Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Apa Aku Budak Cinta?

Sehari bertemu menjadi oase sebuah kerinduan dan hilang menjadi tanda awal perbudakan cinta dengan hujaman rindu di setiap sela waktu yang tersisa. Aku sungguh ingin melebur dengan ke-eksistensialanku pada dirimu yang entah apa isinya.

Selepas magrib aku memeluk, disambut hangat dari badanmu yang hangat. Hangat, namun melegakan siksaan rindu yang telah lama kau ikat dalam setiap sel-sel kerinduan. Wajahmu nampak beda dari tiga bulan lalu, bertambah dewasa dan mature. Aku menemukanmu di ruang sedikit gelap pada trotoar jalan raya Pangandaran. Senyum itu apakah tanda balasan cinta untuk ku yang masih mengira "kau bukan untuk ku"? Garis-garis wajahmu sedikit menyiratkan kerinduan untukku, tapi hanya sebatas dugaan.

Perjalanan menuju meja makan di utara sana, terpaan angin dari laju roda-roda di jalan raya menebar dingin. Jari-jari mulai masuk dengan malu pada saku jaketmu, demi menemukan kehangatan fisik dan kehangatan dari benih cinta yang tumbuh dengan sendirinya. Apakah kau masih menduga aku orang lain? Tanpa kata berlalu dengan hangatnya tangan dalam saku.

Bincang lepas rindu membuatku sedikit ingin mengencangkan kembali debaran jantung, untuk dirimu yang masih ragu. Ramai sudah lampu malam pertanda keramaian yang ingin merenggut indahnya perjalananku, ingin berlama-lama. Dan aku yakin dirimu mengulurkan  waktu agar rindumu melebur di saku jaket. Begitu pelan dirimu mengatur tarikan gas, apa itu sengaja atau hanya sekedar berhati-hati agar kita tidak mampus? 


Rasa kepiting laut mungkin lebih enak daripada berhadapan denganku yang sedikit banyak omong. Sesuap nasi masuk dengan keluarnya kalimat "enak". Aku senang mendengar kalimat itu. Gigi dan tanganmu tak begitu gigih untuk kerasnya ranjungan, matamu memandangku terlalu dalam. Jemari segera menyergap untuk membantu, Aku paham karena ini pertama kali. 

Hangatnya wedhang cabe jawa masih membakar bibir hingga warna merah. Apa ini tidak terlalu sembrono? Sisa bibirmu masih ada dalam secangkir wedhang cabe jawa, dengan paksaan masuk ke bibirku yang merah sedari tadi. Apa itu tanda kerelaanmu? Matamu semakin dalam.

Kini kami sampai pada ruang pribadiku, tak ada yang lain. Tampak seperti sudah miliknya, apakah dia nyaman? Segala aktifitas berjalan tanpa ragu dan malu. Setiap obrolan matamu semakin tajam dan mendalam, begitu juga dengan mataku. Vitamin rambut di telapak tangan mulai meremas kulit kepala hingga helaian rambut ikal kebangganmu. Lirih dan lembut seperti waktu tiga bulan lalu dimana aku merindu di setiap helai waktu. Hidungku terangsang untuk segera mencari sumber wangi, pada rambut dan kepala hidung mendekat hingga pangkal. Kau terdiam, Aku terdiam kecuali saraf-saraf hidung yang bekerja. Tiga kali hidung bekerja dengan sarafnya padamu, aku mabuk, kau diam. Apakah diam pertanda mabuk juga? Aku tak mau mengira diam darimu.

Lebarnya keningmu mampu mendaratkan sepasang bibir merah dan mancung hidungku, terasa hangat dan harum. Aku tak paham apa parfum yang dipakai, yang pasti aku mencium-mu. Dan tak pantas untuk bergulat pada pertanyaan "kenapa kau terdiam?" Lemahnya Aku hingga bibir kembali menempel pada kulit tipis penuh minyak hingga rasa itu sudah selesai. Kini rambut ikal itu melambai untuk mendapat sentuhan jari-jari yang pernah merana. Dan jari mulai membaca kerinduannya hingga dia merasa lelah pada sebuah kesempatan.

Ku pikir ada rasa yang belum sempurna hingga kau meninggalkan kasur kapuk yang dihuni jasadku, bergeser ke bawah akibat suhu naik. Aku paham, hati tak pernah tega untuk jasadmu yang mulai kedinginan. Selembar selimut merah dihampar, tanpa ucapan. Jari mulai bicara kembali untuk rambutnya. Kami tertidur.

Ritme kami berbeda, kau terlalu lama untuk standarku. Karena mabuk, rela kau berlama-lama menutup mata tanpa diganggu, mungkin hanya tangan, bibir dan hidung yang selalu menganggu kepalamu yang masih ingin dibalas rindu. Asih padamu tak mungkin terlewatkan, ujung kaki ditutup untuk kehangatan. Kau tanpa suara saat sarung menimpa tubuh yang lemas, karena mata yang tak kunjung terbuka. Tajam tajam hingga dalam mataku selalu tertuju pada dirimu yang memancarkan energi asih. Apa Aku mabuk?! 

Rambut pusar dicabut jariku memang jahil seperti anak kecil yang nakal. Tanpa bahasa, tanpa reaksi kau terdiam dengan sunggingan mulut yang sedikit merasa lucu atau senang. Aku sedikit paham, siapa kamu. Kembali jari ini ingin memberikan asih yang lebih, tiga tetes betadine tercecer tepat pada jerawat yang sudah mulai bernanah dan robek. Kau masih asik berbenah rambut dan berkata "sedikit sakit di situ" Aku mulai gusar karena dia merasa sakit, gusar dan khawatir akan lukanya.

Pandang demi pandangan selalu merobek pandangan yang terpancar dari mataku, namun Aku selalu kalah. Kau terlalu berkharisma dan Aku terlalu mabuk untuk mu. 

Siang hari di garasi milik orang yang entah siapa empunya. Pelukan terasa panas, itu karena matahari mercoki kehangatan yang tercipta dari tubuh kami. Pelukan yang janggal, begitu juga dengan kejanggalan lainnya. Aku paham ini janggal hingga tak perlu berlama-lama kau melepas tubuhku. Aku tak bisa nakal karena memang bukan tempat yang relevan. "Jaga diri" kalimat terakhir untuknya. 

Inilah awal kerinduan dimulai, jarak mulai memisah dari centimeter ke meter hingga kilometer. Aku memulai kerinduan kembali hingga tiga bulan kedepan. Di ujung magrib satu pesan masuk, aku mencium bajunya yang tertinggal. Badan yang sedikit wangi dan ketek yang cukup menggairahkan, apa aku budak cinta? Pesan terbalas dan masih berbalas soal bau ketek dan wangi badan. Aku harap tidak menjadi budak cinta yang terlunta, seperti kisah-kisah percintaan pada dongeng Seribu Satu Malam.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...