Bulletin RTISI Tahun 2018 |
Awal tahun ini (2018) hatiku boleh bergembira akan sesuatu hal dan kembali pada semester ke dua tahun ini bergembira juga, karena lanjutan dari rangkaian paragraf itu kembali muncul. Kemunculannya membuat saya cukup berbangga diri walaupun hasil saduran dari karya orang lain. Tapi tak mengapa, itulah usaha yang sedikit untuk menghasilkan sebuah pemahaman khusus terhadap kasus tertentu.
Tamatnya rangkaian paragraf itu terjadi di akhir semester tahun ini. Susunan paragraf itu berjudulkan 'Bunuh Diri', judul yang menyeramkan bagi sebagian besar kalangan manusia. Beberapa paragraf dari judul itu terbuat di sebuah bulletin dari Taiwan. Bulletin ini dibagikan khusus untuk setiap 'pelanggannya' dua kali saban tahun. Bagi para pendengar radio internasional tentunya sudah paham apa yang dimaksudkan. Jelasnya akan dipaparkan lebih lanjut untuk Anda sekalian yang masih tertarik membaca halaman ini.
Radio Taiwan Internasional bisa disingkat RTI adalah lembaga penyiaran milik pemerintahan Republik China (Taiwan). Radio ini disiarakan melalui website dan juga gelombang pendek (SW). RTI menyiarkan dalam berbagai bahasa internasional termasuk bahasa Indonesia yang menjadi salah satu bahasa Asia Tenggara yang dipancarkan oleh RTI.
Radio Taiwan Internasional seksi bahasa Indonesia yang disingkat RTISI mengudara dalam durasi satu jam/sekali siaran. RTISI selain mempunyai program radio juga mempunyai program bulletin yang hadir mengunjugi para pendengarnya saban tahun dua kali. Bulletin sederhana dicetak dengan kertas tebal khas bulletin dengan tampilan penuh warna. Bulletin berisikan empat lembar kertas diisi dengan berbagai tulisan dari pendengar dan tentunya dari redaksi seperti dari acara pelajaran bahasa Mandarin dan Tayi.
Demikian sekilas pengenalan singkat RTISI dan bulletinnya. Edisi akhir semester tahun ini menjadi edisi terakhir artikel saya dimuat di bulletin, maklum saja artikel lumayan pendek sehingga hanya muat untuk dua kali cetak saja. Yuk mari bedah dua bulletin yang memuat artikel dari saya.
Bulletin Cetakan Ke-pertama Tahun 2018
Bulletin pertama tahun 2018 ini menampilkan beberapa artikel menarik salah satunya dari rubrik laporan khusus Pekan Indonesia 2018 di Taiwan yang memamerkan budaya Indonesia, seminar bisnis dan berbagai perlombaan. Kegiatan ini tentunya untuk menarik perhatian Taiwan untuk bekerja sama lebih lanjut dengan pemerintahan Indonesia, selain itu misi pengenalan budaya sebagai bentuk promosi wisata. Ajang ini juga sebagai sambutan pemerintah Indonesia dalam kebijakan terbaru dari pemerintahan Taiwan yang berupa Kebijakan Baru Ke Arah Selatan (New Southbound Policy).
Ulasan Tentang Bunuh Diri |
Halaman kedua berisikan pelajaran bahasa Mandarin dan Tayi yang diasuh oleh dua guru sekaligus yakni Maria Sukamto dan Ronald. Pelajaran bahasa Mandarin dan Tayi kali ini memuat topik kontrak kerja. Tak lupa Amina Tjandra sebagai salah satu penyiar juga memberikan konstrubusi berupa artikel yang berjudul Wisata Santai: Kenangan Bersama Bunga Lipinus. Dalam artikel diceritakan keindahan bunga raksasa asal Amerika yang ditanam di Taoyuan.
Halaman ke-tujuh dan ke-delapan diisi artikel yang saya ketik untuk acara Baca Buku yang biasanya disingkat BB. Dalam acara tersebut para pendengar diajak aktif untuk menulis sebuah ulasan buku ataupun ulasan-ulasan lainnya yang cukup menarik untuk dibincangkan bersama penyiar dan pendengar lainnya. Kebebasan berekspresi dalam menulis bisa diluahkan dalam acara ini. Bukan hanya buku saja yang bisa Anda tulis melainkan berbagai artikel menarik yang bisa diulas untuk disajikan di acara ini.
Artikel Bunuh Diri yang diulas saya sendiri merupakan saduran dari karya orang lain. Halaman delapan menjadi halaman yang bersambung untuk artikel yang saya tulis. Artikel ini dilanjutkan kembali di bulletin berikutnya.
Bulletin Cetakan Ke-dua Tahun 2018
Halaman Laporan Khusus Dan Festival Balon Udara |
Awal Agustus bulletin ini diterima dari antaran bapak pos. Kiriman langsung dari Taiwan. Seperti biasanya bulletin ini mempunyai delapan halaman dengan halaman muka yang setengahnya untuk iklan promosi dari operator seluler Taiwan (IF), halaman muka ini juga mempersebahkan ucapan selamat hari raya Idul Fitri kepada segenap pendengar yang merayakannya.
Lagi-lagi pelajaran bahasa Mandarin dan Tayi menjadi nomor dua di halaman bulletin. Perlu diketahui bahwa bahasa adalah hal yang penting untuk sebuah jalinan komunikasi sosial. Rubrik yang digawangi oleh Maria Sukamto kali ini membawakan sesuatu yang berbeda dari pelajaran-pelajaran sebelumnya terutama yang dicetak di bulletin. Pelajaran kali ini bukan kosa kata ataupun rangkaian percakapan melainkan sebuah pepatah klasik Tiongkok. Pepatah yang disajikan dalam pelajaran kali ini mempunyai kesamaan dalam pepatah yang ada di Indonesia.
Pepatah itu berbunyi Tsit e puan kin, tsit peh niu yang bisa diartikan seseorang yang tabiatnya tidak baik. Pepatah ini sering digunakan sebagai sindiran terhadap seseorang yang tabiatnya tidak baik. Pada edisi kali ini juga ada tantangan khsusus berhadiah yang bisa menjawab persamaan pepatah tersebut dengan pepatah yang ada di Indonesia (Dunia Melayu).
Laporan tentang festival balon udara di Taiwan menjadi penghias dan pengrayu pendengar ataupun pembaca untuk segera mengalami keindahan dan kesenangan dalam festival balon udara di Taitung. Biaya naik balon udara ini sekitar NT $ 500 per-orang pada hari kerja sementara akhir harga bertambah 150 Dollar Taiwan. Boleh jadi Taiwan surganya festival balon udara karena dalam setahun ini ada tiga festiva sekaligus diantaranya di Yilan, Taoyuan dan di Taitung sendiri.
Laporan khusus dari Yunus Hendri, seorang penyiar muda RTI seksi bahasa Indonesia. Dia menceritakan kepatriotanya dalam membela tim Garuda dalam Liga Futsal Chinese Taipei. Dalam acara tersebut tim Garuda dan tim Thailand menjadi tamu istimewa. Tim futsal Garuda bukan didatangkan langsung dari Indonesia melainkan dari pekerja migran yang ada di Taiwan.
Kontak Resmi Radio Taiwan InyermInterna Seksi Bahasa Indonesia |
Hal mengejutkan kembali dihadirkan di bulletin RTISI kali ini. Acara BB yang sedang naik daun rupanya tak melulu di radio saja melainkan di bulletin. Di halaman ke-enam hingga ke-delapan berisikan ulasan-ulasan buku dari para pendengar yang memberikan konstrubusi ulasan bukunya pada acara BB. Kali ini tulisan dari Liana Safitri mejeng di halaman ke-enam dengan judul Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Liana Safitri mengulas buku karangan sastrawan besar Indonesia yakni Pramoedya Anantatoer.
Sambungan ulasan Bunuh Diri dari saya dilanjutkan di halaman ke-tujuh hingga ke delapan. Saya sendiri tidak akan mengulasnya kembali untuk Anda semua. Ulasan tersebut sudah ada di link dan di podcast RTISI. Sementara jika And sekalian ingin membaca di bulletin silahkan email ke rtisi@rti.org.tw dan jangan lupa untuk mendengarkannya di gelombang pendek, Facebook Live dan podcast di website.
Jangan sempitkan pikiran Anda pada sebuah karya. Karya sekecil apapun itulah karya yang dibuat oleh tangan dan hasil pemikiran Anda atau kelompok Anda. Ayo mulai menjadi bagian dari peradabaan manusia.
Komentar