Langsung ke konten utama

Corat Coret Di Toilet - Eka Kurniawan

Kebun Binatang Surabaya

Artikel ini tertunda hampir saja sebulan. Memang tak dipungkiri kemalasan menjalar dan merasuk ke saraf neuron sehingga membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kembali. Dan inilah saatnya untuk kembali melawan penyakit kemalasan tersebut. 

Sekitar 3 minggu lalu (18/11) saya dan seorang kawan mengunjungi kebun binatang Surabaya yang sudah kadung terkenal akan perawatan hewan yang tidak mempunyai rasa manusiawinya. Wajar saja disebut demikian karena ada bukti nyata yakni seekor harimau terkurung di ruangan kecil dengan berat badan merosot menyerupai seseorang yang kurang gizi atau busung lapar. Jelas saja media asing dan nasional menuduh dengan kecaman yang sedemikian rupa. 

Pelikan di Sebuah Kandang
Lepas dari tuduhan dan kecaman keji yang ditunjukkan untuk kebun binatang Surabaya kini perubahan telah mulai terasa. Walaupun kali pertama bagi saya mengunjungi kebun binatang yang dulunya merupakan 'yang terlengkap' seASEAN ini cukup bisa merasakan perubahan yang telah dilakukan oleh pihak pengelola. Hewan - hewan terlihat tidak terlalu memperhatikan kondisinya. 

Kebersihan dan kerindangan di kebun binatang Surabaya bagi saya adalah nomor satu karena selama saya berkunjung ke kebun binatang (Bukan taman safari) yang ada di pulau Jawa. Kebun binatang Surabaya adalah yang paling adem. Selain adem saya lebih suka dengan sebahagian jenis burung yang sudah liar dan mempunyai sarang dengan kebebasan yang dia miliki. 

Burung bango atau kuntul,  tekukur dan burung yang tidak saya ketahui namanya bisa hidup bebas di kerindangan kebun binatang ini. Sungguh istimewa bukan?! Namun sayang sekali jenis pelikan tidak dilepaskan sehingga terkesan kandang terlalu sempit untuk mereka tempati. 
Landmark Surabaya di Depan Pintu Masuk Kebun Binatang

Ada sensasi yang berbeda bagi saya di kebun binatang ini karena bisa menikmati rindangnya pohon dengan penghuninya yang super cerewet. Hampir semua orang mungkin akan penasaran dengan penghuni pohon yang selalu mengeluarkan suara - suara gaduhnya. 

Jangan pernah lewatkan untuk naik ke atas menara pantau di dekat kolam air ataupun dekat 'pulau bekantan' karena di menara inilah anda bisa menikmati pemandangan yang menakjubkan dari semua penjuru kota Surabaya. Memang hanya 4 lantai saja bangunan ini berdiri namun sudah cukup untuk melihat 360 derajat sudut kota Surabaya. Tetap menjaga keselamatan saat naik ke menara pantau ini. 

Kawanan Monyet Hidung Botol
Cukup 3-4 jam saya menghabiskan masa di dalam kebun binatang Surabaya. Tiga jam bagi saya belum cukup karena ada beberapa hewan yang belum saya teliti dan baca keterangannya. Mengunjungi kebun binatang layaknya mengunjungi sebuah museum karena jikalau kita hanya mengunjungi (lihat - lihat) saja tanpa membaca keterangannya maka 80% sia - sia belaka. Membaca sebuah keterangan adalah hal utama karena kita bisa mengetahui tentang semua yang terkait dengan hewan yang dipamerkan di kebun binatang. Biasanya papan informasi berada di depan kandang dengan beberapa keterangan misalannya nama hewan dalam bahasa Indonesia dan latin,  keterangan kawin, makanan, keterancaman populasi atau status habitat dan dimana habitat tersebut berada. Sayang beberapa kandang papan informasi hilang ataupun rusak sehingga tulisan susah dibaca.

Harga tiket masuk termasuk mahal bagi saya karena dibandingkan dengan kebun ragunan di Jakarta jauh lebih murah mungkin saja di Jakarta mendapatkan subsidi dari pemerintah sementara di Surabaya tidak. Hanya Rp 15.000 saja untuk mendapatkan gelang kertas sebagai tiket masuk. 
Baiklah hanya sekian yang bisa saya bagikan semoga bermanfaat.
Salam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama-nama Tai

Sega, beras yang ditanak Apa benar bahasa Jawa itu terlalu 'manut' ke bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris? Tampaknya ada benarnya juga, bahasa Jawa terpengaruh/meminjam banyak kosa kata dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kekurangan kosakata dalam bahasa Jawa memang kebanyakan untuk hal-hal seperti teknologi ataupun hal lainnya. Jangan berkecil hati untuk penutur bahasa Jawa di seluruh dunia! Perlu diingatkan bahasa Jawa mempunyai keunikan tersendiri, misalnya saja untuk belajar bahasa Jawa 'satu paket' atau juga keseluruhan dari bahasa kasar/ngoko, bahasa sedang/madya hingga bahasa halus/kromo, sama saja belajar tiga bahasa!! Bayangkan belajar tiga bahasa, apa gak repot ya?! Itulah keistimewaan bahasa Jawa. Bersyukur! Berbagai keistimewaan bahasa Jawa juga terdapat di istilah-istilah yang sangat detail/spesifik pada suatu beda yang mengalami sebuah perubahan sedikit maupun perubahan besar. Misalnya saja untuk rangkaian nama dari sebuah padi/po...

Mengenal Tanaman Kangkung Bandung (Kangkung Pagar)

Kangkung Bandung, sudah tahu tanaman ini? Menurut buku  biologi tanaman ini berasal dari Amerika Latin (Colombia, Costa Rica). Ciri tanaaman ini tumbuh tidak terlalu tinggi cuma sekitar satu meter sampai dua meter maksimal tumbuhnya. Kangkung Bandung tidak bisa dimakan layaknya kangkung rabut atau kangkung yang ditanam di atas air. Bentuk daun menyerupai kangkung yang bisa dimasak (bentuk hati) begitu juga dengan bentuk bunganya. Bunganya berbentuk terompet berwarna ungu muda terkadang juga ada yang berwarna putih. Batang Kangkung Bandung cukup kuat sehingga memerlukan tenaga cukup untuk memotongnya (tanpa alat).  Tanaman Kangkung Bandung Sebagai Patok Alami Pematang Sawah Fungsi dan manfaat Kangkung Bandung sendiri belum diketahui banyak, beberapa sumber mengatakan tanaman ini bisa dijadikan obat dan dijadikan kertas. Pada umumnya masyarakat desa menjadikan Kangkung Bandung sebagai tanaman untuk ciri (patok) batas antar pemantang sawah. Daya tumbuh tanaman ini cuk...

Menegang dan Mengeras Oleh Nyai Gowok

Ah...sialan! Padahal aku sudah kenal buku ini sejak Jakarta Islamic Book Fair tahun 2014 lalu! Menyesal-menyesal gak beli saat itu, kupikir buku itu akan sehambar novel-novel dijual murah. Ternyata aku salah, kenapa mesti sekarang untuk meneggang dan mengeras bersama Nyai Gowok. Dari cover buku saya sedikit kenal dengan buku tersebut, bang terpampang di Gramedia, Gunung Agung, lapak buku di Blok M dan masih banyak tempat lainnya termasuk di Jakarta Islamic Book Fair. Kala itu aku lebih memilih Juragan Teh milik Hella S Hasse dan beberapa buku agama, yah begitulah segala sesuatu memerlukan waktu yang tepat agar maknyus dengan enak. Judul Nyai Gowok dan segala isinya saya peroleh dari podcast favorit (Kepo Buku) dengan pembawa acara Bang Rame, Steven dan Mas Toto. Dari podcast mereka saya menjadi tahu Nyai Gowok dan isi alur cerita yang membuat beberapa organ aktif menjadi keras dan tegang, ah begitulah Nyi Gowok. Jujur saja ini novel kamasutra pertama yang saya baca, sebelumnya tidak pe...