Judulnya memang memprovokasi Anda untuk nyinyir ataupun sekedar penasaran dengan isinya. Judul tersebut saya ambil bukan hanya sekedar provokasi semata melainkan kebenaran dalam kehidupan berbudaya di tempat ku. Tentunya 'pembuangan anak' ini bukan sebuah kehancuran moral melainkan suatu budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.#
Saya lahir dan besar dalam budaya Jawa Banyumasan, walaupun saya lahir dan tinggal di Jawa Barat. Budaya dan bahasa nenek moyang selalu dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai jenis budaya ataupun budaya keagamaan selalu hadir dalam kehidupanku. Saya sendiri bersyukur pada Tuhan dengan nikmatnya berbudaya. #
Tak jarang setiap budaya mempunyai keunikan tersendiri bahkan ada yang lebih ekstrem lagi bagi kalangan lainnya. Tidak perlu membandingkan satu dengan yang lainnya yang sudah jelas berbeda baik dalam segi moral, budaya ataupun keagamaan. Semua itu dalam kesepakatan bersama hingga membentuk komunitas dan kebudayaan. Kita tidak boleh menentang kesepakatan bersama untuk menyebut ayam sebagai hayam dalam bahasa Sunda ataupun menjadi chicken dalam Bahasa Inggris. Semua berkat kesepakatan bersama.#
Budaya Jawa sendiri mempunyai banyak aneka kebudayaan baik yang berada di wilayah Mataraman (Jogja-Solo) ataupun wilayah Jawa Timur. Saya sebagai orang Jawa Banyumasan ingin memperkenalkan budaya yang cukup unik yakni membuang anak. Mari disimak!#
Yang dimaksud 'membuang anak' dalam budaya Jawa Banyumasan bukan membuang anak secara harfiah melainkan sebuah istilah. Kebudayaan membuang anak sendiri mempunyai nilai mulia diantaranya menyambung tali persaudaraan dengan orang lain yang tidak mempunyai hubungan darah dan menjadikan sebuah keberkahan tersediri.
Asalan Dibuang
Sub judul ini mungkin akan melegakan anda dari judul yang membuat sesak dada. Dalam riwayat kebudayaan Jawa di kampungku, jika ada sebuah keluarga yang mempunyai anak tapi selalu meninggal saat masih dalam kandungan hingga anak-anak.
Cara Membuang
Berbagai cara unik pembuangan anak ini selalu dilakukan saat sang bayi belum diberikan nama. Pada umumnya pembuangan anak dengan cara diundi melalui sistem permainan gapleh (domino) ataupun kartu remi. Permainan gapleh ini dilakukan sepanjang malam hingga malam ke-enam umur si bayi. Saat malam ke-enam dimana penentuan sang bayi akan menjadi anaknya siapa (akan dibuang ke siapa) melalui permainan gapleh. Orang yang kalah, umumnya disebut bandar dan dia lah yang akan menjadi bapak angkat untuk anak yang dibuang itu.
Hubungan Berkelanjutan Antara Anak Dengan Si Pemugut
Komentar