis akhirnya kami dapat gratis. Enak kan?!
Air yang bening bak kristal mengalir dengan kesegaran yang alami di bumi perkemahan ini sesuatu yang keren bagi saya. Ada wahana out bound juga loh salah satu yang saya coba adalah berjalan di atas bambu dengan alat bantu tali yang digantung. Menyenangkan sekali, tiga kali saya mencoba dan berhasil tanpa adanya gangguan. Aangé gak mau mencoba katanya bukan orang alay dan kurang bahagia. Halah nggak bisa juga bilang bukan orang alay dan bukan anak kurang bahagia.
Saatnya pulang.
Komentar