Buku Montase Hadiah Dari Kak Maria |
Sebagai hadiah yang paling berarti pada suatu kecintaan, aku berterimakasih dengan "Motase Puisi" yang dikirim Kak Maria. Cukup cangung dengan menerima buku, ah kenapa aku menjadi canggung. Apa karena buku yang berisikan puisi, sepertinya begitu. Kata puisi lebih dekat dengan telinga saatku masih putih abu-abu, dimana jemari manis selalu berkata-kata manis dalam carikan kertas.
Kak Maria rupanya membangunkan satu demi satu jemariku untuk merangkul kembali kata-kata manis itu. Aku jelas tak begitu tahu aturan puisi yang indah seperti apa, segala jenis pakem puisi atau bahasa-bahasa puisi yang kurang ku mengerti. Aku sebatas otak SMA yang belum tahu apa itu puisi, namun yang ku tahu hanyalah sebatas muntahan kata-kata yang bisa tidak berarti apa-apa atau kebetulan berarti bagi seseorang yang membaca dalam kondisi sama saat aku memuntahkan kata-kata itu.
Buku yang ku dapat ini sangat istimewa terlebih pada perjalanan ekspedisi pengiriman, cukup rumit dan mahal! Bayangkan saja buku dibeli di Indonesia (Jogja, Bali, Surabaya) lalu dikirim ke Taipei, Taiwan dan dikirim kembali ke Indonesia (rumahku). Coba hitung berapa banyak ongkos kirimnya?! Pastinya ratusan ribu rupiah. Terima kasih atas hadiahnya yang sangat istimewa ini, Kak Maria. Semoga aku dan Tuhan tidak melupakan karma baik yang kau jalani dengan baik.
Di sini bukan untuk meresensi ataupun kritik pada puisi-puisi yang terdapat di dalam setiap halaman MONTASE. Itu bukan ranah yang tepat bagiku, suatu kritik puisi yang baik adalah dari mereka yang paham. Pada kesempatan ini saya hanya menulis bait-bait puisi yang sesuai dengan perasaan hati saat ini. Oh ya buku MONTASE merupakan kumpulan puisi karya Wayan Jenki Sunarta, seorang seniman asal Bali. Banyak karyanya yang sudah diterbitkan baik dalam media Masa maupun pada buku khusus puisi. Buku ini merupakan karya ke-lima, setelah buku kumpulan puisi Pada Lingkar Putingmu (2005), Impian Usai (2007), Malam Cinta (2007), dan Pekarangan Tubuhku (2010). Montase berisikan 55 puisi indah yang dicipta dari tahun 2010 hingga 2016.
Cerita sedikit: membaca kumpulan puisi pada buku ini banyak sekali perasaan yang masuk terlebih melihat lingkungan, budaya, manusia yang dikata sudah nggak jelas. Semua tergambar dengan jelas dan menyentuh hati, namun ada satu yang belum masuk, karena belum pernah merasakan. Seseorang akan tahu rasa mules saat akan melahirkan jika dia pernah mengalaminya langsung atau orang akan susah menjelaskan tentang rasa dari kuah bakso kepada orang yang belum pernah makan semangkok bakso. Dan di sini aku teringat pada sebuah puisi yang di dalamnya menyebut 'salju', aku yang belum pernah menemui salju akan sulit mencitrakan salju, dalam puisi karangan Wayan Jenki saya susah membayangkan bagaimana perasaan Dan keadaan seseorang yang sedang mabuk. Baiklah, langsung saja ini dia petikan indah dari puisi karya Wayan Jenki.
Kini, aku menemukanmu
Meski yang menyapaku
Hanya tumpukkan batu
Memeram Masa lalumu
(Aku menemukanmu, 2010)
Jika ini adalah tanda kerinduan, maka segala hal dalam semesta adalah perkakas jiwa yang saling terhubung. Pada bait ini aku merasa bahwa menemukan seseorang baik yang masih ada maupun sudah meninggal bisa kembali menyapa dengan benda-benda dalam alam raya yang terhubung dengan dia. Pada sebuah kerang aku teringat kenangan manis pada seorang yang pernah aku cinta, namun tak berbalas. Pada sebuah tumpukkan nisan Aku teringat pada tetangga, keluarga, dan orang-orang yang pernah menjadi aktor figuran atau utama dalam layar kehidupanku.
Dari atas sampan, kakek bertopi pandan itu,
Kembali bersuara: "anak muda,
Kau seperti tak asing di mataku
Mungkinkah dulu kita pernah bertemu?"
Aku hanya senyun santun
Tak ada kata yang mampu
Menjelaskan pertemuan
Kakek itu lenyap dari pandangan
Kembali kususuri jalanan berdebu
Hingga ujung pelabuhan
Langit tiba-tiba menghitam
Di tiang layar seekor camar
Gemetar menahan agin garam
Di jalanan pulang aku terkenang
Kisah yang lekang
Kakek itu adalah aku
(Pelabuhan Sunda Kelapa, 2003)
Hal yang menarik dari manusia adalah bagaimana dia membuat cerita hidup. Sejelek apapun cerita hidup akan lebih menarik saat diceritakan sehingga banyak orang dan dirinya sendiri mengambil hikmahnya sebagai suatu intropeksi diri. "Kau seperti tak asing di mataku" adalah pernyataan dimana seseorang sudah mengenal dirinya sendiri dan dilanjut dengan "Aku hanya senyum santun" Aku merasa di sini seseorang yang sudah membuat cerita hidup yang begitu panjang dan telah mengenal dirinya akan senyum dengan santun (kebanggaan, berpikir dalam), dengan kedewasaan berpikir.
"Kembali kususuri jalanan berdebu, hingga ujung pelabuhan" meneruskan perjalanan hidup hingga pada ujung nafas adalah suatu keharusan walaupun jalan kehidupan banyak rintangan bukan saja berdebu ataupun terjal. Puisi ini membuat irisan-irisan kecil pada hatiku, tangis kecil untuk kehidupanku yang belum tahu siapa aku.
Sejatinya banyak sekali puisi yang ingin ditulis sesuai dengan keadaan hati, hanya saja waktu dan perasaan yang terlalu ringkih untuk melanjutkan. Baiknya semua itu di simpan saja buat diriku, biarlah hatiku menjadi misteri untuk kalian. Aku tidak mau telanjang di depan kalian, ketelanjangaan adalah penodaan pada sebuah misteri.
Tabik!
Komentar