Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kunjungan Manis Dengan Penyiar VOV Vietnam


Bertemu dengan penyiar radio yang selalu didengarkan setiap hari adalah suatu dambaan setiap pendengar dimana pun berada, tak terkecuali saya. Rasa penasaran akan wajah para penyiar terlintas tiap hari seakan-akan hal yang amat mistik dan gaib. Beruntung zaman sekarang sudah ada website dan media sosial sehingga para pendegar tidak lagi penasaran dengan wajar seorang penyiar pujaannya. Tetap saja saat pendengar sudah tahu wajah penyiar favoritnya melalui website ataupun media sosial masih ada yang kurang! Ya pertemuan adakah salah satu solusi untuk meredakan rasa penasaran sang pendengar.

Kali ini saya berkesempatan bertemu langsung penyiar favorit dari stasiun Radio Suara Vietnam atau dalam bahasa Inggris disebut Voice Of Vietnam (VOV) . Dua penyiar yang saya temui merupakan perempuan cantik khas Vietnam, mereka adalah Miss Melissa dan Ibu Thu Thuy. Kedua perempuan ini adalah ibu dan anak yang bekerja di VOV dalam satu seksi bahasa yang sama yakni bahasa Indonesia. Beruntung sekali kan saya bisa bertemu dengan dua penyiar tersebut, kini Ibu Thuy adalah seorang veteran yang sudah pensiun belum lama ini. Saya bertemu dengan mereka memang tidak ada suatu kesengajaan, karena memang tujuan ke Jakarta hanya untuk menghadiri acara wisuda dari sepupuku. Berhubung saya adalah pemenang harapan pertama dari sayembara peringatan Kunjungan Paman Ho di Jakarta, jadi sambil menyelam minum air. 

Janji jam 10:00 WIB sudah diteken. Perjalanan dari rumah kontrakan sepupu di bilangan Pasarminggu tidaklah terlalu jauh dan ribet, cukup menggunakan moda transportasi umum berupa KRL yang tidak transit sekalipun. Tempat tinggal mereka berada di apartemen Sudirman, tak jauh dari Stasiun Karet. Saya sendiri jalan kaki hanya butuh sekitar 10 menit saja. Nomor telpon non WhatsApp langsung dipencet untuk terhubung ke Miss Melissa, "Hallo dengan Mbak Melissa... Mbak, ini saya Waluyo Ibn Dischman. Saya sudah di lobi apartemen"  Selang waktu sepuluh menit akhirnya Ibu Thuy dan Mbak Melissa melambaikan tangannya sebagai sapaan yang akrab. Wah bagiku ini suatu anugrah yang luar biasa dan seperti saudara jauh yang sudah lama tidak pernah berjumpa.

Wehang teh dan kopi Vietnam disajikan untuk saya sebagai tamunya. Rasanya sangat tersanjung sekali dengan kebaikan mereka. Baru kali ini saya malu setengah mati dengan seseorang, padahal biasanya saya malu-maluin. Satu gula-gula khas Vietnam saya kunyah dengan kenikmatan yang menyebar ke seluruh saraf di sekujur lidah, enak sekali. Guliran pertanyaan dan jawaban mengalir begitu teratur, sedikit tegang karena menjaga citra diri dan juga menjaga tatakrama, duh rasanya kikuk sekali. Lagi-lagi Ibu Thuy membawa saya ke percakapan yang lebih santai dan juga membawa emosi saya ke sebuah ketenangan dalam menjalankan percakapan. Mina cucu dari Ibu Thuy atau anak dari Miss Melissa, menjadi hiburan tersendiri bagiku yang senang bercanda dengan anak-anak. 

Kesempatan emas ini tidak pernah aku biarkan mengalir begitu saja, melainkan saya ambil dengan segala manfaat Yanga da seperti mewawancarai Ibu Thuy yang pernah menjadi saksi mata peperangan antara Vietnam dan Amerika Serikat dahulu kala. Untuk artikel wawancara saya dengan Ibu Thuy bisa dibaca di sini, semoga dengan wawancara tersebut warga Indonesia paham terhadap peperangan yang pernah terjadi di negara Vietnam. 

Satu lagi adegan kikuk saat beliau mengajak makan siang, sebenarnya saya sangat malu sekali untuk ikut bergabung makan siang dengan mereka. Maklumlah biasanya saya mendengarkan mereka dari sebuah radio butut dan sekarang diajak makan siang bersama. Aduhai betapa malunya saya untuk hal ini, bersyukur makanan habis dan percakapan lain pun bergulir hingga akhirnya kami berpisah. Semoga Tuhan memberikan hal yang terindah untuk Ibu Thuy dan Miss Melissa, kebaikanmu tidak pernah akan saya lupakan.

Banyak sekali oleh-oleh yang saya bawa termasuk hadiah dari sayembara. Ada kalender 2020, kopi instan Vietnam, baju kaos khas VOV Biro Indonesia dan yang lainnya. Saya merasa terberkati sekali. Sekali lagi saya sangat berterima kasih sekali untuk kalian berdua dan segenap kru VOV lainnya. Semoga lain kali bisa bertemu kembali dalam keindahan dunia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...