Mengenal tokoh besar India adalah suatu yang menarik terlebih tokoh-tokoh India pada umumnya merupakan seorang patriot, filsuf, dan relijius. Saya mengenal tokoh ini di suatu ngaji filsafat di Jogja dengan tema pujangga. Tokoh besar India ini lahir dengan nama Rabindranath Tagore atau Rabindranath Thakur yang lahir di Kalcota, 7 Mei 1861 dan meninggal 7 Agustus 1941. Beliau merupakan sastrawan, pujangga, penyair, musikus dan filsuf.
Banyak karya gemilang terlahir dari beliau, sehingga membawanya pada kehormatan tertinggi pada bidang sastra dan beliau merupakan tokoh pertama Asia yang mendapatkan hadiah Nobel kehormatan itu. Mengenai beliau juga dikenal sebagai "nabi" oleh masyarakat India karena pemikiran dan kedermawanan beliau. Beliau juga seorang patriot dalam perjuangan kemerdekaan India bersama tokoh besar India, Mahatma Gandhi.
Rabindranath bukan saja terkenal dan dihormati di India saja melainkan wilayah Asia Selatan lainnya. Negara Bangladesh menggunakan karya beliau sebagai lagu nasional begitu juga dengan India. Mengenai karya pada bidang sastra baik fiksi ataupun non fiksi, beliau melahirkan delapan novel dan empat novela. Pada buku yang saya pegang dan diulas ini berjudul Bimala dalam terbitan Indonesia, sementara judul aslinya Ghare Baire (The Home and the World).
Saya sendiri mendapatkan buku Bimala ini di Pasar Buku Kenari Cikini - Jakarta dengan harga Rp 30.000 saja, sebelumnya pedangang mengajukan harga Rp 70.000 dengan segala kegigihan tawar-menawar akhirnya mendapatkan harga yang pas di kantongku. Awal sekali saya tidak mengira dapat bertemu karya sastra dari penulis terkenal India di Pasar Kenari, tanpa banyak kata saya langsung menawar dan terjadiah kesepakatan pembelian.
Judul Buku : Bimala
Penulis : Rabindranath Tagore
ISBN : (13) 978-979-168-505-4 atau 979-168-505-3
Penerbit : Penerbit Narasi kerjasama dengan penerbit Pustaka Promothea
Penyelaras Kata : Rh Widada
Desain Jilid : Sugeng D.T
Tanggal Terbit: 2017
Harga : -
Tebal : 290 halaman
Novel Bimala adalah karya sastra yang dicipta karena pergulatan hebat fikiran Rabindranath Tagore saat itu, terlebih saat suasana politik, negara dan sosial India dalam masa krisis menjelang kemerdekaan. Novel ini mencitrakan perlawanan atau perang ideologi antara pemikiran Barat dan penentangan pemikiran Barat ditokohkan oleh Sandhip sebagai tokoh perlawanan gaya pemikiran Barat dan mendukung adanya gerakan Swadeshi, bisa disamakan pemikiran tokoh Sandhip dengan tokoh nyata penggagas Gerakan Nasional Swadeshi, Mahatma Gandhi.
Sementara Nikhil seorang rasional mempunyai gaya dan rasa pemikiran Barat yang rasional. Dalam pertentangan ideologi ini muncul Bimala, istri Nikhil yang lebih mendukung Gerakan Nasional Swadeshi dengan Sandhip. Dalam novel ini terjadi kisah percintaan dengan gaya religious masyarakat Hindu India yang kental, namun terjadi masalah saat adanya Gerakan Nasional Swadeshi. Dua sejoli ini terpecah dalam pemikiran mereka, walaupun mereka berbeda ideologi masih tetap satu rumah hanya pergolakan batin yang selalu bergelora diantara mereka.
Karakter Sandhip menginginkan kemerdekaan India dengan cara membebaskan diri dari barang-barang produksi asing dengan menggalakan produksi nasional. Jalan yang ditempuh cukup keras dengan cara membakar semua barang asing sehingga terjadi kekacauan dalam ekonomi. Bimala, istri Nikhil setuju dengan pandangan Sandhip dan berharap pada suatu kemerdekaan India. Nikhil seorang ningrat dan tuan tanah berbeda pendapat terlebih lagi dia memikirkan pedangang yang berjualan di pasarnya.
Novel ini dibagi dalam 12 Bab dengan sudut pandang cerita dari ke-tiga tokoh utama tersebut. Alur cerita cukup dimengerti, hanya saja budaya, negara dan tahun kejadian yang beda dari kehidupan di Indonesia sehingga perlu 'mikir keras'. Pada awalnya kupikir sang tokoh utama akan berdarah-darah atau kondisi yang mengenaskan ternyata pikiran itu jauh melampau batas!
Dari hasil baca selama empat hari saya banyak menemukan kalimat-kalimat menarik dalam novel yang pantas untuk direnungkan kembali, seperti berikut ini:
1. "Suamiku selalu berkata bahwa suami istri itu sama haknya dalam bercinta karena semua berhak sama atas satu dengan yang lainnya".
2. " Nilai sejati cinta itu adalah kalau cinta bisa menerima yang tak berharga. Bagi yang berharga, Tuhan memberikan banyak imbalan di bumi, tetapi Tuhan memberikan banyak cinta kepada yang tak berharga".
3. "Iman menipu manusia, tetapi ada satu manfaatnya yang besar: membuat wajah Kita bersinar penuh harapan". Kalimat ini membawa saya ke rangkaian kalimat milik Nietzsche "Tuhan telah mati".
4. "Nafsu itu indah Dan murni, murni bagaikan teratai yang muncul dari lumpur. Tumbuh mengatasi kekotorannya Dan tidak memerlukan sabun pear untuk mencucinya".
Bagiku novel ini cukup berat dikarenakan terdapat bumbu politik dan budaya yang berlainan dengan kehidupan Indonesia. Sebagai saran sebelum membaca novel ini paling tidak membaca sedikit atau banyak tentang Mahatma Gandhi dengan pergerakan Swadeshi ataupun sejarah India. Setelah membaca sejarah India pembaca bisa dengan mudah mengerti alur dan isi drama dalam novel ini.
Secara keseluruhan saya bisa menikmati novel ini dengan cukup baik, hanya perbedaan politik, pengetahuan sejarah dan budaya India yang kurang menjadi beban untuk 'mikir keras'. Kemudahan yang didapat dari buku ini adalah penerjemahan yang apik dan tidak terlalu kaku sehingga enak dibaca, ada hal penting lainnya yang sangat penting yakni catatan kaki mengenai budaya, istilah atau sesuatu yang hanya orang India saja yang paham. Catatan kaki tersebut ditulis dengan penerjemahan baik dan mudah dimengerti.
Komentar